47. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -2-

7.2K 671 103
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Bulir demi bulir air bening menetes dari iris ungu mudanya, membuat pipi porselen mulus miliknya sembab nan memerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bulir demi bulir air bening menetes dari iris ungu mudanya, membuat pipi porselen mulus miliknya sembab nan memerah. Hinata terisak pelan, menenggelamkan wajahnya pada dinding tembok penjara yang kini mengurungnya. Hinata sudah kehilangan segalanya, nama baiknya, kepercayaan dari Ayah dan Kakaknya, bahkan ia sekarang telah mencoreng nama baik Klan Hyuuga yang terhormat di hadapan masyarakat Jepang. Ia tak tahu harus berkata apa pada Hiashi dan Neji, begitu dua pria yang paling berpengaruh di roda bisnis negeri Jepang, setelah kembali dari Macau.

Jangankan dihadapan Hiashi dan Neji, Hinata bahkan tak punya nyali lagi untuk menampakkan wajah cantiknya dihadapan Naruto. Pria itu, pria yang telah ia rusak kebanggaannya, pria itu masih setia menemaninya. Naruto masih senantiasa berdiri di belakangnya dengan tangan kekarnya yang setia mengelus sayang bahu kecil Hinata yang bergetar hebat. Pria itu seolah tak punya rasa benci pada Hinata, gadis yang menjadi penghancur kebanggannya yang ia bangun dengan cucuran darah dan keringat.

"Hei..., Hime..., kau tak perlu menangis seperti itu, tak perlu takut... aku ada bersamamu...."

"Hiks..., hiks..." Bukannya menghentikan isakannya ketika mendengar suara Naruto bergema di indera pendengarannya untuk memberikan ketenangan. Isakan Hinata malah semakin menjadi.

Hatinya bagai diiris sembilu, saat mengingat bagaimana senyum tipis di bibir Naruto terukir, saat Asuma melepaskan semua bintang perhargaan yang tersemat di seragamnya. Pria itu bahkan saat ini sama sekali tak menaruh rasa benci barang setitikpun padanya.

"Kenapa Naruto-kun begitu bodoh...?" Akhirnya Hinata memperdengarkan yang terdengar lirih diantara isakan.

Tak ada jawaban dari bibir Naruto, pria itu seolah tahu bahwa lebih dari kata-kata itu yang di ucapkan oleh Hinata.

"Kenapa Naruto-kun masih berada disini untuk menemaniku.... hiks.... hiks... Aku adalah gadis jahat Naruto-kun.... Kena-"

Greb

Belum sempat Hinata melanjutkan kalimatnya. Tangan kekar Naruto lebih dahulu menarik bahunya. Wajah cantik yang sebelumnya menangis sambil menghadap dinding, kini berada dihadapan dada bidang sang Inspektur yang berlapis kaos putih ketat.

Terdiam, dengan air mata yang berlinangan dari kelereng ungu mudanya, Hinata tak mampu berkata apapun. Apalagi sesaat kemudian, dinding dingin yang sebelumnya menjadi tempat ia mengadu tangis, kini berganti dengan pelukan hangat seorang pria.

Naruto merengkuhnya erat, menyandarkan kepala bermakotakan surai indigo itu pada dada berotot hasil latihan dan kerja kerasnya selama ini. Hingga Hinata tak mempunyai pilihan lain selain menyamankan sandaran kepalanya pada dada nyaman Naruto yang memberikan kehangatan padanya.

"Jawabanku masih sama jika kau bertanya mengapa aku tetap bersamamu hingga saat ini." Tangan kekar yang warnanya bagai madu itu membelai halus surai ungu gelap yang menguarkan bau harum, hingga menggugah hasrat Naruto untuk mengecupi pucuk kepala gadis yang berhasil mencuri seluruh perhatiannya.

Sweet DreamWhere stories live. Discover now