42

11.2K 328 150
                                    


'Kalo emang gak suka, gak usah kasih harapan '

~•o•~

Dea masih berdiri tegak sambil menikmati serpaan angin laut yang cukup kencang, matanya tertutup dengan rapat, sedetik kemudian mata itu terbuka dan disambut dengan penampakan alam laut yang sangat indah.

1 tahun sudah berlalu, nilai hasil UN Sudah keluar, tapi Dea tak merasa senang maupun sedih Karena percuma, ia tidak akan bisa masuk universitas yang diinginkan Karena perjodohan kunonya.

Dea sengaja mengajak teman -temannya memancing dilaut, untuk menghilangkan rasa Lelah setelah ujian. Tapi sejak tadi ia sendiri tidak menikmati kegiatan yang ia buat, Dea malah sibuk dengan pikirannya.

Dea sedang dilanda Dilema . Satu sisi ia memikirkan Fargan  , apa pria itu hanya ingin mempermainkannya? Ada disaat dirinya butuh, kadang bersifat manis di depannya, tapi Di depan temannya Fargan malah menghinanya.

'Kalo emang gak suka, gak usah kasih harapan '

Di sisi lain Dea harus bermain dengan nasip, pagi hari moodnya sudah hancur ketika turun dari tangga, melihat keluarga pria nyebelin sudah duduk manis di sofanya, siapa lagi kalo bukan keluarga Gani, calon suaminya. Amit-amit cabang orok. Rasanya dunia akan runtuh saat melihat Gani. Dasar pria pembawa petaka!! Mati aja lo biar perjodohan kuno ini dibatalin.

Mungkin Dea akan tetap melamun jika saja pekikan keras dari arah belakang mencekat telinganya.

Huekk....

Huekkk....

" Daren, jorok lu gua Jadi ikut mual!! " protes Acep yang jadi mual Karena melihat Daren.

Sudah beberapa kali Daren muntah. Ya, mungkin 5 kali.

" Dea, kita pulang yuk.... Lo masih sayang sama temen lo ini kan, lo gak pengen kan gue mati ditengah-tengah laut cuma gara -gara mabok laut, kasian nanti Lisa black pink siapa yang nikahin kalo gak ada gue," Ucap Daren lemas, Rendi menggelengkan kepalanya masih bisa-bisanya temannya ini membuat lelucon.

Uekk....
Dengan sigapnya Rendi membantu Daren dengan memijit leher Daren.

Dea membalikan badannya, " Gakk!!  toh Siska menikmati Suasana disini, " ucap Dea sambil menatap Siska yang tiduran diatas sofa kapal dengan kaca mata hitam yang melekat diwajahnya.

"Tapi gue -.....uek.... " akhirnya Acep muntah juga dan entah sengaja atau memang takdir alam, Acep muntah tepat di kaki Siska.

" ACEP!!! " teriak Siska.

" Lo tau gak sih. kuku gue abis dicat, lo tau seberapa mahal dan lama gue ngurus kaki, sialan lo emang gak ada tempat lain apa buat muntah! "

" Kayanya kita emang gak berbakat jadi pemancing, " ucap Dea, dan disyukuri oleh Daren.

" Iya bener, " tambah Dimas yang mulai letih dengan alat pancingan di lengannya.

" Lo berbakat, Dim.... Lo adalah pemancing ikan teri terhebat didunia," sanjung Feri sambil melirik hasil tangkapan adiknya yang semuanya adalah teri.

Dimas cengengesan sendiri sambil melihat kakaknya yang sudah kembali pada aktivitasnya, yaitu berfoto-foto dengan Riska atas kapal.

" Gue setuju, " ujar Fano sambil mengangguk.

" Benarkah? " Dimas nyengir kuda memperlihatkan jejaran gigi putih .
" Gue terharu sekaligus tersanjung, " ujar Dimas.

" OK, sebaiknya kita balik ke penginapan. Nanti keburu sore ," ujar Dea, yang lain bernafas lega, terutama Acep dan Daren yang sudah terkapar lemas.

Say You Love Me Where stories live. Discover now