62. Sabda Budha di Akhir Cerita (TAMAT)

4.8K 78 17
                                    

Dua bayangan orang muncul dari balik batu dalam mulut selat sana. Mereka bukan lain adalah si maling bintang yang menggendong Phoa Cugiok yang terluka berat.

Se-konyong2 terdengar Suma Bing menggembor keras: "Roboh!" 

Sambil kerahkan seluruh tenaganya, dilancarkannya jurus Membuka langit menutup bumi. Kontan Loh Cu-gi memekik seram, tubuhnya jungkir balik tergulung oleh angin badai pukulan Suma Bing, demikian hebat pukulan ini sampai tubuhnya melayang tiga tombak jauhnya, mulutnya menyemburkan darah hitam kental dan..... 

"Bruukk!"

Dengan kerasnya dia terbanting di atas tanah. Gembong penjahat nomor wahid dari kaum persilatan ternyata sedemikian tinggi dan dalam Lwekangnya, begitu menyentuh tanah bergegas dia bangkit kembali.

"Roboh!" 

Lagi2 terdengar hardikan lebih keras, tangan Suma Bing bergerak miring menyilang tepat ke dada lawan. Loh Cu-gi menyemburkan darah untuk kesekian kalinya dan terhuyung-huyung mundur, akhirnya ia jatuh terduduk tanpa bergeming lagi Suma Bing angkat langkah maju mendekat, wajahnya diliputi kemenangan dan kesadisan, desisnya sambil menggertak gigi: "Loh Cu-gi, hukum alam tak memberi ampun bagimu."

Suara Loh Cu- gi melengking bagai teriakan setan, yang setan batuk: "Bo...cah kepa...rat, kau puas sudah ?"

"Tentu nanti setelah saat ini sudah lewat."

Loh Cu-gi melolong sedih, tangannya diangkat terus mengepruk ke batok kepalanya sendiri. Sigap sekali jari2 Suma Bing menyentil , dua jalur angin keras melesat keluar. Terdengar keluhan yang memualkan, tangan Loh Cu-gi yang sudah terayun itu seketika lemas lunglai bagai tak bertulang, di lain saat sebelah tangannya juga sudah tertotok lemas.

"Loh Cu-gi , kau pikir sedemikian gampang kau hendak mengakhiri dosa2mu!?"

"Kepa...rattt, apa yang hendak kau perbuat atas diriku!?"

"Akan kubikin darahmu habis setetes demi setetes, supaya jiwamu amblas sedetik demi sedetik!"

Loh Cu-gi berteriak beringas, tubuhnya mendadak meronta bangun, tapi baru setengah jalan sudah roboh lagi serta mulutnya menyemburkan darah lagi. Suma Bing maju selangkah mencengkram dadanya terus dijinjing tinggi2. Sebuah lolong yang mengerikan, memecah
kesunyian alam pegunungan, lengan kanan Loh Cu-gi yang mengenakan Cincin Iblis telah dibetot putus dari badannya seperti membetot paha ayam panggang saja. Inilah pertunjukkan yang paling seram kejam dan mengerikan.

Dari jari yang sudah putus lengannya itu Suma Bing menanggalkan Cincin iblis miliknya, lalu dia menutuk pundak Loh Cu-gi mencegah mengalirnya darah yang sangat deras.

Nadanya seram menakutkan: "Loh Cu-gi kau menghina dan mencelakai guru serta, mendurhakai leluhur, lenganmu ini terhitung sekedar sebagai penebus dosa kepada perguruan."

Tubuh Loh Cu -gi berkelejotan, wajahnya pucat pasi tanpa darah. Teriakan yang menggetarkan sanubari dan menyedot sukma terdengar lagi, lengan kiri Loh Cu -gi telah dipuntir putus pula dari pundaknya.

"Dengar, kau mencelakai Suci Sim Giok- sia, membunuh Tiang-un Suseng Pho Jiang menyebar kejahatan dan menyebar maut di kalangan Kangouw, dimana2 menimbulkan gelombang pertengkaran dan kekacauan, kematianmu ini masih belum cukup untuk menebus segala dosa2mu itu, biarlah lenganmu ini sebagai barang tangggungan!"

Kalau dadanya tidak dicengkeram oleh Suma Bing, pasti Loh Cu-gi tidak kuat lagi berdiri sekian lama. Sekarang Suma Bing merogoh saku dalam baju orang itu kemudian dikeluarkanlah sebilah senjata tajam yang berkilau memancarkan sinar dingin, jengeknya: "Sungguh tak diduga kaupun tidak melupakan membawa cundrik Penembus Dada ini."

Pedang Darah Bunga IblisWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu