9. Orang kaya

7K 324 32
                                    

Begitu sampai dikawasan menteng, mata Rendi disuguhkan dengan berbagai rumah mewah. Jiwa miskinnya menjerit. Ya, memang Rendi bukan terlahir dari keluarga sekaya Feri dan Fargan. Dirinya hanya anak dari seorang kepala sekolah, dan ibunya seorang dokter. Biar kaya tapi tetap saja sangat jauh berbeda kastanya dengan Feri dan Fargan yang memang dari zigot pun sudah sangat kaya, mau jadi orang tidak bergunapun mereka akan hidup enak.

Begitu mobil Feri dan motor Rendi memasuki rumah Feri. Kedatangan mereka langsung disambut dengan kahadiran mimihnya Feri.

Begitu Fargan keluar dari mobil Feri, wanita paruhbaya itu langsung berlari dan memeluk anak temannya itu. "Kamu makin ganteng aja sih, makin lama makim glowing gak kaya Feri. Makin lama makin buluk." Fargan tersenyum, lalu menyalami wanita paruh baya itu.

Feri yang sudah keluar dari mobil yang ditumpangi bersama Fargan langsung berdecak saat mendengar dirinya dinistai ibunya sendiri, ketauhilah sikapnya yang sering menistai mimihnya  itu turun dari mimihnya sendiri.

"Rendi sini nak, mimih kangen banget sama kamu." ajaknya diikuti Rendi yang menyalaminya.

"Tante sehat?"

"Alhamdulillah sehat,"

Rendi dan Fargan langsung disuruh masuk, tinggalan Feri sendiri didekat mobil. Emang ya kalau ada anak orang, anak sendiri dinomor duakan. Lihat kan Feri tidak dianggap. Malamg banget nasibnya lain kali mungkin Feri harus cari mimih angkat yang lebih kaya. Buat aga-jaga, siapa tau mimihnya nanti gak sayang Feri lagi.

Mereka duduk disalah satu sofa panjang diruang tamu. Feri melirik mimihnya, hmm ni emak-emak doyan banget mepet-mepet mudamudi. Mau jadi fedofil apa ya? Gak takut apa di plototin setan papih.

"Mih geser Feri pengen duduk," Feri langsung duduk diantara mimihnya dan Fargan. Mimihnya itu tadi enak-enakkan duduk ditengah cowo mepet pula duduknya, padahal sofa panjang. Emang ya mimihnya paling pinter kalau modus.

"FERI!! KAMU YA!! MIMIH JADI GAK BISA BEDAIN KAMU SAMA UPIL! " crocos mimihnya melihat kelakuan anak sulungya.

Suara telepon berbunyi, mimihnya Feri segera mengangkatnya. "Mimih tinggal ya, anggap aja rumah sendiri." setelah itu dimenjauh.

"Iya mih yang lama ya, bye bye." antusias Feri sambil melambaikan tangannya.

~•o•~


Feri mengajak kedua orang itu ke halaman belakang, merasa bosan dengan kedua orang didepannya. Otaknya berpikir cepat, mencari ide untuk menghilangkan kegabutan. Bermain tiktok adalah idenya. Feri berdiri dari duduknya.

"Bi Ajeng!!"

Panggilnya sambil mencari sosok ARTnya, Feri berkeliling rumah. Ternyata ada dilantai atas sedang menjemur baju.

"Asik, lagi goyang bi? Asik banget bi," Feri ikut begoyang saat melihat wanita paruh baya didepannya sedang menjemur sambil bergoyang tak lupa volume radio yang ada dikursi dimaksimalkan.

"Eh den Feri, kenapa den? Nyari bibi ya?"

"Pengennya sih nyari jodoh bi haha, btw bi, bibi kan goyangnya asik. Tiktokan yuk?"

"Hayu!! Hayu den mau dimana?"

"Waduh semangat bener,"

Feri mengajak bi Ajeng ke taman belakang yang baru saja direnovasi, tempat itu ia jadikan background. Semangat dan senyum bi Ajeng tak luntur-luntur, Tiktok adalah jalan ninjanya.

"Nih bi pegang hpnya, arahin ke Feri ya," Bi Ajeng mengangguk, Begitu lagu dimulai Feri mulai berjoget mengikuti lagu. Begitulah berulang kali sampai berhasil membuat video video yang ia rasa cukup bagus.

Say You Love Me Where stories live. Discover now