54. Maha Pelindung Bwe Hwa Hwe

2.9K 45 0
                                    

"Benar2 kau tidak mau?"

"Tidak mungkin!"

Sigap sekali si nenek beruban berjingkrak bangun namun akhirnya duduk lagi dengan lesu katanya mashgul, "Buyung, aku tidak akan menyia2kan budi bantuanmu ini."

Hati Suma Bing tidak tergerak oleh bujukan yang mengharukan ini, malah jawabnya, "Bagaimana juga aku tidak sudi membantu orang secara se-mena2!"

"Buyung, mari kita persoalkan untung ruginya!"

"Dengan syarat maksudmu?"

"Benar, silahkan kau ajukan syaratmu!"

Tergerak hati Suma Bing, katanya: "Syarat yang kuajukan, apa benar cianpwe pasti dapat mematuhi?"  

Hampir saja si nenek mengumbar kemarahannya, tapi sekuat mungkin dia tekan dan bersabar, apa boleh buat akhirnya ia berkata: "Buyung, baiklah coba kau katakan."

"Aku tidak berminat untuk mengajukan!"

"Setan keparat, kau pembual besar yang bermulut kosong!"

"Kenapa harus kukatakan, toh cianpwe takkan mampu melaksanakan!"

"Setan kecil, kalau tidak kau katakan darimana kau tahu kalau aku tidak mampu."

"Kenyataan memang begitu."

"Kenyataan apa?"

"Cianpwe terintang oleh barisan dalam mulut lembah itu sehingga tidak dapat masuk selama enam puluh tahun, ini sudah menyatakan..."

"Menyatakan bahwa Lwekangku tidak becus?"

"Bukan!"

"Lalu apa?"

"Syarat yang hendak kukatakan juga mengenai ilmu tentang barisan yang aneh2."

"Ini..."

"Maka kukatakan kalau cianpwe takkan mampu melaksanakan."

"Eh, aku ada akal."

"Ada akal apa?"

"Penghuni lembah ini adalah seorang ahli dalam bidang itu, kalau kau dapat membantu aku masuk kedalam lembah, maka boleh kuperintahkan penghuni lembah itu untuk memberi petunjuk tentang persoalanmu itu."  

"Bukankah tujuan cianpwe masuk kedalam untuk membunuh orang?"

"Memang tidak salah, tapi penghuni lembah itu sendiri pernah berkata kalau aku mampu memecahkan barisan itu dan masuk kedalam, maka dia rela dan tunduk menerima segala perintahku tanpa berani membangkang."

"Termasuk juga akan jiwa mati hidupnya?"

"Sudah tentu."

"Tapi aku tidak sudi berbuat serendah itu."

"Apa?"

"Cayhe membantu kau membunuh dia, lalu dari dia mendapat petunjuk untuk kebaikanku, dapatlah aku melakukan perbuatan yang rendah begitu?"

Agaknya si nenek beruban sudah tak kuat lagi menahan amarahnya setelah dikocok pulang pergi oleh Suma Bing, dengan beringas pelan2 dia bangkit berdiri, sorot matanya memancarkan kebuasan.

Pada saat itulah tiba2 terdengar gelak tawa aneh yang melengking tinggi, menusuk telinga dan menyedot semangat orang.

Mengandalkan keampuhan Lwekang Suma Bing saat itu ternyata juga terpengaruh sampai darah terasa bergolak menyesakkan dada, jantungnya berdebar keras, jelas pendatang baru ini agaknya bukan tokoh sembarang tokoh.

Si nenek beruban sendiri juga terpengaruh dan tersedot oleh suara tawa itu sehingga memandang kedepan tanpa berkedip.

Begitu lenyap suara tawa itu disusul segulung bayangan merah secepat kilat terjun tiba dari tengah udara.  

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now