48

365 39 4
                                    

"Kak—" cicit Dea, dia memeluk tubuh Ratih dari belakang.

"Neng Ratih, tumben lewat sini? Udah bosen jadi perawan ya?"  Preman itu mencekal tangan kiri Ratih, Ratih berteriak minta dilepaskan tapi preman itu malah menarik Dea dan Ratih gudang kosong.

"Lepas, lepasin gak! Kalo enggak aku bilangan kak Tiyo!" ancam Dea marah, tapi ke empat preman itu malah tertawa keras.

"Lo masih kecil aja ngancem!"

Buughhh...

Tubuh Dea terkapar ditanah dengan kepala yang mulai mengeluarkan darah.

"Dea!" jerit ratih, ratih terus meronta minta dilepaskan tapi tubuhnya kalah kuat dengan preman itu.

"De—a tolongin....."
"Tolongin, kakak..."

Suara itu membuat Dea terbangun dari pingsannya, dengan sakit dikepala yang menjadi jadi. Dea berusaha tetap tersadar matanya menyorot kearah Ratih. Bibirnya bergetar, genangan air dari pelupuk matanya terjatuh, hal pertama yang ia lihat adalah Ratih, baju ratih sedang disobek-sobek oleh para preman itu. Dea ingin berlari dan menolongnya tapi ikatan kuat ditubuhnya membuat Dea tak bisa berbuat apapun.

"Kak—"

Tangis Dea semakin menjadi-jadi, didepan matanya sendiri ia menyaksikan pacar kakaknya sedang disetubuhi oleh para preman.

Dea tersadar dari ingatan masalalunya, dirinya baru mengingatnya ternyata kematian pacar kakaknya adalah salahnya, salahnya yang mengajak Ratih keluar, salahnya yang keras kepala. Dea memegang kepalanya yang terasa sakit, sama dengan hatinya yang kini terasa sakit saat mengingat kejadian itu.

Tangis Dea semakin pecah diiringi kepalanya yang malah semakin terasa nyeri, tubuh Dea kembali lemas. Ia kembali pingsan.

Tiyo melepaskan pegangan tanganya dari tangan Dea, digantikan dengan memengang ujung meja. Tubuhnya lemas hantaman kuat bagai menghantam tubuhnya,  Defan yang sejak tadi diam langsung membawa Tiyo keluar. Tak lama Beberapa perawat kembali masuk memeriksa keadaan Dea.

"Jangan bikin diri lo depresi lagi," suara Defan memecah keheningan dikursi rumah sakit depan kamar Dea, "Bagi-bagi sama gue, inget gue saudara laki-laki lo, ibu sama ayah juga nyuruh gue jaga keluarga ini. Biarpun gue masih kecil tapi gue juga tau apa yang harus gue perbuat, tolong jangan cuma mendem. Disini bukan cuma lo yang terluka tapi juga kita, gue dan kak Dea. Kami juga terluka liat lo kaya gini."

Tiyo mendongak saat merasakan air matanya hampir jatuh, "Lo dengerkan  Dea nyebut dia? Lo gak tau kan seberapa syoknya gue ngeliat pacar gue bunuh diri didepan mata gue, dia lompat dari jendela kamar rumah sakit berbarengan pas gue baru aja ngebuka pintu kamar dia. Lo tau gak seberapa syoknya gue Fan? Lo gak ngerasain yang gue rasain kan? Dan ternyata dia hamil Fan, dan ternyata ini ada hubungannya sama Dea. Apa sih yang Dea sembunyiin dari gue? "

"Mungkin kak Dea gak maksud gitu, mungkin aja dia baru inget." Defan juga tidak tahu sebetulnya apa yang terjadi, karena saat hal itu terjadi dirinya masih sangat kecil dan yang ia tahu hanyalah Dea masuk rumah sakit karena terkena berturan keras dikepalanya. Sebenarnya apa yang kakak perempuannya sembunyikan? Apa yang terjadi hari itu?

"Gue mau sendiri Fan, " Tiyo beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.

~•~

Hidung Dea menghirup banyak-banyak udara segar dipagi hari. Sudah beberapa hari ini Dea sudah sadar dan dia menyadari kalau matanya tidak bisa melihat seperti dulu walaupun matanya sudah dibuka.

"Awas keselek udara," Defan tertawa dari arah belakang.

"Mana bisa keselek udara seger begini," jawab Dea kesal.

Say You Love Me Où les histoires vivent. Découvrez maintenant