Sakit Perut

13.4K 624 92
                                    

Berkat mie pedas yang kumakan tadi, perutku mulai merasakan hal yang tidak enak. Sedangkan posisiku sedang marah dengan kak Shane, di dalam mobil aku hanya diam saja sambil memegangi perutku. Keringat dingin tidak henti-hentinya keluar, perutku semakin sakit.

"Sayang, kamu masih marah ya?" Tanya kak Shane saat mobil berhenti di lampu merah.

Aku tidak menjawabnya, aku mati-matian menahan rasa sakitku. Aku ingin bilang pada kak Shane tapi malu, aku terlanjur marah padanya.

"Sayang, kamu tidur?" Kak Shane bertanya lagi, memang aku memalingkan wajahku ke jendela. Jadi dia tidak dapat melihat wajahku yang menahan sakit.

"Sayang." Panggilnya lagi.

Duh kak Shane sakit kak perut aku

Aku mulai meringis saat perutku terasa melilit lilit. Perutku terasa panas sekali.

Tanganku mengepal karena menahan rasa sakit itu.

Tak berapa lama kemudian ku rasakan mobil kak Shane menepi. Aku terkaget saat kak Shane melepas seat beltku tiba- tiba.

"Yaampun kamu sakit?" Tanyanya sambil menempelkan punggung tangannya pada dahiku.

"Sayang kamu jangan diem aja dong, sini." Kini dia membalikkan badanku agar menghadapnya.

Dengan sangat hati-hati kak Shane menyeka keringat dingin yang memenuhi wajahku.

"Kita ke dokter ya." Aku tidak menjawab karena memang aku sudah merasa lemas sekali.

"Ayo turun."

"Turun?" Lirihku bingung.

"Kita naik ojek online aja, biar aku bisa jagain kamu."

Aku menatapnya bingung.

"Mobilnya biar nanti di ambil sama sopir mama." Ujarnya lagi.

Aku sudah tidak bisa membantahnya, aku hanya menurutinya saja. Langsung saja kak Shane keluar dari mobilnya dan membukakan pintu. Kak Shane membantu keluar dan memapahku.

Beberapa menit kemudian mobil yang di pesan kak Shane datang.

"Ayo hati hati ya, masih kuat kan?"

"Hmm." Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Kak Shane menarik kepalaku mendekat ke dadanya.

"Kamu kalau sakit bilang, jangan diem gini."

"Sakit kak."

"Sayang." Lagi lagi dia tidak terima ku panggil kak.

"Sayang." Kataku lemah.

"Sakit." Lanjutku lirih.

Dia mengelus- elus kepalaku pelan. Tangan satunya juga semakin mendekapku, aku menyamankan diriku dalam pelukannya.

"Sabar ya. Aduh kasihan istri aku, makanya jangan marah lagi ya."

***

Kak Shane membawaku keluar dari ruang periksa dokter. Kak Shane masih membantuku berjalan, kepalaku sedikit pusing sekarang.

"Kak." Panggilku lirih.

"Bukan kak, sayang. Aku harus bilang berapa kali."

Haduh Kak Shane

"Iya. Pusing."

"Yaudah duduk dulu ya."

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now