7. masalah

7.1K 328 39
                                    

Dea kini benar-benar bingung harus jawab apa. Dea lupa belum melepas cincin itu, kenapa bisa lupa sih? Padahal biasanya sebelum kesekolah ia akan menyimpannya disaku baju.

Feri menatap Dea yang menunduk untuk menunggu jawaban.

TRINGG!!

Suara sms masuk itu menolong Dea .
Dea merogoh ponselnya di saku bajunya. Ternyata pesan dari ART-nya.

Bi Ina: Non cepet pulang, Den Tiyo udah pulang.

Bagus, Dea akan segera dimarahi oleh kakaknya karena pulang malam.

"Kenapa?" tanya Feri cemas karena melihat wajah Dea pucat saat melihat hp.

"Mmm gue harus pulang sekarang, " jawab Dea dengan wajah takut.

"Oh gitu yaudah biar gue anterin,"
Ucap Feri.

"GAK BISA!" Teriak Fargan, " Siapa yang mau bersihin piringnya?" lanjutnya dengan sewot.

"Nanti gue balik lagi bawell!!" jawab Feri sambil mengayunkan tasnya ke pundak, dengan sengaja tas itu ia ayunkan didekat Fargan alhasil tasnya mengenai muka Fargan 'Mampus'. Tawanya menggelegar.

Fargan melotot kaget ingin memaki tapi orang yang dimaki sudah kabur, Feri kampret!

Feri mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan sedang.

"Maaf ya jadi ngerepotin,"

"Gak papa yang ada gue yang minta maaf gara-gara kelakuan temen gue itu," balas Feri sambil melirik wajah Dea dari kaca spion. Rambut hitam Dea yang berterbangan membuat Feri terpaku, Cantik! Pikirnya.

Dea dan Feri turun dari motor, Dea berjalan sambil menunduk  saat melihat kakaknya sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan dingin dan tangan yang dilipat didepan dada.

Feri berjalan pendahului Dea.

"Malam kak," Sapa Feri dengan gaya alim menyalami tangan Tiyo terlebih dahulu, Tiyo hanya manatap malas anak cowo didepannya saat ingat kalau anak itu yang kemarin menggores spion motornya ke spion mobilnya, saat Tiyo menatap Feri dari dalam mobil, Feri hanya nyengir cukup lama sebagai kata maaf. Kalau kata maaf bisa membayar segalanya uang gak akan berguna.

"Dari mana?" tanya Tiyo pada Dea.
Dea masih menunduk ketakutan. Peka akan keadaan, Feri langsung berpindah tempat dan berdiri didepan Dea. Rasanya seperti ada sebuah benteng yang melidungi dirinya Dea kembali takjub dengan kakel didepannya.

"Kak maaf saya ikut campur tadi Dea nemenin saya beli buku, saya kok yang minta di anterin Dea. Tadi sempet maksa," jawab Feri.

"Lain kali jangan pulang malem kaya gini!" ucap Tiyo  lalu menyuruh Dea masuk.

"Iya kak maaf,"

"Ya udah kak saya pulang dulu ya, " ucap Feri sambil tersenyum cerah mengalahkan matahari, Tiyo sampai silau sepertinya lain kali ia harus pakai kacamata hitam kalau ketemu bocah didepannya itu.

~•o•~

Seminggu berlalu, ulangan tengah semester akhinya selesai. Tapi tidak dengan Fargan yang tiada henti-hentinya memerintahkan Dea. Bahkan seminggu ini Dea sering pulang lebih lambat dibanding yang lain karena harus merapihkan ruang osis. Belum lagi membantu Fargan mengetikkan laporan kegiatan Osis. Ada saja alasannya kalau begini kapan dirinya bebas dari cengkraman seorang Fargan.

"De,"

"Dea!!"

"Randea Aqares, anak bapak Anggara dan ibu Rosita!" teriak Siska melengking.

Say You Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang