53. Cinta Abadi Seorang Nenek

2.9K 47 0
                                    

Perkataannya ini membuat jantung Suma Bing berdebar keras, tanyanya: "Mohon dijelaskan!"
"Perkataanku habis sampai disini!"

"Kalau begitu harap diketahui bahwa cayhe dengan Bu siang Locianpwe hanya ada sedikit jodoh."

"Jodoh, apa artinya?"

"Aku pernah menerima kebaikan dari dia orang tua!"

"Kau bukan muridnya?"

"Bukan!"

"Dapatkah dipercaya omonganmu ini?"

"Terserah kepada cianpwe!"

"Lalu dimana dia sekarang?"

"Ini..."

"Hm, dia membuat aku merana selama hidup ini, aku harus membalas, aku harus menghadapinya secara langsung."

"Itu tidak mungkin!"

"Kenapa?"

"Sebab dia orang tua sudah lama wafat."

Mendadak si nenek aneh itu membanting kaki, sambil menggerung gusar: "Dia sudah mati."
Suma Bing mengiakan.

"Dia... sudah mati? Tidak, dia tak boleh mati, dia harus mati ditanganku, dia... setan kecil, dimana dia dikubur... dia..."

"Masa cianpwe hendak menuntut balas terhadap orang yang sudah meninggal?"

"Benar, kuhancur leburkan tulang belulangnya dulu, baru membabat keturunannya."

"Baiklah aku tidak akan membuka mulut lagi."

"Setan kecil, tiada tempatmu turut bicara disini..."

Dingin perasaan Suma Bing, serunya: "Orangnya mati permusuhanpun himpas."

"Katakan, dimana dia dikubur?"

"Aku tidak akan memberi tahu."

"Kau berani?"

"Bukan soal berani atau tidak, kan sudah cayhe katakan tidak akan memberitahu!"

"Kau ingin mati?"

"Mengandal kepandaianmu kau belum mampu mencabut nyawaku!"

"Lihat serangan!" diiringi ancamannya ini serangannya juga lantas merangsang maju, seketika gelombang angin puyuh bagai gugur gunung menerpa keras ber-gulung2 kearah Suma Bing.

Ter-sipu2 Suma Bing angkat tangan untuk menangkis.

Dentuman keras menggetar bumi membuat si nenek aneh itu terpental mundur tiga tindak, sedang Suma Bing hanya limbung bergoyang gontai, namun kakinya sedikitpun tidak bergeser.

"Setan kecil, kau..."

"Aku kenapa?"

"Kau murid siapa?"

"Tak dapat kuberitahu!"

Si nenek aneh beruban ber-teriak2 gusar sambil menyerang lagi, tampak dalam kedua tangannya bergerak diayun itu berpetalah bayangan delapan belas telapak tangannya
bersama itu semua menungkrup kearah delapan belas jalan darah penting ditubuh musuh.

Jurus serangan semacam ini benar2 belum pernah dengar dan lihat.

Sudah tentu Suma Bing tidak berani berlaku gegabah, tidak kalah sigapnya jurus bintang berpindah jungkir balik, jurus kedua dari Giok ci sinkang juga segera diberondong keluar
untuk menandingi serangan musuh. Karena tidak mampu memunahkan serangan musuh yang hebat dan ajaib itu maka terpaksa dia menyerang untuk balas menyerang.

Mendadak si nenek aneh menarik pulang serangannya ditengah jalan, gesit sekali tubuhnya terus melesat kesamping sejauh setombak lebih, mulutnya juga berseru heran.

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now