"Sebagai pembalasan!"
"Pembalasan?"
"Benar, pembalasan terhadap Kho-lo-sia, gurumu itu sekarang sudah mati, maka kaulah yang harus menebus dosanya."
"Tapi, kenapakah sebenarnya?"
"Karena benci!" seru Sim Giok-sia berang.
"Aku masih belum jelas!"
"Belum jelas ya sudah"
Pada saat itulah dari kejauhan ditengah danau sana mendatangi sebuah sampan lain yang terombang-ambing ditengah alunan ombak danau bagai seekor burung pinis melaju dengan cepat.
Sim Giok-sia berseru kejut dan menghentikan sampannya, tak lama kemudian sampan itu sudah tiba dihadapan mereka, terlihat diatas sampan kecil itu berduduk seorang wanita bersolek yang berpakaian sangat mewah dengan sanggul kepalanya penuh dihiasi mutiara.
Sejenak Suma Bing tertegun, lantas berseru kegirangan:
"Jui-ih!"
Memang wanita setengah umur yang duduk dalam sampan kecil itu adalah bibinya Ong Fong-jui.Ong Fong-jui manggut2, lalu berkata kepada Sim Giok-sia:
"Putar haluan!"
Selintas Sim Giok-sia melengak, lantas tanyanya:
"Siapa kau?"
"Ong Fong-jui!"
"Mengandal apa kau minta aku putar haluan!"
"Atas perintah Suhumu!"
"Mengandal ucapan mulutmu itu?" semprot Sim Giok-sia.Kata Ong Fong-jui dengan nada berat:
"Setelah tiba didaratan akan kujelaskan, sekarang putarlah dulu haluan!" sambil berkata sebelah tangannya diayun sejalur angin kencang berputar tiba membuat sampan yang dinaiki Sim Giok-sia dan Suma Bing berputar arah terus melesat jauh balik kearah Te-tjui-hong.
"Kau berani!" bentak Sim Giok-sia gusar. Beruntun kedua tangannya memukul kepermukaan air untuk menghentikan luncuran perahunya, namun bagaimanapun usahanya sia2, sampannya itu tetap meluncur lempang kedepan.Seperti permainan anak2 saja tanpa mengeluarkan tenaga besar, kedua tangan Ong Fong-jui bergerak bergantian mendera kedua sampan mereka. Dalam waktu singkat mereka sudah tiba dibawah Te-tjui-hong. Tanpa perdulikan apa yang bakal terjadi Suma Bing mendahului melompat kedarat. Segera Ong Fong-juipun mengikuti jejaknya.
Sungguh dongkol dan gusar Sim Giok-sia bukan olah2, begitu kakinya menginjak tanah langsung ia kirim tiga kali pukulan hebat kearah Ong Fong-jui.
Ringan dan seenaknya saja Ong Fong-jui mengebutkan lengan bajunya, maka tiga kali serangan Sim Giok-sia itu sirna hilang bagai tenggelam dalam lautan.Diam2 Suma Bing melelet lidah, sungguh diluar tahunya bahwa Lwekang bibinya ternyata sedemikian tinggi. Naga2nya masih berada diatas Lam-sia dan Setan barat.
Saking gusar dan kewalahan Sim Giok-sia gemetar dan menghentikan serangannya. Dia insaf bahwa kepandaian lawan berlipat ganda lebih tinggi dari kemampuannya, akan sia21ah tindakannya yang tanpa perhitungan. Hanya dia heran bagaimana bisa lawan datang dari arah pulau ditengah danau sana. Lagipula bukan saja melihat mendengar nama Ong Fong-jui saja dia belum pernah.Pandangan Ong Fong-jui menyapu dua orang didepannya lalu berkata:
"Sim Giok-sia, dihitung usia kau lebih tua dari aku. Kalau menurut tingkatan aku lebih tinggi dari kau! Maka aku langsung memanggil namamu. Apa kau tahu apa hubunganmu dengan Suma Bing?"
Mendengar pertanyaan terakhir ini bukan saja Sim Giok-sia melengak heran, Suma Bing juga melonjak kaget.
"Hubungan apa?" tanya Sim Giok-sia gemetar.
"Kakak beradik seperguruan!"
Saking kaget Suma Bing mundur selangkah, pandangannya menyapu Sim Giok-sia, serunya heran dan tak mengerti:
"Kakak beradik seperguruan?"
"Benar, kakak beradik seperguruan." sahut Ong Fong-jui serius.
"Bagaimana jelasnya ucapanmu ini?" tanya Sim Giok-sia penuh haru.
"Kau tahu apa hubunganmu dengan Setan barat?"
"Dia Suhuku."
"Kau salah, dia adalah ibumu."Sim Giok-sia terhuyung tiga langkah, tubuhnya menggigil, kepala diabitkan menyingkap rambut panjang kebelakang, maka terlihatlah wajahnya yang pucat pias setengah tua, wajah itu penuh keheranan dan bertanya gemetar:
"Dia adalah Bundaku?"
"Benar, dan Sia sin Kho Jiang adalah ayah kandungmu!"
Sim Giok-sia terkulai hampir roboh, ini benar2 suatu berita yang susah dipercaya dan dapat diterima olehnya.
"Apakah itu benar?" gumam Suma Bing penuh haru.
"Tentu, kalau tidak dikatakan langsung oleh Setan barat sendiri pada sejam yang lalu, aku sendiripun tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Darah Bunga Iblis
ActionBayi yang masih berumur 3 bulan ditusuk ulu hatinya dengan pisau/cundrik oleh ibunya, dan buka cuma itu saja ia kemudian dilemparkan ke jurang yang dalam oleh seseorang yang dikenal sebagai pendekar ternama. Tapi sungguh beruntung seorang tokoh sakt...