45

1.1K 87 5
                                    

Di aula utama

Fani menaiki panggung, orang tuanya menugaskannya membeikan pidato penutup kepada para tamu. Fani fokus membaca pidato.

Dea sesekali tersenyum melihat Fani membacakan pidato, dan sesekali tertawa juga karena ternyata pidato yang Fani bacakan malah terkesan lucu karena Fani sengaja berkata-kata berculu.

Tringg....
Dea meraih hpnya lalu melihat pesan dari Fano.

Fano: Dea gue pamit ya maaf gak bisa nemenin lo lebih lama🙏

  Iya hati-hati dijalan jangan :Dea
lupa telphone pas nyampe


Fano: Iya paham kok entar langsung absen deh ke elo pas sampe sana

Dea kembali menaruh hpnya. Ada sedikit perasaan jangkal dihatinya rasanya dirinya tidak mau membiarkan Fano pergi, tapi Dea kembali terfokus pada Fani, setelah pidato banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan tamu untuk Fani, mereka bertanya tentang keadaan Fani yang sempat duduk dikursi roda dan akhirnya Fani menceritakan bagimana dia bisa berdiri lagi dengan sempurna, "Saya dibuat bangkit kembali atas keputus asaan saya atas kelumpuhan itu oleh seseorang. Dan kebetulan orang tersebut satang diacara ini, kita panggil ya? Kak Dea! Bisa temani saya sebentar?" tanya Fani dengan bahasa formal, Dea tidak mendengar suara Fani saking fokusnya pada lampu kaca indah, Dea merasa ada yang tidak beres dengan lampu gantung yang berbahan kaca yang menggantung tepat diatas Fani.

'Kok lampunya semakin kebawah ya?' pikir Dea. Tapi Dea tersadar dari pikirannya karena Fani memanggilnya untuk naik keatas panggung, Dea berdiri  disetai suara riuh akibat tepuk tangan tamu. Dea berjalan kearah Fani, saat sudah hampir sampai ditempat Fani berdiri suara para tamu heboh karena detik itu juga lampu gantung yang berada tepat diatas Fani terjatuh.

"Fani awas!!!" teriak Dea saat melihat lampu kaca diatas akan terjatuh ke arah Fani, Dea mendorong tubuh Fani hingga kepala Fani terbentur meja dan sedikit mengeluarkan darah dibagian keninnya.

Fani melirik Dea dengan ekor matanya sebelum matanya terasa semakin berat, diapun pingsan.

Brukk....

"AAAaaarrrgggghhhhss.....!!" sebuah rasa sakit langsung menghantam tubuh Dea saat kaca-kaca kecil dari lampu itu menggores kulitnya, dan menindih bagian kakinya. Hingga Dea terjatuh dan tergeletak dengan darah yang mulai keluar dari kaki dan lengannya.

Itupun belum cukup hingga sebuah percikan kaca kecil menggores matanya, Dea menjerit. Rasa sakit Itu membuat Dea semakin lemas bahkan untuk mengangkat lengan kanannya keudara pun Dea kesulitan.

"Tolong .... Please, tolong ... Tolongin gue," Dea meminta tolong dengan suara rintihan, rasanya sakitnya semakin menjalar kepalanya mulai berdenyut ia kembali mengangkat tangannya meminta tolong kearah Gani berdiri.

Gani melihat kejadian didepannya dengan syok hatinya tertohok saat melihat Fani terbentur meja, gelas dilengannya terhempas ke bawah begitu saja, diliriknya Dea seperti sedang meminta tolong padanya ia berlari bukan kearah Dea melainkan ketempat Fani pingsan.

Kepala Dea semakin sakit ia melihat apa yang dilakukan Gani, Dea memegang kepalanya yang semakin berdenyut.

Dea sudah tidak kuat matanya mulai tertutup rapat.

Semua orang yang ada dipesta tentu kaget melihat kejadian yang baru saja terjadi, Mereka ingin menolong tapi Mereka malah bingung sendiri.

