Cemburu?

20.7K 806 78
                                    

Beruntung sekali aku hanya di marahi saja tidak sampai dipecat, padahal karyawan sebelumnya banyak yang dipecat karena membuatnya marah. Aku berjalan kembali ke meja kerjaku dengan wajah yang sedikit muram. Aku tidak menyangka bos akan semarah itu.

Terlihat Roy yang sudah berdiri di samping meja kerjaku sepertinya dia ingin menyerbuku dengan pertanyaannya. Tak hanya Roy, karyawan lain di ruangan itu juga melihatku yang baru saja keluar.

"Cha lo gak kenapa- kenapa kan? Bentar coba gue lihat, lo masih utuh kan? Gak ada yang lecet kan?" Roy mengelilingiku dan mengecek keadaanku dan itu membuatku sangat risih.

"Apa apaan sih lu Roy, bilangin kak Shane nih." Kataku dengan nada kesal.

"Yah elah lu bentar bentar bilang ke Shane, gue kan khawatir kalo lo kenapa kenapa Cha, ngomong- omong bos kenapa sampe kedengeran gitu dari luar marahnya."

"Masa iya?" tanyaku tidak percaya, memang suaranya keras sekali tadi.

"Ho.oh." Ujar Roy dengan penuh keyakinan.

"Eh eh eh cha, gue balik.. dulu dah ke meja gue." Entah seperti melihat apa tiba- tiba Roy kelabakan lalu kembali ke mejanya.

"Kenapa sih lo Roy. Aneh deh."

"Ocha, ikut ke ruangan saya sekarang." Suara yang sama dengan yang membentakku tadi terdengar dari arah belakang. Sontak membuatku memutar badanku untuk melihatnya.

Aduh mampus guee

"Ahh ii..yaa bos, siap." Dia sudah berjalan pergi menuju ruangannya lagi saat aku membalikkan badan.

Sial, kenapa harus pakek masuk kandang macan lagi, dasar bos galak, gak kebayang yang jadi anaknya kek gimana

Kalo bukan gara- gara cari kerja itu susah dari dulu gue udah keluar dari perusahaan ini.

Kubuka perlahan pintu menuju kandang macan itu. Aku mulai melangkahkan kakiku satu persatu ke dalam dengan penuh keraguan.

"Maaf bos, ada apa ya?" tanyaku dengan hati- hati.

"Duduk."

"Iiyaa." Kataku mengiyakan sambil mendudukkan badanku pada salah satu kursi yang ada di sana.

"Saya minta maaf." Kalimat itu terucap darinya dan membuatku sedikit kaget sekaligus bingung.

"Hah, maksud bos?"

"Saya minta maaf sudah bentak bentak tadi, saya tidak bermaksud seperti itu, hanya saja saya terbawa emosi." Jelasnya masih dengan wajah yang menurutku terkesan marah, tapi mungkin memang seperti itulah wajahnya.

"Iya tidak apa- apa bos, saya juga minta maaf sudah menanyakan hal tersebut." Aku juga meminta maaf untuk hal tadi.

"Oke, sudah selesai, silahkan keluar."

"Baiklah, permisi bos."

Syukurlah nggak marah lagi

Aku berdiri dari dudukku dan mulai melangkahkan kakiku keluar dari ruangan itu.

"Ocha, benar saya memang mempunyai seorang anak, gossip itu memang benar." Ucapnya sangat jelas sesaat sebelum aku benar- benar keluar. Lalu ku balikkan badanku sebentar. Aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum singkat. Setelahnya aku sudah benar- benar keluar dari ruangan itu.

Jadi gossip itu bener, pantesan marah, ternyata bos udah jadi papa, papa muda, duh duda nih si bos, gue kira belum nikah.

***

PACAR RAHASIA : Bukan LagiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant