5. Siapakah Aku Ini?

4.3K 72 0
                                    

Go Bing semakin bingung dan pepat pikiran, berbagai peristiwa yang beruntun terjadi ini benar2 merupakan teka-teki yang susah dipecahkan olehnya. Teringatlah akan tugas yang dibebankan oleh Suhunya, jaitu harus memenggal kepala Tiang-un Suseng, kenyataan bahwa Tiang-un Suseng sekarang sudah mati, maka ia harus segera kembali melaporkan hal ini dan minta petunjuk sang guru selanjutnya. Tentang kematian Siang Siau-moay dan Li Bun-siang terpaksa ia harus menunda sementara waktu, biar kelak dilanjutkan lagi penyelidikan ini pada lain kesempatan.

Karena pikirannya ini segera ia berkata kepada siorang berkedok, "Siaute masih banyak urusan yang harus dikerjakan, terpaksa kita harus berpisah untuk sementara waktu!"

Dengan rasa berat siorang berkedok berkata, "Apakah memerlukan tenagaku untuk membantu?"

"Terima kasih, rasanya tidak perlu!"

"Ya, kuharap tidak lama lagi kita dapat bertemu pula!" Sekali melompat tinggi Go Bing melesat keluar dari dalam rimba terus berlari kembali mengikuti jalan besar.

Hari kedua tibalah dia digua tempat kediaman Gurunya, waktu memasuki gua tiada terdengar bentakan gurunya yang sudah kebiasaan itu, hatinya berdetak tidak tenteram, langkahnya dipercepat memburu masuk, terlihat gurunya tengah duduk menggelendot dinding, mata tunggalnya sudah kehilangan sinar murni yang biasa menjedot semangat orang.

"Kau sudah kembali?" suaranya kedengaran sangat lelah.

Go Bing menyahut hampa, "Kau.... bagaimana kau orang tua?"

"Aku sudah tak kuat lagi, kau kebetulan kedatanganmu ini."

"Apa, apa kau mengalami sesuatu?"

"Bagaimana tugasmu? "

"Tiang-un Suseng sudah mati bunuh diri."

"Bunuh diri, mana batok kepalanya?"

"Murid.... eh, aku hanya melihat kuburannya."

Mata tunggal Sia-sin Kho Jiang membelalak besar, serunya tergetar, "Darimana kau ketahui bahwa dia mati bu­nuh diri?"

"Kebetulan kujumpai seorang sahabatnya yang sembahyang dikuburannya, dari mulutnyalah kuketahui."

"Hm, kepandaian dan kecerdikan Tiang-un Suseng merupakan pentolan diantara sepuluh kawannya, Bunuh diri? Apa kau melihat sendiri jenazahnya?" Go Bing menggeleng kepalanya.

"Kau harus mengeduk kuburannya untuk mengetahui kebenarannya. Kematian Ci Khong sigundul itu, cukup membuat para kurcaci ini waspada, mereka tidak akan sayang menggunakan segala akal muslihat demi keselamatan jiwa-nya sendiri. Siaucu, dulu waktu Lohu dicelakai sebelumnya telah keracunan oleh mereka, untung mengandal Sian-thian-sin-kang aku masih dapat melindungi nadi jantungku, sehingga tidak segera mati. Sekarang racun itu sudah luber dan menjalar semakin dalam, Lohu sudah tidak lama dapat hidup lagi."

Rambut dan jenggot Sia-sin Kho Jiang ber-gerak2, dia tengah paksakan diri unjuk bicara, tangannya bergoyang cepat, katanya, "Dengar kataku, dua puluh tahun yang lalu dipuncak Sin-li-hong (puncak dewi suci) digunung Bu-san, aku disergap oleh tujuh orang diantara "Bui lim-sip-yu" yang kenamaan didunia persilatan. Dalam pertempuran itulah baru kuketahui bahwa sebelumnya aku telah dibokong, tubuhku terkena racun yang amat berbisa kepandaianku sudah susut separoh lebih, untung saat itu aku dapat melindungi nadi dan jalan darah terpenting menggunakan Kiu yang-sin-kang, untuk sementara aku dapat mencegah racun itu supaya tidak menjalar karena aku hanya bertempur seru...."

Mendengar sampai disini, saking tegang jantung Go Bing berdetak cepat darahpun bergolak dalam tubuhnya.

Berhenti sejenak lalu Sia-sin Kho Jiang melanjutkan ceritanya lagi, "Betapa gusar dan benci Lohu waktu itu maka sewaktu turun tangan akupun tidak kepalang tanggung lagi, sekaligus kulukai lima diantara mereka, tapi karena tubuh keracunan tenaga murni susah dikerahkan lagi, maka aku mandah dikorek sebuah mataku dan dikutungi kedua kakiku terus dibuang kedalam jurang dipuncak Dewi suci...."

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now