Disisilain....

Fargan keluar dari kamar mandi dengan sebuah jas ditangan kanannya, jasnya basah kuyup karena anggur tadi dan baju kemeja putihnya saja masih sedikit basah dan kotor sehingga Fargan memilih membuka jasnya dan memegangnya.

Mata Fargan seketika menyipit saat melihat begitu banyak orang berkumpul disatu titik, 'Ada apa sih?' batinnya. Fargan berjalan menuju tempat tersebut ia memiringkan bahunya sambil berusaha melewati banyaknya kerumunan orang.

Satu titik mata Fargan tertuju pada wanita bergaun putih indah sayangnya gaun indah Itu berlumuran dengan bercak darah yang membuat Fargan sedikit meringis, Fargan berjalan kearah wanita Itu yang pingsan dengan keadaan tengkurap.

Fargan berjongkok, dengan pelan ia berusaha membalikan tubuh wanita Itu, seketika bagai dihantam tombak secara tiba-tiba Fargan kaget Bukan main tubuhnya menegang sendiri saat melihat wanita Itu adalah Dea.

Darah dikepala Dea mengalir ke tangan Fargan membuat Fargan tersadar ia menggendong Dea setelah memindahkan lampu kaca dikaki Dea dibantu Oleh para pelayan hotel, lalu ia berjalan cepat saking paniknya Fargan meberiaki beberapa orang dengan bahasa Inggris.

" Don't get in my way!!" Teriak Fargan pada para tamu .

"Ngapain kalian liatin saya! Cepet siapkan mobil saya!" teriaknya pada pelayan yang malah menontonnya.

Fargan memasukan Dea kedalam mobil, pelayan yang tadinya akan menjadi supirnya ia usir keluar mobil. Kini Fargan yang mengambil alih kemudi. Tanpa babibu ia menancapkan gas dan keluar dari kawasan hotel dengan kecepatan tinggi.

Sesekali mata Fargan melirik Dea yang terduduk dibangku sampingnya, dirinya khawatir, marah, sedih, takut semua bercampur aduk ia sangat takut suatu hal buruk terjadi pada Dea.

Jalan macet total....

"Sir, is there a problem?" Tanya Fargan pada polisi lalu lintas yang berada disamping mobilnya.

"There is a car crash, please turn the road," Fargan menghela nafas gusar, mana bisa dia putar balik, keadaan macet total begini entah berapa lama dia akan sampai dirumah sakit. Fargan memukul stir mobilnya dengan emosi, dia melirik Dea dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya.

"Enggak! Gue gak bisa nyerah hidup orang yang gue cinta ada ditangan gue. Sesulit apapun, gue bakal tetep bawa lo kerumah sakit," Fargan keluar dari mobil, memutar mobilnya lalu menggendong Dea ala bridalstyle Dari hasil pencarian google mapnya rumah sakit terdekat berjarak 100 meter dari sini.

Cukup jauh memang, dia berjalan capat menuju rumah sakit. Dan meninggalkan mobilnya begitu saja dijalan. "Lo kuat Dea, please tunggu sebentar lagi kita bakal sampai dirumah sakit." Hati Fargan semakin tertohok melihat wajah Dea yang memucat, takutnya semakin menjadi-jadi dia benar-benar takut sekarang rasanya lebih menakutkan dari pada dikeroyok 10 orang disekolah.

"Gue bakal pastiin lo selamat De," Fargan tersenyum sinis karena ucapannya sendiri, selamat atau tidaknya Dea itu bukan kehendaknya tapi kehendak Tuhan. Dan Fargan hampir menangis saat menyadari itu. Pikirannya melayang kemana-mana pikiran negative memenuhi otaknya, Fargan memperkencang gendongannya pada Dea.

"Jangan tinggalin gue kaya Nina, please." Lirih Fargan.

Say You Love Me Where stories live. Discover now