48. Pantaskah Dipertahankan? -1-

6.8K 627 68
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Pintu bercat putih itu terbuka, Naruto menarik nafas lega ketika sesosok yang ia nanti berdiri dihadapannya. Senyum tipis mengambang dari bibir merah kecokelatannya. Hinata berdiri di hadapannya dengan keadaan baik-baik saja.

"Kau tahu..?" Berjalan mendekat pada gadis yang pucat pasi karena ketakutan, Naruto tak buang waktu, mengulurkan tangannya lalu menarik Hinata hingga berada dalam pelukannya. "Aku sangat khawatir saat kau tak berada di sel itu... Aku takut mereka memindahkanmu ke tempat lain..."

Hinata mendongakkan kepalanya, menatap Naruto dengan pandangan menyendu, dari raut wajah tannya, Hinata dapat melihat seberapa gelisahnya pria itu ketika ia menghilang dari hadapannya.

"Katakan..." Naruto melepas pelukannya, menangkup sepasang pipi gembul itu, hingga mutiara ungunya dengan safir biru Naruto beradu. "Apa mereka melakukan hal buruk padamu?"

Hinata menggeleng pelan, ia menahan tangis melihat pria yang telah ia sakiti itu masih sangat perhatian padanya. Setitik air mata mengalir dari kelopak bagai bunga lili itu. Ia tak mampu menjawab, bibirnya kelu saat melihat Naruto sangat mengkhawatirkannya.

"Aku baik-baik saja... mereka hanya melakukan pemeriksaan urine padaku..." Suara lirih milik Hinata nan lembut itu bergema di telinga Naruto, namun ia mengerutkan dahinya ketika Hinata melepaskan pelan sepasang telapak tangan besarnya dari pipi gembul sang gadis.

Hinata mengambil jarak dari Naruto, ia mundur beberapa langkah. Bukan tanpa alasan gadis dengan mata sewarna lavender itu mejauh dari Naruto, keberadaan Minato, pria yang hampir mewariskan seluruh gennya pada Naruto, yang membuat gadis Hyuuga ini cukup tahu diri. Setelah apa yang dilakukannya pada Naruto, Hinata cukup sadar diri untuk untuk bergantung pada sang mantan Inspektur.

Hinata berojigi, membungkukkan badannya sembilan puluh derajat di hadapan pria yang pernah melamarkan dirinya untuk Naruto di hadapan sang ayah. Memberi salam penghormatan sekilas pada sahabat masa kecil Hyuuga Hiashi tersebut.

"Apa kabar, Tou-, hm...., Namikaze-sama..." Cukup tahu diri, Hinata meralat panggilan ayah yang sempat ia sematkan pada Minato. Ia merasa tak punya muka untuk memanggil Minato dengan sebutan Tou-chan setelah apa yang di lakukannya pada putra kebanggan pria separuh baya pirang itu.

Minato tersenyum tipis, menutupi perasaan kecewanya. Pria Namikaze ini adalah tipe orang yang mampu memanagement emosinya dengan baik, hingga perasaan yang ia rasakan kini dapat tertutupi sempurna. "Aku baik-baik saja Hinata-chan...." Jawab Minato tanpa beban, lengkap dengan senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.

Lalu pandangannya teralih pada sekujur tubuh Hinata, bukan bermaksud genit, ia cukup miris melihat penampilan puteri kesayangan Hyuuga Hiashi ini. Semua pakaian mewah dan perhiasan yang biasa melekat pada tubuh moleknya kini berganti dengan kaos abu-abu sederhana di padukan celana training Hitam.

Melihat sang ayah yang menjelajahi pandangannya pada Hinata membuat Naruto mengikutinya, ia baru sadar mini dress mewah yang ia kenakan saat baru datang ke kantor polisi kini berganti dengan pakaian lusuh, begitupun dengan sepasang anting-anting mutiara di telinga dan gelang titanium yang melingkar di pergelangan mulusnya kini telah raib.

"Apa mereka melucuti perhiasanmu?" Naik pitam, Naruto seolah ingin menerjang laboratorium pintu dimana Hinata keluar setelah pemeriksaan urine.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang