18. Mau Menolong Malah Ditolong

3.7K 60 0
                                    

Sudah tentu Suma Bing tidak berani memandang enteng serangan musuh ini, bercekat hatinya, serentak dikerahkan seluruh tenaganya untuk balas menyerang.

Dentuman dahsyat memekak telinga memecah kesunyian begitu dua angin pukulan saling tumbuk ditengah udara. Ke-dua2nya terpelanting mundur selangkah.

Sungguh kejut Racun utara bukan kepalang, bahwa hanya terpaut beberapa hari saja darimana datangnya Lwekang si bocah ini sedemikian hebat? Hal ini benar2 membikin jatuh pamor dan gengsinya, bahwa seorang angkatan muda dapat mengimbangi kepandaian dan tenaga dalamnya. Maka lebih besar lagi tekadnya untuk melenyapkan jiwa Suma Bing, setelah terlongo sebentar, serangan kedua sudah dilancarkan lagi. Pukulan kali ini mengerahkan seluruh kekuatan Hian-in-kang yang terlatih puluhan tahun, badai angin dingin yang menyesakkan napas membuat tiga tombak sekelilingnya terasa dingin membeku.

Sementara itu, Suma Bingpun sudah bersiap kerahkan seluruh kekuatan Kiu yang sin kang untuk menangkis. Taufan panas ber-gulung2 melanda kedepan dengan dahsyatnya.
Seketika Racun utara mendehem sekali, tubuhpun ber-goyang2. Sebaliknya Suma Bing menggigil kedinginan, tubuh terasa hampir membeku, tanpa kuasa tubuhnya terhuyung mundur selangkah.
Semua penonton termasuk para kerabat dari Bwe-hwa-hwe berobah tegang.
Dalam pada itu, dimana kedua tangan Racun utara diulur-odotkan, ilmu Hian in kang nya lagi2 sudah merangsang tiba.

Si orang berkedok yang sembunyi diluar rimba sana berkeringat dingin dan kuatir akan keselamatan Suma Bing. Disamping itu diapun merasa heran dan terkejut akan Lwekang Suma Bing yang mendadak bertambah berlipat ganda sangat lihay lagi. Apa mungkin dia mendapat sesuatu rejeki yang aneh?
'Bum' ditengah suara dentuman ini, kedua pihak tersurut lagi masing2 selangkah. Jelaslah bahwa Lwekang atau kekuatan mereka berimbang. Sungguh gusar dan malu Racun utara bukan olah2, segera ia mendesak maju dan beruntun kirim tiga kali serangan berantai, jurus demi jurus lebih lihay dan lebih ampuh, apalagi sekaligus dilancarkan maka bukan olah2 hebat dan dahsyat perbawanya.

Dalam gebrak terakhir ini mau tak mau Suma Bing harus mengakui bahwa dirinya kalah latihan, seketika dia terdesak mundur tiga tindak. Mendapat peluang yang menguntungkan ini Racun utara tidak me-nyia2kan, gaya silat yang aneh dan lihay beruntun diberondong keluar bagai air bah melanda, se-akan2 sekali serang dia ingin mengkeremus musuh kecilnya ini yang dianggapnya masih berbau bawang, tapi berani unjuk gigi.

Suma Bing kertak gigi, ajaran suhunya yang paling lihay dan ampuh juga tidak kalah perbawanya diboyong keluar untuk berhantam secara keras lawan keras, sedikitpun dia tidak sudi unjuk kelemahan dihadapan musuh bebuyutan perguruannya ini. Gegap gempitalah sekitar gelanggang pertempuran, tigapuluh jurus kemudian kebandelan Suma Bing yang bersilat secara tidak mengenal kompromi ini kiranya membawa hasil juga, lama kelamaan Racun utara semakin payah terdesak dibawah angin dari menyerang terbalik diserang.
Kiranya setelah keracunan Ban-lian-tok-bo atau bisa diantara raja bisa dari Racun diracun, meskipun Racun utara paling membanggakan akan permainan serta kemahirannya menggunakan racun, toh dalam waktu singkat tidak mungkin dia mampu membersihkan atau mencuci bersih racun berbisa yang mengeram dalam tubuhnya. Maka begitu saling hantam dan kelewat besar menggunakan tenaga racun yang mengeram dalam tubuhnya mulai bekerja semakin cepat mengikuti aliran jalan darah. Maka semakin lama dia harus memeras keringat dan terdesak terus dibawah angin. Masih untung kalau dia berlaku tenang, tapi semakin dia gugup dan malu menjaga gengsi apa segala semakin payah dan ricuhlah keadaannya.

Adalah sebaliknya semakin bertempur semangat Suma Bing semakin berkobar, tenaga dalam semakin lancar dan bergairah penuh, nyata bahwa Kiu-tjoan-hoan-yang-tjau-ko mulai menunjukkan kemustajabannya.
Terdengar sebuah geraman keras disertai pekik nyaring kesakitan. Kontan terlihat Racun utara Tangbun Lu tergusur tiga langkah, menyemprot darah segar, tubuhnya lemas terkulai hampir roboh.
"Tua jadah berbisa, bagaimana?" jengek Suma Bing temberang.

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang