25. Kehebatan Ilmu Suma Bing

3.5K 60 3
                                    

Di sini ia berdiri sebentar merenungkan apa2, terus mengembangkan ilmu ringan tubuhnya berlarian cepat keluar pegunungan. Selama dalam perjalanan, dia berpikir dan menimang langkah2 selanjutnya yang harus dilakukan.

Pertama, sudah tentu harus mencari tahu dimana alamat dari perkumpulan Jeng siong hwe untuk minta kembali Pedang darah.

Kedua mencari ibunya, entah sudah mati atau masih hidup. Sejak kematian Iblis timur maka putuslah sumber penyelidikannya untuk menuntut balas, kalau ibunya belum ketemu, maka dendam kesumat ini akan selamanya tenggelam ditelan masa, selain ada kejadian diluar dugaan, hakikatnya tak mungkin dia dapat menyelesaikan semua urusan ini secara sempurna.

Dan yang ketiga adalah menyirapi dimana sekarang Loh Cu gi berada.

Dengan kehebatan ilmu ringan tubuhnya, tak lama kemudian dia sudah menginjak jalan raya dan menempuh perjalanannya yang tiada tujuan yang tertentu.

Banyak urusan yang harus dikerjakan, namun setiap pekerjaan itu sangat sukar dan rumit, entah dari mana ia harus mulai turun tangan.

Hari itu tengah ia melakukan perjalanan, tiba2 dilihatnya didepan jalan sana terpaut puluhan tombak tengah berlari kencang dua bayangan orang yang sangat dikenal, tergeraklah hatinya.

Begitu mengembangkan gerak kelit dari pelajaran Bu siang Sin hoat, sedemikian hebat dan menakjupkan gerakan itu tahu2 dia malah sudah melampaui didepan kedua orang itu, terus membalik tubuh menghadang ditengah jalan.

Keruan kedua orang itu berseru kaget dan lekas2 menghentikan langkahnya, waktu ditegasi kiranya kedua orang itu bukan lain adalah Siang Siau hun dan Tou sing to gwat Si Ban cwan si maling bintang.

Bahwa Siang Siau hun bisa berjalan bersama Si maling bintang Si Ban cwan, hal ini benar2 mengejutkan dan mengherankan Suma Bing.

Setelah melihat jelas orang yang menghadang mereka ditengah jalan itu ternyata adalah Suma Bing, seketika Siang Siau hun dan Si Ban cwan terhenyak melongo terbelalak...

Segera Suma Bing memberi hormat kepada Si maling tua lalu dengan riang gembira berseru menyapa: "Adik Hun!"

Wajah Siang Siau hun kelihatan agak kurus pucat, air mukanya tengah ber-kerut2, tubuhnyapun ikut gemetar, matanya, yang bundar jeli dan bening dengan nanap mengawasi wajah Suma Bing, per-lahan2 air mata meleleh keluar dengan derasnya.

Keadaan ini membuatnya melengak dan tak habis herannya.

"Apakah ini bukan mimpi?" akhirnya tercetus juga ucapan Siang Siau hun.

Lebih besar lagi rasa heran dan kejut Suma Bing, tanyanya tak mengerti: "Adik Hun, apakah yang telah terjadi?"

"Buyung," si maling bintang akhirnya ikut bicara, suaranya gemetar: "Apa kau belum mati?"

"Mati? Mengapa aku harus mati, apakah maksudnya ini?."

"Bukankah kau sudah terjungkal masuk Lembah kematian oleh keroyokan dua diantara Si tiau khek?"

Baru sekarang Suma Bing sadar dan paham, sahutnya: "Memang begitu kejadiannya, dari mana Cianpwe bisa mendapat tahu?"

"Aku si maling tua bersama nona Siang mengejar jejakmu ke Bu kong san, dibibir jurang lembah kematian bersua, dengan Racun diracun, dari mulutnyalah kita ketahui bahwa kau sudah jatuh masuk jurang. Waktu itu nona Siang hampir tidak ingin hidup lagi..."

Suma Bing berpaling kearah Siang Siau hun, suaranya ringan halus: "Adik Hun!"

Siang Siau hun mengeluh panjang terus menubruk kedalam pelukan Suma Bing, katanya sesenggukkan: "Engkoh Bing, peluklah aku erat2, biar kurasakan kehadiranmu ini, katakanlah bahwa ini bukan impian!"

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang