12. Iblis Timur

3.6K 56 1
                                    

Si orang berkedokpun telah melihat perobahan sikap Suma Bing yang aneh ini, tanyanya heran: "Saudara kecil, ada apa kau?"

"Iblis timur ini harus kubunuh!" desis Suma Bing sambil mengertak gigi.

"Apa, kau hendak membunuh Iblis timur, ada permusuhan apakah kau dengan Tang mo?"

"Dendam sakit hati sedalam lautan."

"Tapi dengan kemampuanmu sekarang, mungkin kau masih bukan tandingan Tang mo?"

"Terpaksa aku harus nekad." sahut Suma Bing penuh kebencian.

"Saat ini belum menguntungkan kau untuk bergerak."

"Kenapa?"

"Pek hoat sian nio belum puas sebelum dapat meringkus kau. Dan lagi apa kau sudah perhatikan baju ungu disebelah timur itu?"

Waktu Suma Bing menyapu pandang ketempat yang ditunjuk, tanpa terasa ia melonjak kaget dan berseru: "Bwe hwa hwe tiang!"

"Benar, orang inipun takkan melepaskan kau, ketahuilah bahwa lwekang ketiga orang ini jauh diatas kepandaianmu"

Suma Bing ganda mendengus tanpa buka suara lagi.

Gerak gerik kedua orang ditengah gelanggang kini berobah semakin lambat, lama sekali baru melancarkan satu jurus, namun setiap jurusnya adalah ajaran2 silat tingkat tinggi yang lihay, asal salah satu pihak berlaku sedikit lalai, hidup atau mati segera akan menentukan, sebab pertempuran macam demikian adalah lebih seram dan berbahaya. Mendadak Tang mo berteriak panjang, kedua tangan bergerak melintang terus disurung maju, gerak serangannya ini aneh menakjubkan dan keras luar biasa. 

Dalam waktu yang bersamaan Pek hoat sian nio juga melancarkan sebuah pukulannya, perbawanya bagai kilat menyambar dan guntur menggelegar. Dua belah pihak sama2 melancarkan serangan tanpa salah satu pihak mau mengalah atau robah cara permainannya untuk bertahan misalnya. Sebab inilah cara bertempur untuk gugur bersama, seakan kedua belah pihak mempunyai dendam kesumat sedalam lautan sebelum salah satu pihak menemui ajal takkan berhenti.

'Blang, bum!' dua kali ledakan menggoncangkan sekitar gelanggang pertempuran, diselingi suara pekik tertahan dua bayangan orang terpental mundur berbareng, para penonton pun ikut berseru kaget. Kalau Pek hoat sian nio terhuyung hampir roboh, darah mengalir dari ujung bibirnya. Adalah Tang mo menyemburkan darah, tubuhnya mundur setombak lebih dan untung masih kuat berdiri diatas tanah.

Sebuah bayangan berkelebat, tahu2 Ketua Bwe hwa hwe sudah berdiri diantara Pek hoat sian nio dan Tang mo. Terdengar ia berkata dingin penuh ancaman: "Tang mo, serahkan saja kepadaku, kenyataan sudah membuktikan kalau kau serahkan Pedang darah itu pasti jiwamu dapat terjamin, atau sebaliknya kau akan kehilangan segalanya, pedang dan jiwamu amblas keduanya."

Tergetar seluruh tubuh Suma Bing, desisnya mengertak gigi: "Mereka tengah memperebutkan Pedang darah."

"Kiranya Pedang darah masih berada ditangan Tang mo, jelas bahwa kabar dikalangan Kangouw yang mengatakan Pedang darah itu terjatuh ditangan Mo san ji kui adalah bohong belaka!"

Perasaan hati Suma Bing susah dilukiskan, Pedang darah seharusnya menjadi hak milik ajahnya, dan ayah bundanya pun mati lantaran benda itu, dia sendiripun hampir direnggut oleh elmaut. Sakit hati harus dibalas, Pedang darah juga harus direbut kembali.

Lantas teringat juga pesan suhunya sebelum ajal... Pedang darah, Bunga iblis capailah pelajaran silat yang tiada taranya itu, untuk menuntut balas dan mencuci baik nama perguruan...

Belum habis pikirannya, terdengar Tang mo perdengarkan suara tawa menggila bagai lolong serigala seperti pekik orang hutan pula, lalu serunya: "Kau ini terhitung barang macam apa?"

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now