15. Racun Utara vs Racun Diracun

3.6K 55 0
                                    

Serta merta Suma Bing menghentikan langkahnya karena ia merasa sangat kenal akan bayangan hitam itu. Setelah merenung sekian lamanya, teringat dia bahwa bayangan hitam itu tak lain tak bukan adalah Racun diracun yang merebut Pedang darah dari tangannya. Hari masih begitu pagi dan Racun diracun muncul disini tentu ada peristiwa apa yang telah terjadi.

Apa mungkin didalam rimba itukah sarang Racun diracun? Tanpa hiraukan bahaya bakal mengancam segera ia melesat memasuki hutan lebat itu. Kiranya rimba itu adalah sebidang tanah pekuburan. Membelakangi hutan sebelah kanan sana berdiri sebuah gardu segi delapan, didalam gardu itulah berdiri dua orang entah sedang apa.

Selincah kucing yang hendak menubruk mangsanya Suma Bing berkelebat sembunyi di belakang sebuah pohon besar yang tidak terlalu jauh dari gardu itu.

Salah seorang dalam gardu itu kiranya adalah Tangbun Yu putra Racun utara. Melihat musuh besarnya ini timbullah gelora amarah Suma Bing yang tertekan selama ini. Karena bocah beracun inilah sehingga timbul berbagai peristiwa yang menyakitkan hatinya, maka bocah beracun ini harus dibunuh untuk melampiaskan rasa dendamnya itu. Seorang lain dalam gardu itu adalah seorang tua berwajah tirus, hidung bengkok mata juling menunjukkan kelicikan wataknya.

Terdengar Tangbun Yu tengah berkata:
"Ayah apa dia pasti datang?"

"Dia sudah datang!"

Tanpa merasa Suma Bing tergetar kaget, adalah diluar sangkanya bahwa siorang tua ini kiranya Pak-tok Tangbun Lu adanya, entah siapakah yang mereka maksud 'dia' dalam percakapan itu?

Tangbun Lu si Racun utara bergelak tawa dengan angkuhnya, serunya:

"Lohu sudah menunggu sekian lamanya, keluarlah!"

Sebuah bayangan berkelebat keluar tidak jauh dari tempat sembunyi Suma Bing, sekali berkelebat enteng dan gesit sekali tahu2 sudah tiba diluar gardu. Bayangan hitam itu tak lain tak bukan adalah Racun diracun.

Menghadapi Racun diracun, Pak-tok menyeringai tawa hina, sapanya:
"Tuan ini Racun diracun?"

"Benar, tuan mengundang aku ketanah pekuburan ini ada pengajaran apakah?"

"Kalau kau mau menghapus nama julukanmu, Lohu tidak akan memperpanjang urusan ini."

Racun diracun bergelak sombong, katanya:

"Bagi kaum persilatan dia memandang nama julukan lebih berharga dari nyawanya sendiri. Omongan tuan tadi benar2 keterlaluan menghina orang."

Wajah tua Pak-tok semakin mengelam kaku, jengeknya:

"Apa kau tahu mengapa Lohu memilih tempat semacam ini untuk tempat pertemuan kita?"

"Silahkan tuan jelaskan."

"Kalau dipendam disini, setelah mati pasti tidak akan kesepian."

Racun diracun mengekeh tawa meliuk tubuh, ujarnya:
"Sama2! Tuan benar2 teliti dan rapi bekerja, mungkin selama ini tuan paling takut akan kesunyian maka sudah mengatur ditempat semacam ini, lain halnya bagi aku yah tidak menjadi soal!"

Saking marah wajah Pak-tok berobah membesi kehijau2an, kepalanya menguap putih, nafsu kekejaman semakin tebal pada wajahnya.

Kata Racun diracun lagi:
"Sebaliknya aku belum berpikir untuk minta pada tuan supaya tuan menanggalkan nama julukan Pak-tok..."

"Tutup mulut! Nama Racun diracunmu itu, apa kau bermaksud hendak mengungkuli Lohu?"

"Itu terserah bagaimana tuan ambil kesimpulan, aku tidak ingin main debat!"

"Siaupwe sungguh sombong benar..."

"Siaupwe? Hahahaha, sebaliknya kau Tangbun Lu jangan kau mengangkat dirimu terlalu tinggi."

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang