Terserah

11.5K 633 280
                                    

Perutku yang semakin membesar membuatku susah untuk tidur. Beberapa kali aku berganti posisi dari terlentang lalu miring ke kiri lalu ke kanan, tapi tidak ada yang nyaman sama sekali. Nafasku juga menjadi sedikit sulit.

Sudah tengah malam tapi aku belum juga tertidur. Sedangkan kak Shane sudah terlelap baru saja. Dia baru selesai dengan laptopnya.

Beberapa kali aku juga bolak balik ke kamar mandi karena mual dan juga ingin buang air. Sekarang aku mencoba bersandar. Aku mengantuk tapi susah sekali untuk tidur.

"Dedek bayi, mama susah tidurnya" obrolku sambil mengelus perutku.

Tak lama ku rasakan perutku di tendang olehnya.

"Ehh.. dedek bayi belum tidur ya ternyata, aduh dedek pinter nemenin mamanya yak"

"Dek mama lagi sedih, papa marah sama mama, tapi kamu tenang aja pasti besok pagi papa kamu udah gak marah lagi"

"Eh.. nendang lagi, dedek bayi mau mainan ya sama mama, iya ya?"

"Berisik, aku ngantuk" gumam kak Shane yang tidur membelakangiku.

Deg

Hatiku tersentak, mungkin kak Shane hanya terlalu capek bekerja makanya berkata seperti itu.

Aku turun dari ranjang, keluar kamar dan menuju ke bawah. Rasanya tidak mungkin untuk tidur sekarang. Dedek bayi terus saja menendang perutku. Mungkin siang tadi dia tidur lalu malam ini dedeknya bangun.

"Kamu nakal ya, bangun jam segini hehehe" aku terkekeh sambil menuruni tangga.

"Gakpapa tapi mama seneng kok, mama jadi ada temennya. Papa kamu sih masih marah, padahal kan mama pengen ngobrol banyak. Mama pengen di temenin kalo lagi susah tidur gini dek"

Aku masih berjalan menuruni tangga, menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi. Sebelumnya aku mengambil beberapa buah dari kulkas.

"Dedek bayi temenin mama ya"

***

Lagi- lagi aku tertidur di sofa. Aku segera bangun dan naik ke atas kamar.

Ternyata kak Shane masih mandi. Dengan cepat aku menyiapkan baju kak Shane sekaligus perlengkapan kerjanya. Aku taruh semuanya dia tas kasur.

Ceklek

Kak Shane sudah selesai, dia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan badannya. Aku lihat perban di kepalanya basah.

"Kak Shane itu perbannya mau di gantiin?"

Dia tidak menjawab, tanpa menunggu jawaban Kak Shane langsung saja aku mengeluarkan perban yang dulu pernah aku beli dan plester lalu obat merah.

"Kak Shane sini biar aku yang ganti"

Dia masih tidak mengeluarkan suara, tapi Kak Shane mendekat ke arahku dan duduk di tepi ranjang. Aku anggap itu adalah persetujuan darinya. Langsung saja aku membuka perban dan menggantinya dengan yang baru. Berhasil, tidak terlalu buruk, walaupun tidak serapi dokter Mila. Dia tidak berbicara apapun. Tapi aku senang dia tidak menolaknya.

"Kak Shane aku udah siapin semuanya, kak Shane cepet siap- siap habis itu turun sarapan ya, aku mau ke bawah dulu hehe" kataku diakhiri senyuman.

Kak Shane masih saja tidak membalasku, aku memilih pergi dan langsung turun ke bawah menuju dapur.

Beberapa menit kemudian kak Shane sudah ada di dapur dan duduk seperti biasanya.

"Kak Shane mau makan apa? Aku ambilin"

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now