Semoga Ini Benar

13.1K 630 129
                                    


Benar saja Viona menepati janjinya, janji yang membuat hatiku tersiksa. Kak Shane sungguh tidak datang ke rumahku. Entah berapa panggilan yang masuk dari kak Shane aku tak tahu, karena memang aku mematikan ponselku. Tapi telepon rumahku terus saja berdering, aku sudah meminta pada Bubun, Diandra dan Bibi untuk tidak mengangkatnya, pasti itu dari kak Shane. Bahkan aku juga meminta Bubun dan Diandra menonaktifkan ponsel mereka hanya untuk malam itu.

Pagi ini aku sudah siap dengan koperku, aku sudah sampai di bandara. Bubun dan Diandra mengantarku, mereka masih saja menangis sesekali. Aku sendiri sudah tidak bisa menangis, mungkin air mataku sudah habis.

"Bubun, Diandra, Ocha pamit dulu ya." Pamitku pada Bubun dan Diandra.

"Ocha sayang kamu hati- hati ya hikss hikss Bubun kangen." Bubun memelukku.

"Bubun baru aja mau pergi udah kangen aja, udah dong Bun jangan nangis ya nanti Ocha jadi sedih." Ujarku sambil menepuk punggung Bubun pelan.

"Iya, kamu baik baik di sana." Ku rasakan Bubun menganggukkan kepalanya.

"Diandra, aku pergi ya.." Kini aku berganti memeluk Diandra.

"Hikss hikss Ochaaa hikss."

"Udah Di jangan nangis."

Sungguh berat hati ini meninggalkan orang- orang yang ku sayang. Ku lambaikan tanganku perlahan, lalu melangkah pergi dari hadapan mereka. Semoga perpisahan ini tidak akan lama.

***

Tak terasa kini aku sudah menapakkan kakiku di negeri sakura ini. Ku hembuskan nafasku perlahan dan mulai keluar dari bandara. Ini adalah langkah awal kehidupan baruku. Awal dimana aku harus hidup tanpa kak Shane dan perlahan melupakannya. Hal tersulit yang terpaksa untuk kulakukan.

Aku berdiri pintu keluar bandara, ku edarkan pandanganku untuk mencari taxi. Aku memutuskan untuk pergi ke apartemen adik bos Farhan. Itu hanya untuk sementara waktu, karena memang ini pertama kalinya aku di sini. Sudah beberapa menit aku berdiri memegang koper, tapi belum mendapat taxi juga.

"Hello." Aku sungguh kaget, tiba- tiba seorang wanita cantik menepuk bahuku perlahan.

"Eh h-hai."

Siapa dia?

"Oh you're so beautiful." Pujinya padaku dengan wajah yang sumringah.

"Ah Thanks, you're prettier than me."

"Ahahah bisa aja kamu, hehe udah ngomongnya pakek bahasa Indonesia aja, kenalin aku Fahira adiknya Farhan Aditya."

Oh jadi ini adik bos Farhan

"Oh yaampun maaf saya tidak tahu, saya Ocha." Aku menyodorkan tanganku ke depan dan menjabat tangannya.

"Ayok ikut aku."

"Ikut kamu?"

"Iya, kamu mau emangnya di sini aja, ke apartemenku ayo, Mas Farhan udah cerita ke aku."

"Ah iya maaf ya jadi ngrepotin."

"Iya santai aja, aku seneng kok jadi ada temen."

Sungguh Fahira adalah wanita yang sangat cantik dan baik. Senyumannya yang terlihat sangat ramah menambah kecantikan di wajahnya. Dengan tubuh yang tinggi dan kaki yang ramping dia terlihat sangat anggun.

***

Betapa terkejutnya aku setelah melihat apartemen mewah milik Fahira. Memang tidak seluas rumahku tapi terlihat sangat bagus, lebih bagus dari rumahku sendiri.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiWhere stories live. Discover now