20. Wanita Gila

3.5K 55 1
                                    

Ter-sipu2 Suma Bing menggeser kesebelah kanan, maksudnya untuk mengelak supaya orang lewat dengan leluasa. Tapi ternyata bayangan orang itu juga berkelit kearah yang bersamaan dengan sengaja. Kedua belah pihak meluncur dengan kecepatan penuh, dalam detik2 hampir bertumbukan itulah. Mendadak Suma Bing menyedot hawa dalam, sebat sekali kakinya menjejak tanah, kontan tubuhnya melesat tinggi ketengah udara terbang melewati atas kepala bayangan orang itu...

Maka terdengarlah suara gemerantang, terlihat bayangan manusia itu juga menghentikan luncuran tubuhnya terus memutar balik.

Waktu Suma Bing mengawasi bayangan orang ini, tanpa terasa ia menyedot hawa dingin karena yang dihadapinya ini kiranya adalah seorang wanita pertengahan umur yang rambutnya acak2an, bajunya kusut masai banyak tambalannya, kedua matanya kuyu redup, dan yang lebih mengherankan bahwa dileher wanita itu terikat seutas rantai panjang warna hitam yang terurai panjang diatas tanah.

Sekilas pandang Suma Bing segera bermaksud tinggal pergi.
"Kau jangan pergi!" sebuah suara kaku tanpa perasaan menghentikan langkahnya, suara itu membuat merinding dan tak enak perasaan Suma Bing.
Suma Bing tertegun sambil membalik tubuh lagi, tanyanya dingin: "Siapa kau?"
Mendadak wanita itu berkakakan menggila tak henti2nya, sekian lama dia me-liuk2 tertawa baru berhenti. Kedua matanya yang kuyu redup mendadak memancarkan sinar kebencian yang ,me-nyala2 menakutkan orang. Wajah keropos yang pucat pias itu menjadi bengis membeku penuh hawa membunuh, serunya sambil mengertak gigi:
"Aku inginkan jiwamu!"
"Apa kau minta jiwaku?" seru Suma Bing berjingkrak.
"Benar, hendak kukorek jantung hatimu..."

Suma Bing menjadi serba salah dan geli, katanya:
"Apa kau tahu siapa aku?"
"Kau menjadi abu juga akan kukenali, bukan saja hendak kubunuh kau. Kho-lo-sia guru setan tuamu itu akan kubunuh juga."
Suma Bing tertegun heran dan mundur selangkah. Orang sudah tahu asal usulnya tapi sedikitpun dia tidak kenal orang, naga2nya orang ini tengah mencari dirinya untuk menuntut balas, maka segera katanya lagi:
"Sebenarnya siapa kau ini, ada permusuhan apa dengan aku yang rendah?"

Wanita itu mendesak maju selangkah, rantai ditubuhnya ikut terseret berbunyi nyaring, makinya sambil menunjuk kearah Suma Bing:
"Kau bukan manusia, kau binatang, hendak kukorek hati binatangmu itu, kau... mengapa kau demikian kejam? Oh, tidak! Aku tidak akan bunuh kau, tidak bisa, kau masih mencintaiku bukan?"
Berkerut alis Suma Bing, baru sekarang dia sadar bahwa orang yang dihadapinya ini kiranya adalah wanita gila, tanpa terasa dia tertawa geli sendiri. Karena pikirannya ini segera ia jejakkan kakinya, tubuhnya melenting jauh...
Dimana terdengar suara gemerantang se-konyong2 wanita itu juga sudah melesat tiba dihadapannya sambil menyurung sebuah pukulan kedepan.

Walaupun agaknya pikirannya tidak beres, tapi gerak gerik wanita ini lihay sekali. Karena tidak bersiaga Suma Bing kena tergetar mundur tiga langkah.
"Kau hendak pergi, hm, naga2nya hari ini aku harus membunuh kau!"
Suma Bing meng-geleng2 kepala sambil tertawa kikuk badannya segera melesat miring kesamping sana...
Dalam waktu yang hampir bersamaan wanita itu juga melesat ketengah udara, beruntun dia, lancarkan tiga kali pukulan yang menerbitkan angin men-deru2.
Mengingat pikiran orang kurang waras. Suma Bing tidak mau meladeni serangan ini, sebat sekali tubuhnya jumpalitan menghindar. Tapi serangan wanita itu malah semakin gencar beruntun ia lancarkan lagi serangan yang mematikan mengarah tempat penting ditubuh Suma Bing.

Se-konyong2 sebuah pikiran berkelebat dalam otak Suma Bing. Batinnya: kalau pikiran orang ini kurang beres bagaimana dia bisa mengenal asal usulnya. Apa mungkin dia pura2 gila, atau ada latar belakang apalagi yang tersembunyi? Mengapa pula lehernya diikat rantai, dilihat dari cara ia turun tangan kepandaiannya agaknya tidak lemah, lalu mengapa dia tidak berusaha menanggalkan rantai dilehernya itu?

Serangan2 wanita itu semakin deras dan kejam tak mengenal kasihan. Karena banyak berpikir. Suma Bing berlaku sedikit ayal, dan hampir saja jalan darah Ci-tong-hiat kena tercengkram. Mau tak mau akhirnya dia harus mengambil keputusan yang tegas, pikirnya, terpaksa aku harus turun tangan meringkusnya dan ditanyai secara terang. Karena ketetapannya ini beruntun dua tangannya bergerak lincah melintang kedepan.
"Blang," sambil mengeluh kesakitan wanita itu terhuyung lima kaki jauhnya:
"Loh Tju-gi, akan kukeremus dagingmu kuminum darahmu!" sambil memaki kalang kabut wanita itu menyerbu datang lagi dengan serangan kalap.

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now