25. Undangan

6.5K 600 49
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

♡♡♡

Song Fic : How Can I Love You
By : Junsu
Ost. Descendant Of The Sun

♡♡♡

Motor sport hitam itu berhenti tepat di mansion mewah milik keluarga Hyuuga. Dari kursi belakangnya turun sesosok tubuh mungil nan ramping. Hinata dengan sangat hati-hati turun dari motor besar Naruto. Kendati sudah beberapa kali menjadi penumpang di jok belakang motor sang Inspektur. Hinata belum terbiasa dengan motor besar calon suaminya itu.

"Kau yakin tak mau kuantar ke butik?" Tanya Naruto begitu Hinata turun dari motornya. Ia menyusul turun dari motornya dan melepaskan helm  yang terpasang di kepala kuningnya.

Hinata membuka helm yang menutupi wajah dan kepalanya. Dan seketika helaian kelam sepinggangnya terurai.

Safir biru Naruto mengerjap kagum ketika surai Hinata yang terurai di terpa angin nan sejuk. Ditambah lagi beberapa helaian rambut Hinata menerpa pipi kecoklatannya. Kesejukkan tiada tara menghampiri jiwa dan raganya ketika indra penciumannya menangkap aroma shampo harum dari helaian indigo gadis manis ini.

"Naruto-kun...." Hinata menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Naruto yang menampakkan ekspresi kenikmatan tiada tara. Mata safirnya terbuka lebar, dengan mulut yang menganga menghirup udara yang banyak, seolah baru saja menghabiskan satu gelas besar jus jeruk segar.

"Naruto-kun...???" Hinata mengulang panggilannya pada sang Inspektur. Beruntung di panggilan yang kedua, Naruto segera tersadar.

Buru-buru ia mengusap kasar wajahnya. Mengembalikan citra kerennya dihadapan Hinata. "I...iya.. Hime...?"

Pipi Hinata merona merah. Ini pertama kalinya ia tersipu malu saat Naruto memanggilnya Hime, padahal, sejak pertama kali mereka mengenal Naruto memanggilnya dengan sebutan Hime. Tapi saat itu Hinata tak merasakan apapun yang bisa membuat pipinya memerah. "Kau kenapa Naruto-kun...?" Tanya Hinata senormal mungkin menjaga agar suaranya tak terdengar gugup.

Naruto menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Dan jangan lupakan semu merah di pipi tannya yang disamarkan tiga goresan tanda lahirnya. "Ah tidak..., aku tadi hanya bertanya apa kau tidak mau diantarkan ke butik." 'Ah sial kenapa aku jadi gugup begini?'

Hinata menggeleng pelan seraya tersenyum kecil. "Aku ingin memasak di rumah hari ini, kudengar dari Kushina Kaa-chan kau ingin mencicipi masakanku kemarin, tapi mereka tak menyisakannya untukmu.."

"Ah.., iya mereka sangat keterlaluan." Jawab Naruto dengan ekspresi kecewa yang di lebih-lebihkan. "Jika kau tak keberatan bolehkan..."

"Tentu boleh..." Hinata menjawab sebelum Naruto menyelesaikan ucapannya.

"Boleh apa, hm?" Goda Naruto sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata. "Aku belum selesai berbicara, Hime.."

Hinata tertunduk malu, tanpa sengaja dahinya bersinggungan dengan dagu Naruto. "Ouch......" Hinata memegang dahinya pura-pura kesakitan.

Naruto terkekeh geli melihat tingkah lucu Hinata. "Apa sakit, hmmm?" Tanyanya sambil membungkuk hingga wajah Hinata berada tepat dihadapannya.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang