6.cincin

7.3K 332 34
                                    


Sabtu dan minggu berlalu, senin pun datang. Hari ini ujian tengah semester, semua anak dikelas sibuk dengan buku sejak pagi.

Acep: De nyontek ya.

Dea: Hm

Riska: Jangan pura-pura budek lo De kalau kita panggil. Awas aja.

Seorang guru wanita masuk ke kelas 11 mipa 2. Dea dan teman-teamanya segera menghentikan mengirim pesannya. Dan mulai membagikan kertas ulangan.

Ulangan berjalan dengan khitmat, Dea menatap diluar jendela. Semenjak orang tuannya meninggal kakaknya sibuk dengan pelatihan sebagai penerus perusahaan adiknya dibawa pergi ke rumah neneknya disingapura. tinggalah dirinya seorang diri dirumah yang sangat besar. Saat itu dirinya baru kelas enam tapi sudah hidup mandiri, mungkin karena anak yang berada ditengah-tengah Dea jadi Dea abaikan sejak kecil. Saat itu dirinya dikenal anak yang pendiam dan sulit bekomunikasi. Sampai sahabat-sahabatnya itu muncul satu persatu. Kalau saja orang tuanya masih ada, mungkin hidupnya sempurna.

"Randea silahkan keluar jika sudah selesai," ucap bu Ros mengagetkan Dea yang terbengong.

"Baik bu," Dea berjalan menuju pintu, setelah mengambil ponselnya di meja guru. tubuhnya berbalik, menatap teman-temannya yang memasang wajah cemberut. Pasti mereka gak belajar. Pikir Dea. Setiap ada ulangan mereka pasti memanggil namanya dengan berbisik. Tapi karena Dea ingin teman-temannya bisa berkembang jadi dia mengabaikan panggilan temannya dan pura-pura budek. Guru bahasanya pernah bilang teman baik itu bukan teman yang memberikan contekan. Karena Dea ingin jadi anak baik jadi dia tidak akan memberikan contekan.

~•~

Dea berjalan di koridor kelas, Dea berjalan tanpa tujuan sampai akhirnya sampai di kelas 12 mipa 4, 3 , 2 dan didepannya 12 mipa 1 matanya menyorot memerhatikan subjek beberapa meter dari posisinya. Matanya melotot seketika. MAMPUS! ada kak Fargan kabur ah dari pada disuruh-suruh, pikir Dea berniat berbalik. Sampai.....

"Randea!!"

Teriak Fargan dari tempatnya. Suara keras nan serak itu menggema, cukup keras hingga murid kelas 12 mipa 2 tempat Dea berdiri saat ini mendengarnya. Semua anak 12 mipa 2 melirik ke arah jendela terlihat sosok Dea disana tak lama Fargan mengahampiri Dea. Jendela sudah bagaikan bioskop.

"Mau kabur?"

"Siapa? Gue? Enggk, orang ma-mau ke toilet kak, kebelet." jawab Dea lalu berniat membalikan badan untuk pergi. Fargan berdecak gadis didepannya ini banyak banget asalannya.

"Tunggu!"

Dea berhenti seketika termenung ditempatnya, Fargan berjalan kearahnya dekat dan semakin dekat. Kalau Dea tidak mendongak mungkin sekarang wajahnya sudah menempel dengan dada kakak kelas didepannya. Dea meringis saat kepalanya terjeduk dagu Fargan.

Kepala Fargan menunduk, tangannya terulur ke arah bahu belakang Dea ditariknya kertas yang menempel disana. Fargan menarik tubuhnya menjauh dari Dea.

Kertas itu diremas Fargan sampai menjadi gumpalan lalu dilemparnya ke tong sampah, sadar akan cewe didepannya ini ternyata dikerjai murid-murid disekolah. Fargan tersenyum miring, Fargan menatap jengkel wajah Dea yang menatapnya dengan kebingungan. Dirinya jadi kesal, saat ini kok cewe didepannya ini bisa-bisanya natap wajahnya dengan anteng.

Say You Love Me Where stories live. Discover now