49. Pantaskah Dipertahankan? -2-

6.9K 603 67
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Tanzanite wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, menatap lekat-lekat safir biru miliknya. Bibir Naruto bergetar untuk menjawab pertanyaan nyonya Namikaze ini. 'Bagaimana semudah itu Kaa-chan mengatakan tidak lagi menyayangi Hinata, padahal jelas-jelas dialah yang paling bersemangat dalam perjodohan ini?'

"Bagaimana Gaki...??" Kushina bersedekap dihadapan Naruto, tak lupa sebelah alisnya yang dinaik turunkan seolah meminta jawaban dengan segera. Oh, dan jangan lupakan kakinya yang berlapis sandal rumahan yang ia bawa pulang dari hotel di Okinawa saat mereka berlibur, di ketuk-ketuk kelantai. Seolah mengisyaratkan : cepat jawab Naruto."

"Kaa-chan.... tidak bisa semudah itu membolak-balikkan perasaan seseorang... Aku tahu Kaa-chan pasti sangat kesal dengan penurunan pangkatku...  Tapi sungguh Hinata tak sepenuhnya terlibat dalam masalah itu... Hanya saja-"

"Hanya saja apa?" Kushina mendekatkan wajahnya pada wajah sang putera yang berada dihadapannya. Manik kelabunya mengerjap-ngerjap seolah bersikap tak tahu tentang perasaan putera semawa wayangnya yang telah berhasil ia buat kualahan.

"Pfffftttttt..." Kushina menutup mulutnya menahan tawa, tak kuasa melihat ekspresi gelisah sang putra. "Hahahahahaha..... Lihat wajahmu itu Gaki.... terlalu tegang, kau seperti baru saja menelan katak.... Hahahahaha..."

"Kaa-chan....?" Bola mata Naruto terbelalak saat melihat sang ibu tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa ibunya itu tertawa bahagia setelah melontarkan pertanyaan yang hampir membuat jantungnya lepas.

"Kau mencintainya, bocah... sekalipun aku tak bersemangat dalam perjodohan ini kau akan tetap mencintainya...." Kushina menyeka air mata di sudut matanya karena terlalu banyak tertawa. "Aku berhasil menjebakmu bocah.... hahahahaha, kau tahu Naruto, pertanyaan tadi hanya untuk mengujimu, apa cintamu padanya hanya karena ibumu ini atau tulus dari dalam hatimu...."

Kini giliran Naruto yang melipat kedua tangannya di depan dada, dan memicingkan kelopak matanya, melihat sang ibu yang tertawa terpingkal-pingkal. "Itu sama sekali tidak lucu, Kaa-chan."

"Hei... hei, Brigadir Dua Namikaze Naruto nampaknya marahnya..." Kushina bangkit dari duduknya, merangkul punggung tegap sang putera yang kini duduk membelakanginya.

"Kaa-chan sepertinya bahagia pangkatku di turunkan." Gerutu Naruto pelan sambil mengerucutkan bibirnya, dan hal itu membuat rangkulan sang ibu pada punggung tegapnya berubah menjadi elusan.

"Siapa yang tidak bangga punya anak sepertimu...?" Kushina berdialog sembari berbisik pada Naruto, "gagah, tampan, seorang Polisi yang tangguh dengan karir yang cemerlang..., hanya saja..." Kushina memelankan suaranya, menumpukan dagu lancipnya pada pucuk kepala cepak Naruto.

"Tak perlu membanggakan untuk membuatku bahagia, nak.... cukup dengan kebahagiaanmu, dan bila dengan membela Hinata membuatmu merasa bahagia... maka apa artinya sebuah pangkat... Aku yakin... pada waktunya nanti kau akan kembali mendapatkan pangkat itu... karena tak ada yang bisa menandingi kegigihan puteraku ini...."

"Ibu benar-benar tidak marah padaku? Karena kecerobohanku, maka aku kehilangan pangkatku..."

Kushina sedikit tersentak, tumpuan nyaman dagunya terusik kala sang putera berbalik arah, mendongak dan menatap permata abu-abunya. Ibu satu anak ini tersenyum tipis lalu mengelus lengan kekar sang putera, yang dulu berupa tangan mungil yang selalu meminta makanan padanya. "Kau sudah sering membanggakan kami... kali ini pikirkanlah kebahagiaanmu dan bahagiakan kami.... Perjuangkan Hinata, menikahlah dengannya dan berikan kami cucu..."

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang