Ancaman

13.9K 639 87
                                    

Seusai menjaga Zidan, aku mengantar pulang kak Shane ke rumahnya. Tentu saja naik taxi, karena memang kak Shane sedari kemarin tidak membawa mobil. Disepanjang perjalanan, dia terus saja membahas masalah nikah dan anak. Aku sangat geli mendengarkan beberapa permintaan kak Shane.

Terlebih lagi dia selalu saja tidak ingin jauh dariku. Jalan masuk ke dalam rumahnya saja dia tetap menggandeng tanganku erat. Padahal aku juga tidak akan pergi ataupun hilang.

"Kak Shane udah di dalem rumah nih, lepasin dong tangannya."'

"Eh iya sampe lupa." Kak Shane lalu melepaskan tanganku.

"Papa..papa." teriak Airin yang sedang di gandeng oleh Tante Gina.

"Kak di panggil Airin tuh." Kataku sambil menepuk lengan kak Shane, entah mengpa dia hanya diam saja.

"Hmmm."

Tante Gina dan Airin pun mendekat ke arah kami. Airin tampak semangat sekali ingin mendekat kepada kak Shane. Tapi kak Shane, dia hanya biasa saja.

"Kak Shane, itu Airin kayaknya pengen di gendong sama kamu, di sambut kek kak, kangen kali udah gak ketemu sehari ini." Bisikku pada kak Shane.

"Hmm iya."

"Pap..pa.." panggilnya dengan suara kecil dan mendonggak melihat kak Shane.

Tak lama kemudian kak Shane menundukkan badan dan mengulurkan tangannya untuk menggendong Airin.

"Ochaaa, udah Tante tunggu loh dari tadi." Tante Gina menyapaku.

"Hehe iya maaf tante tadi ke rumah Diandra dulu."

"Airin ini kenalin namanya tante Ocha."

"Haii tan..te." katanya menoleh ke arahku yang masih di gendong kak Shane.

"Hallo Airin, cantik yaa." Ku pegang pipinya.

"Kacih tan..te." ujarnya dengan tersenyum malu.

"Iya sama sama."

Kami pun duduk di sofa bersama. Aku duduk di samping kak Shane yang sedang memangku Airin. Airin terlihat senang sekali sepertinya dipangku kak Shane senyumnya tidak pernah pudar.

"Airin sini makan dulu sama Oma yaa?" bujuk Tante Gina pada Airin.

"Yaya Ailin mam papa." Katanya tidak terlalu jelas karena memang umurnya belum genap 3 tahun.

"Iya sini sama Oma di suapin ya Airin. Tuh papanya udah ada kan."

"Em em." Airin mengangguk kecil.

"Kamu tahu Ocha, Airin dari kemarin susah sekali makannya, dia mau makan kalo udah lihat Shane." Jelas Tante Gina.

"Oh maklum tante namanya juga anak kecil, pasti dia kangen sekali sama papanya ya tante, seharian gak ketemu."

"Hehe iya Ocha, hari ini tumben tuh Shane mau pangku Airin biasanya mah gak mau."

"Masa sih tante?"

"Iyaaa."

Kak Shane tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dia diam saja dan masih memangku Airin. Dia juga memalingkan matanya ke arah lain seakan tidak tertarik dengan obrolanku dengan mamanya.

"Ma, aku mau ke kamar dulu." Kak Shane mengangkat Airin dan memberikannya kepada Tante Gina, lalu menuju ke atas kamarnya. Aku tidak tahu mengapa kak Shane tiba- tiba berubah. Aku bingung melihat sikap kak Shane.

"Pap..pa papa huaaa hikss hikss." Airin mulai menangis karena di tinggal kak Shane.

"Kak Shaneee Kaakk." Aku berteriak memanggil kak Shane yang sudah berada di lantai atas.

PACAR RAHASIA : Bukan LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang