56. Tertawan

3K 48 0
                                    

Dengan sikap serius berkatalah Bu-tong Pan Bing-say: "Menurut laporan mata2 yang hamba sebar, ternyata belakangan ini Bwe-hwa-hwe telah mengundang berbagai gembong2 penjahat dari aliran hitam yang sudah lama tidak pernah muncul. Diantaranya Hwe-hun-koay-hud juga telah diundangnya datang dan diangkat sebagai Maha pelindung mereka.................... "
"Selain itu masih ada Lam-hay-si-niu, Tiang-pek-siang-pan. Tok-jiau Kho Wan, dan Ngo-tay-tok-hok Thauto dan lain2. Mereka sudah menggabungkan diri kepihak Bwe-hwa hwe"

Terpancar sinar kemarahan pada kedua mata Suma Bing, desisnyai: "Lamhay-si-niu (empat camar dari Lam-hay) juga menggabungkan diri kepihak Bwe-hwa-hwe?"
Suma Bing sedikit mengangguk dan bertanya heran:
"Kalian... "

Sim tong Tongcu Song Lip Hong segera tampil kedepan dan lapor dengan hormat: "Hamba beramai begitu menerima kabar bahwa ternyata Huma seorang diri telah meluruk kemarkas besar Bwe hwa hwe, maka bergegas kami menyusul tiba untuk terima tugas!"
"Ini... "
"Harap Huma suka mundur dahulu, hamba ada pesan yang perlu disampaikan!"
Suma Bing mengiakan dan mundur sejauh lima tombak diikuti kedua Tongcu itu.
-oo-dw-oo-

"Benar!"
"Bagus sekali!"
Sim dan Bu kedua Tongcu menjadi melengak heran, entah apa yang dimaksud "bagus" oleh Suma Bing ini mereka tidak tahu.
Tanya Suma Bing selanjutnya: „Bagaimana keadaan di perkampungan ?''
"Sejak Huma samaran itu datang dan menipu Kiu-im-cin-keng, sampai sekarang tiada terjadi apa2 lagi!" demikian jawab Sim-tong Song Lip-hong.
"Baik, sekarang kalian boleh pimpin anak buahmu tinggalkan tempat ini."
"Huma........"
"Kedatanganku ini untuk menuntut balas, aku tidak ingin ada lain orang turut campur"
"Namun hamba beramai menerima perintah dari Kiong-Hu........ "
"Tidak perlu lagi...... "

"Huma, jenazah jatas pohon itu........ "
"Jenazah simaling bintang Si Ban-cwan!" kata Suma Bing sambil kertak gigi.
"Ah, tidak mungkin jadi!"
"Kenapa tidak mungkin?"
"Dua hari yang lalu kita pernah bertemu dengan si maling bintang. Katanya dia terburu2 hendak menuju ke Ngo-san untuk menjelaskan kesalah pahaman Huma!!"
"Apa betul?"
"Tidak akan salah!"

"Bukan mustahil dia tertawan setelah berpisah dengan kalian......... "
"Bagaimana juga si-maling bintang berkepandaian tinggi banyak pula akal muslihatnya, tak mungkin sedemikian gampang dia kena tertawan?"
"Lalu bagaimana dengan jenazah yang terpancang di pohon ini?"
"Hamba merasa sangat ganjil!"
"Aku harus segera mengubur jenazah ini!"
"Biarlah hamba beramai yang mengerjakan."
Segera Sim-tong Song Lip-hong melangkah lebar menghampiri kearah jenazah si maling bintang yang terpantek diatas pohon itu

"Nanti dulu Song Tongcu!"
"Huma masih ada perintah apa lagi?"
"Ada orang mengirim surat memberi peringatan, Katanya jangan menyentuh jenazah itu!"
Song Lip-hong berjingkat, tanyanya menegas: "Jangan menyentuh mayat?"
"Apa mungkin merupakan jebakan.... "
"Hamba ada akal untuk mencobanya!"
"Cara bagaimana mencobanya?"
"Tadi kami menawan dua orang peronda, biarlah aku suruh kedua peronda, itu yang menurunkan mayat itu, kalau ada jebakan apa2 pasti segera dapat kita bongkar'"
"Baiklah laksanakan caramu itu!"

Song Lip-hong segera berpaling sambil memberi isyarat dengan tangannya, dua orang anak buahnya segera berlari keacaih semak belukar sebelah sana, tidak lama kemudian mereka sudah kembali sambil menggusur dua orang anak buah Bwe-hwa-hwe.
"Lepaskan!" menurut perintah kedua laki2 tegap itu segera melepas tali yang mengikat kedua tangan tawanannya yang ditelikung kebelakang itu.

Dengan sinis Song Lip-hong menatap kedua peronda musuh ini sambil berkata hambar: "Kalian berdua kuberi tugas menurunkan jenazah yang terpantek diatas pohon besar itu, setelah itu kamu boleh pergi, tapi ingat jangan sekali-kali kamu berani bermain lagak, meskipun berada didaerahmu sendiri, kamu takkan ada, kesempatan untuk bertingkah "
Setelah saling berpandangan kedua anak buah Bwe-hwa-hwe itu terus berlari maju.

Pedang Darah Bunga IblisWhere stories live. Discover now