Kebiasaan Baru

13.8K 612 61
                                    

Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Sejak aku tahu bahwa ada bayi kecil di perutku aku menjadi lebih manja pada kak Shane. Terkadang aku juga menjadi lebih sensitif dan emosional.

Bangun tidurku pun menjadi lebih siang dari biasanya. Karenanya aku harus menyiapkan semua keperluan kak Shane di malam hari.

Sama seperti pagi ini aku baru terbangun dari tidurku, aku mengucek kedua mataku dengan kedua tanganku yang sudah terkepal seperti anak kecil yang baru bangun. Tepat di saat aku membuka mata pasti kak Shane sudah rapi duduk di sampingku memasang wajah tampannya.

"Pagi Sayangku." Sapanya.

"Pagi Miki hehehe." Balasku menyapa. pada kak Shane sambil terkekeh pelan.

Entah mengapa kini aku memanggilnya seperti itu. Sebentar lagi pasti kak Shane akan marah.

"Aku bukan Miki. Miki bukan suamimu. Kau tidak boleh menyamakanku dengan boneka monyet itu. Panggil aku sayang." Kata- kata itulah yang terus saja di ulanginya setiap pagi. Padahal kak Shane harusnya terima saja aku memanggilnya begitu, mungkin ini memang keinginan bayi kecil.

"Nggak mau, aku maunya Miki."

"Terserah kamu lah sayang, asal kamu seneng."

"Jangan marah Miki."

Melihatnya merajuk mengerucutkan bibirnya membuatku tertawa geli. Dia terlihat seperti bayi besar. Kelakuannya sama dengan bayi kecil yang ada di perutku. Selalu kekeh dengan kemauannya. Aku tidak bisa membayangkan jika mereka bertemu dan bertengkar di hadapanku. Aku akan sangat menantikan hari itu tiba.

"Miki sayang."

"Gakusah pakek Miki istriku tersayang, gemes aku." Kak Shane masih saja marah.

"Haha, katanya tadi terserah."

"Huh, yaudah aku berangkat dulu ya." Kak Shane mengecup keningku.

"Iya."

Lalu kak Shane mengusap perutku yang sudah mulai terlihat buncit.

"Ohiya, hei bayi kecil papa kerja dulu ya, jangan minta yang aneh aneh sama mama. Terus bilangin mama suruh berhenti panggil papa Miki lagi ya."

Aku geli melihat kak Shane yang seakan sedang mengobrol dengan bayi yang ada di dalam perutku.

"Ndak mau, dedek bayi cayang mama, ndak mau nulut papa." Sahutku dengan suara yang di buat mirip bayi.

"Wah kalo gak ada papa, kamu gak bakal ada di rahim mama kamu. Dasar dedek bayi nakal." Ujarnya masih dengan mengusap perutku.

"Hahaha, udah ah sana berangkat." Aku sudah tidak bisa menahan tawaku, kak Shane terlihat kekanak-kanakan sekali.

"Iya kamu jangan lupa makan, kalian baik baik ya."

"Iya papa." Kataku dengan suara bayi.

***

Aku sedang memangku Airin di ruang keluarga. Airin sudah ku suapi tadi, sekarang dia ingin bermain denganku.

"Airin mau lihat dedek bayi ya?" tanyaku padanya.

"Ya ya ya." ujarnya dengan wajah yang ceria.

"Ini, dedek bayinya ada di sini." Aku membimbing tangan Airin untuk mengelus perutku.

"Dedek ayi cini?"

"Iya dedek bayinya masih kecil." Airin terus saja mengelus perutku, dia terlihat gembira sekali.

Aku masih memangku Airin tapi perasaanku mulai tidak enak. Tak tahu harus bagaimana mengungkapkannya. Tapi, seperti ada yang mengganjal, pasti wajahku sudah sangat cemas sekarang. Tubuhku juga menjadi panas dingin seperti ini. Aku menoleh kesana kemari dan sesekali mengigit bibir bawahku.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now