11. Manusia Bebas

3.6K 64 0
                                    

"Bong bian heng bagaimana keadaanmu?" tanya Suma Bing penuh perhatian.

"Tidak apa, aku hanya kehabisan tenaga," habis berkata ia merogoh keluar dua butir obat dimasukkan k edalam mulutnya, "mari kita pergi."

Si orang berkedok manggut2, dalam sekejap mata mereka sudah menghilang dan berlarian cepat turun gunung, langsung menuju ke arah 'gunung tanpa bayangan'.

Di tengah perjalanan si orang berkedok berkata, "Dengar kejadian ini masih belum sirap, saudara kecil kalau hendak membuka tabir pembunuhan di Ceng seng san dan teka teki penyergapan terhadap kau, kecuali dapat membongkar kedok asli ketua Bwe hwa hwe, maka tiada terpikir untuk kau main tebak apa segala."

"Wajah aslinya atau asal usul Ketua Bwe hwa hwe masa tiada seorangpun yang tahu didunia persilatan?"

"Mungkin begitu!"

"Termasuk anak buahnya?"

"Itu soal lain lagi. Tapi menurut hematku, didalam Bwe hwa hwe sendiri yang mengetahui wajah asli ketuanya sendiri mungkin tidak banyak, kalau tidak mungkin sudah bocor dan tersiar di kalangan Kangouw."

"Namun cepat atau lambat pasti harus dibongkar kedoknya".

"Ketua Bwe hwa hwe sekali ini telah salah perhitungan..."

"Mengapa?"

"Menurut penilaiannya mungkin dia anggap kita berdua sudah terluka berat, kalau meratpun takkan dapat berjalan, maka dia hanya perintahkan anak buahnya untuk mengadakan razia besar2an, sedang dia sendiri tidak ikut muncul kalau tidak, mungkin saat ini kita sukar lolos dari lubang maut."

"ltupun belum tentu, kalau kemaren aku tidak terlalu bernafsu dan nekad, tidak sampai sedemikian mengenaskan kekalahanku"

Tiga hari kemudian, mereka tiba diatas sebuah puncak tinggi yang menembus langit.

Menunjuk lautan awan didepannya yang tidak berujung pangkal si orang berkedok berkata: "Di sanalah letak gunung tanpa bayangan itu."

Tanpa terasa Suma Bing mengerut kening, katanya: "Mana, sedikitpun aku tidak melihat?"

"Kalau sudah dinamakan tanpa bayangan, sudah tentu sampai bayangannyapun tidak begitu gampang dapat ditemukan orang. Kita hanya memerlukan melanjutkan terus mendekati kearah lautan awan itu, kalau jaraknya sudah dekat dan penglihatan lebih terang tentu gampanglah mencari jalan. Tapi watak manusia bebas diluar dunia ini sangat aneh di luar kesopanan."

Suma Bing tersenyum ewa, katanya: "Masa dia lebih aneh dari guruku Lam Sin Kho Jiang."

"Sifat sesat suhumu kesohor karena dia paling menentang adat istiadat atau kebiasaan umum, namun sedikit banyak ia masih mau bicara tentang kebenaran. Lain dengan manusia bebas dari dunia luar ini, saking aneh dia tidak mengenal apa yang dinamakan kebenaran."

"Peduli apa, pendek kata kita harus mendapatkan rumput ular itu."

Begitulah dengan cepat mereka telah mendekati dan mulai tiba dilautan awan, mereka langsung menerobos terus ketengah. Dengan kekuatan tenaga Lwekang Suma Bing matanya dapat melihat terang dalam jarak sepuluh tombak, diluar jarak itu hanya remang2, maka mereka harus menggeremet maju per-lahan2.

Setengah jam kemudian si orang berkedok menunjuk sebuah bukit batu yang kelihatan remang2 dan berkata: "Itulah disana, mari kita naik kesana!"

Ber-kobar2 semangat Suma Bing, segera ia mendahului berlari mendaki ke arah bukit batu itu. Baru saja mereka tiba di lamping bukit, se-konyong2 terdengar sebuah suara berat dan keras membentak: "Siapa itu, berhenti!"

Segera Suma Bing hentikan langkahnya, waktu ia angkat kepala terlihat seorang tua baju kuning, rambut dan jengot serta alisnya sudah beruban, berduduk tenang diatas sebuah batu yang menonjol. Ter-sipu2 si orang berkedok maju memberi hormat serta berkata hormat: "Wanpwe..."

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang