Imutnya

11.3K 584 116
                                    

"APAAAAA?"

Aku masih menutup telingaku yang terasa nyeri dengan jari telunjukku. Ku tutup mata rapat- rapat. Pasti wajah mereka sudah sangat merah, apalagi ubun- ubunya pasti sudah mengeluarkan asap.

"OCHAAAAAA" pekik Diandra lagi membuatku semakin mengkerut.

"Ampun" lirihku.

"Sayang, sabar dong, Ocha kan lagi hamil, maklumin aja kalo dia minta yang aneh- aneh" kak Ciko menahan amarah Diandra.

Mendengar kak Ciko berkata sepertu itu, aku merasa ada yang membelaku saat ini. Perlahan ku buka mata dan menatap mereka berdua. Hampir saja aku melonjak kaget ketika melihat bola mata Diandra yang sebentar lagi keluar. Aku mendadak ngeri di tatapnya seperti itu. Nyaliku menciut.

"Ocha lo kira kira dong kalo minjem ya pinjem barang kek, ini masa minjem suami".

"Huaaaaaa tante jahat" ku keluarkan jurusku, menangis seperti anak kecil seakan dedek bayi yang di dalam perutku protes pada Diandra.

Melihatku menangis, mereka hanya melongo tak percaya, kemudian Diandra mendekat ke arahku dan mengelus punggungku.

"Huaaaaaa hikss hikss, dedek bayi tante kamu jahat"

"Ocha jangan nangis kayak gini dong, lo kok cengeng banget sih" Diandra masih mengelus punggungku, sepertinya rencanaku berhasil.

"Huaaa jahat lo Di, gue kan cuma mau pinjem kak Ciko bentaran aja hikss hikss"

"Udah udah Sayang turutin aja itu Ochanya, kasihan" ujar kak Ciko, dia tampak memelas melihatku.

"Iya deh iya, boleh pinjem kak Ciko, jangan nangis dong"

"Mam-ma mama" mungkin Airin takut, dia mendekat dan memeluk pinggangku. Aku pun merengkuh tubuh Airin untuk menenangkan.

"Tuh kan kasihan Airin"

"Hm iya hikss hikss" tangisku mulai mereda.

Akhirnya usahaku tak sia- sia, Diandra pun mengizinkan aku pergi dengan kak Ciko. Senang sekali rasanya.

"Ocha, kakak mandi dulu ya".

"Jangan kak, Ocha maunya sekarang".

"Yah tapi ini udah keringetan banyak gini Cha" elak kak Ciko.

"Huaaaaa maunya sekarang, gakusah mandi"

"Sayang, udah deh gitu aja, paling pergi bentaran doang, nanti aja mandinya" sahut Diandra.

"Oke- oke" kak Ciko pasrah.

Aku dan kak Ciko berjalan menuju pintu. Diandra mengantar kami ke depan, dia masih menggendong Zidan. Walaupun izin sudah ku dapatkan, raut wajah Diandra masih terlihat tak senang.

"Diandraaaa" panggilku sedikit manja.

"Apa lagi?" tanyanya dengan nada sedikit kesal, sepertinya jika aku bertanya lagi kesabaran Diandra akan hilang.

"Titip Airin ya?"

"Gak mau, enak aja berduaan sama kak Ciko, ajak Airin lah".

"Iya deh iya" untuk yang satu ini aku mengalah.

Aku dan kak Ciko sudah di luar rumah. Aku mengikuti kak Ciko yang berjalan menuju mobil dengan mengandeng Airin.

"Sayang" panggil Diandra membuat kami menoleh.

"Apa?" tanya kak Ciko.

"Kalo kamu macem- macem, nanti malem tidur di luar, awas aja kamu".

"Iya iya, lagian Ocha kan adik ipar aku sendiri".

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now