3. Memperebutkan Pedang Berdarah

6.3K 93 1
                                    

Dalam pada itu, dengan kecepatan lari Go Bing dan orang berkedok itu dalam waktu singkat sepuluh li sudah dicapai, sepanjang jalan sudah mereka teliti dan selidiki namun tidak diketemukan seperti apa yang diceritakan Siang Siau hun tentang orang tua yang terluka berat dan hampir mati, jangan kata mayatnya bayangannya saja tidak kelihatan.

Siorang berkedok menghela napas, katanya, "gelombang perkitaian dikalangan kangouw sangat berbahaya, agaknya lagi2 suatu peristiwa yang susah dipecahkan." Gerak kaki mereka semakin lamban, Selama dalam perjalanan sudah berulang kali Go bing hendak membuka mulut menanyakan tentang jejak Tiang-Un Suseng, tapi tidak tahu dia darimana ia harus membuka mulut.

Siorang berkedok telah membuka mulut lagi, "Saudara kecil kemanakah tujuanmu?"

"Tiada tujuan yang menentu, kemana2pun boleh jadi."

"Lohu ingin bersahabat dengan kau, bagaimana pendapatmu?"

"Hal ini.... sudah tentu boleh!"

"Saudara kecil lulus dari perguruan mana?"

Go Bing ganda tersenyum, katanya, "Kita mengikat persahabatan sejati saja, bagaimana?"

"Apa yang dinamakan persahabatan sejati?"

"Tuan tidak perlu menanyakan asal usul dan riwayatku, akupun tidak usah menanyakan nama atau gelaranmu, umpamanya kalau aku minta kau menanggalkan kedokmu, itu bukankah membuat kau serba susah, kalau tuan mengenakan kedok itu tentu mempunyai kesukaran sendiri. Maka itu kita mengikat persahabatan sejati, dua belah pihak sama membawa keuntungan masing2."

Siorang berkedok tertawa gelak2, serunya, "tepat, sungguh tepat! Tapi lantas bagaimana memanggil nama masing@?"

"Dilihat dari usia tentu kau jauh lebih tua, baiklah kupanggil kau Bong-bian-heng (kakak berkedok), tentang aku, terserah kau mau panggil aku apa?"

"Bagus sekali, aku lebih tua dan menjadi kakak, baiklah kupanggil kau "Saudara kecil" saja?"

"Aku sih menurut saja."

"Saudara kecil kalau kau tiada apa2 yang perlu dikerjakan...."

"Yang dimaksud tiada tujuan tertentu adalah sekarang ini," demikian tukas Go Bing memberi penjelasan, "Kelak tidak termasuk dalam maksudku itu."

"Baiklah kita persoalkan sekarang ini, kau ikut aku pergi ke suatu tempat, lalu kita sama2 pergi menyelidiki barang yang dititipkan non Siang dan telah tercuri hilang itu, asal kita dapat menemukan barang itu, tentu mudah saja kita mengejar sipembunuh yang telah meracuni adik nona Siang dan Li Bun siang itu."

"Kemana Bong-bian-heng hendak pergi?" panggilan ini boleh dikata tidak berarturan dalam garis sopan santun, dasar murid Sia-sin yang terkenal sesat dan suka membangkang dari garis umum sedikit banyak Go Bing ketularan sifat gurunya itu, sedikitpun ia tidak ambil peduli pendapat itu, justeru siorang berkedokpun tidak ambil perhatian malah ia tertawa geli dalam hati.

"Pergi menyambangi seorang sahabat lama."

"orang macam apakah dia?"

"Sahabatku itu sudah meninggal dunia."

"Lalu...."

"Pergi sembayang dideapan kuburannya."

"Oh, jadi begitu!"

Selama dua jam Go Bing mengintil dibelakang siorang berkedok sampailah mereka didepan sebuah lereng gunung kecil, benar juga disana dilihatnya sebuah gundukan tanah tinggi diantara semak2 rumpun bambu.

"Inilah dia."

"Berapa lama sahabatmu meninggal?"

"Belum lama ini."

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang