64. Epilog

16.1K 847 180
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

おまけ
Omake

Bias sinar sang surya yang bercampur dengan sejuknya angin musim gugur membelai lembut kelopak mata seputih bunga lili itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bias sinar sang surya yang bercampur dengan sejuknya angin musim gugur membelai lembut kelopak mata seputih bunga lili itu. Hinata mengerjapkan pelan kelopak matanya, perlahan mutiara ungu pucat itu terlihat sempurna. Kelopak mata Hinata kembali mengerjab, ketika sesuatu yang ia harapkan menjadi pemandangan pertamanya tak ia dapatkan.

"Kemana Naruto-kun..." Hinata membenarkan posisi selimut agar menutup sempurna bagian intim tubuhnya yang tak mengenakan apapun, menjadikan selimut itu sebagai handuk dan turun dari ranjang ukuran King Size tempat ia dan suaminya menghabiskan waktu semalaman.

"Ada apa Hime...?"

Langkah Hinata terhenti, wajahnya lansung berhadapan pada dada bidang sang suami yang tidak di tutupi sehelai benangpun. "Maaf..." Hinata terbata dengan wajahnya yang merah padam saat mendapati sang suami bertelanjang dada di hadapannya. Wajar Naruto baru saja selesai mandi.

"Maaf untuk apa, sayangku...?" Naruto tahu Hinata merasa malu melihatnya karena permainan mereka semalam, tapi tampaknya ia tertarik untuk sejenak menjahili Hinata. Ia mengeliminasi jarak antara mereka, mendekatkan wajahnya yang masih basah karena habis mandi ke wajah Hinata yang merah padam karena malu.

Hinata diam seribu bahasa, ia memejamkan matanya saat wajah mereka berdua tak berjarak lagi. Ia mengira suaminya itu berniat melumat bibirnya seperti semalam. Tapi ia salah...

Cup

Naruto mengecup lembut pucuk kepalanya. "Minta maaf untuk apa, hm?" Naruto menyejajarkan wajahnya dengan wajah sang istri lalu mengusap lembut pipi tembam Hinata.

"Maaf karena bangun lebih siang dari Naruto-kun..." Hinata menunduk tak enak hati.

"Itu bukan masalah besar, sayang..." Naruto kembali menghadiahi Hinata kecupan di keningnya yang tertutupi poni rata. Jika sudah sah begini Naruto bisa puas mencium dan memeluk Hinata kapanpun.

"Tapi Kaa-sama saat masih hidup dulu selalu bangun lebih pagi dari Tou-sama..." Hinata bersikeras kalau dirinya salah. Ternyata sikap keras kepala Hinata tak hanya terjadi saat ia merasa benar, tapi juga saat ia merasa bersalah.

"Baik, kau salah Hime. Lain kali jangan diulangi lagi..." Naruto mengelus sayang pucuk kepala Hinata, wanita itu pun mengangguk menurut.

"Anak baik..." Sambung Naruto. "Sekarang pergilah mandi. Kau bau..."

Hinata mendongak menatap safir biru Naruto yang berjarak dari matanya. Ia tak terima di ejek bau oleh sang suami.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang