2. Mayat Jelita di Dalam Hutan

6.5K 94 3
                                    

Waktu terang tanah dia tinggalkan penginapan dan berjalan seenaknya di jalanan raja tanpa tujuan yang menentu, Tiang-Un Suseng tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, sedemikian besar kangouw ini mencari seorang berarti mencari sebatang jarum di lautan, disamping itu nama Tiang-Un Suseng sangat disanjung puji sebagai seorang pendekar budiman yang tenar, sekali dia menemui ajalnya, gelombang heboh kematiannya itu dapatlah dibayangkan, akan tetapi perintah guru bagaimanapun harus dilaksanakan.

Tapi bila teringat kejadian betap kejam waktunya suhunya dikorek sebuah matanya dan kedua kakinya dikutungi, ia maklum akan dendam kesumat suhunya ini, mereka lebih dulu mencelakai gurunya dengan cara keji dan busuk, kini kalau dirinya membunuh mereka agaknya sangat setimpal dan tiada salahnya.

Bagaimana wajah dan perawakan Tiang-Un Suseng sedikitpun dia belum mengetahui, seumpama bertemu ditengah jalan juga tidak mungkin mengenalnya, lagipula tidak mungkin ia tidak mungkin bertanya pada orang lain....

Tengah bejalan sebuah suara yang melengking mengerikan bergema ditengah udara dari kejauhan sana, suara itu membuat bulu kuduk orang mengkirik mendengarnya.

Terkesiap hati Go Bing terbangun semangat dari lamunannya, lalu dengan cermat dia pasang kuping, tapi setelah suara jeritan itu tak terdengar lagi suara lain atau reaksi apa2, dari arah suara yang melengking tinggi itu agaknya tidak jauh didepan jalanan sana, maka sebat sekali tubuh Go Bing berkelebat melayang kedepan dengan kecepatan bagai anak panah. Sebelah samping kanan dari jalan itu adalah sebuah hutan kecil, sebelah kiri adalah padang rumput yang luas tak berujung pangkal, sekilas ia berpikir cepat2 ia memutar arah memasuki hutan didepannya ini, kedua matanya bagai kilat menyapu keempat penjuru. Kira2 sepuluh tombak didepan sana tampak sesosok tubuh seorang wanita rebah membujur diatas tanah, baju atasnya hancur lebur, sedang bawah tubuhnya tanpa mengenakan seutas benangpun.

Seketika merah padam wajah Go Bing, hati berdetak keras napaspun memburu, baru saja hendak putar tubuh tinggal pergi, sekonyong2 tergeraklah hatinya, bukankah suara jeritan panjang tadi adalah suara seorang wanita apa mungkin dia ini.... karena pikirannya ini ia putar balik lagi sambil menahan gelora hatinya ia maju mendekat dan melihat lebih tegas. Terlihat olehnya orang itu adalah seorang gadi remaja, keduanya matanya tertutup rapat dari lobang panca inderanya mengalir darah segara, kedua tangannya mencengkram kencang kedalam tanah, bawah tubuhnya merah bernoda darah.

Tergetar kecut hati Go Bing, batinnya, "Mayat seorang wanita yang diperkosa dulu sebelum dibunuh."

Meski menghadapi sesosok mayat, namun bagi jiwa muda yang belum pengalaman mengalami gelora hidup manusia dan usia yang baru menanjak dewasa seperti Go Bing hampir2 tidak kuat menahan gejolak hatinya, terasa jantungnya hampir melonjak keluar.

Tapi itu kejadian dalam sekejap saja, lantas terpikir olehnya inilah tragedi mengenaskan yang penuh diliputi suasana seram mengerikan, gadis remaja ini kira2 baru berusi lima – enam belas, mengapa diperkosa dan dibunuh orang? Lalu siapakah dia, orang dari kalangan persilatan atau....

"Siapakah algojo yang berbuat demikian kejam? Harus dibunuh!" demikian ia menggumam seorang diri. Lalu terpikir dalam hatinya, "gadis ini diperkosa dan dibunuh oleh bangsat rendah yang tidak bertanggungjawab, mengenaskan dan harus dikasihani, aku tidak bisa membiarkan jenasahnya demikian saja, aku harus menguburkannya!"

Baru saja hatinya mengambil ketetapan, mendadak terdengar suara dingin mengejek dibelakangnya, "bukankah perbuatan sarudara ini sangat telengas!"

Sungguh kejut Go Bing bagai disengat kala, lekas2 ia memutar tubuh, dilihatnya tiga tombak jauhnya berdiri seorang pemuda gagah yang mencoreng pedang tengah mengawasi dirinya, wajahnya membeku geram dan penuh hawa membunuh.

Diam2 Go bing mengeluh, "Celaka, kalau orang salah paham bagaimanapun susah menerangkan peristiwa ini."

Dari itu diapun balas bertanya dingin, "Apa yang kau katakan?"

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now