11. kecewa

6.5K 279 26
                                    

Sore ini seharusnya Dea pergi ke latihan, tapi Dea harus kembali berusaha kabur dari latihan itu. Padahal tadi dirinya menjanjikan akan latihan bahkan menyuruh teman-temannya untuk menunggu dirunahnya. Dea tidak bisa ikut latihan karena ujungnya dia akan menjadi vokal di band Fargan, dan sekarang dirinya malah disibukkan untuk membantu anak Osis. Berulang kali Dea berbolak-balik dari ruang Osis ke ruang musik, berulang kali pula kaki kurus putih terluka itu meneteskan darah kembali.

"Ada lagi kak?"

"Flasdisk gue ketinggalan diruang musik," cowo itu sedang sibuk dengan laptopnya sambil sesekali bertanya tentang persiapan acara kepada anak-anak osis yang lain. Karena Rendi sempat mengeluh punggungnya sakit jadi Fargan sebagai wakil ketua Osis menggantikan Rendi.

Dea pergi dari sana, diseretnya kembali kakinya. Perih tapi belum seperih perasaannya selama ini. Masih belum ada apa-apanya bagi Dea.

"Lo berdarah?"

Dea berbalik begitu mencapai pintu, saat salah satu anak osis bersuara. Begitupula Fargan yang menatap ke arah anak osis yang berbiacara tadi. Tatapan Fargan terjatuh pada kaki Dea. Bercak darah terlihat jelas dikaki putih Dea.

"Ck! Pergi ke UKS!"

"Loh tapi flasdis-"

"UKS!!" potong Fargan. Dea mengalah dan berjalan menuju UKS.

Begitu sampai di UKS, Dea menyempatkan diri membuka ponselnya. Puluhan telepon masuk dan ratusan pesan masuk. Dea buru-buru membukanya.

Daren: Janji tinggal janji ya De?
Siska: De kami nunggu lo dari tadi
Riska: Lo dimana sih? Mau gagal lagi latihannya?
Acep: Randea sejak kapan lo telat dan gak nepatin janji, lo berubah De. Gue kecewa.
Siska: gue juga
Riska: 2
Daren: 3
Dimas: 4
Siska: Masih ngurusin mereka, ngurusin janji lo sama kita kapan? Anggurin aja terus kita De.
Riska: Kalau emang gak niat latihan gak usah ngasih janji segala dong De.
Daren: Tenang dong guys, gini De bukanya kita gak memahami keadaan lo. Tapi lo hargai lah kita, kita nunggu dirumah lo dari siang ampe sore tapi lo gak datang. Bukan cuma lo yang punya urusan lain kami juga. Gue mohon lo paham.
Dimas: Ampe jari kalian copot pun Dea gak bakal bales, udah lah gue mau balik. Basi!

Tangan Dea yang memegang hp bergetar, Dea mendongakkan kepalanya keatas. Mencoba membendung air matanya yang siap kapan saja turun. "Gue sedang mencoba yang terbaik hiks.... Gue siap bersikap baik-baik aja, demi kalian,"

~•o•~

Hari-hari berlalu, ada sepercik harapan bahwa teman-temannya akan bersikap biasa saja kepadanya. Tapi jawabannya tidak. Mereka marah, Dea tau itu akan terjadi. Mereka mengabaikan Dea, menganggap Dea tidak ada padahal kursi yang diduduki berada ditengah-tengah mereka. Seketika mereka membisu didepan Dea.

Dua hari menuju acara, semua anggota Osis sibuk. Tak terkecuali dengan Dea, tangan Fargan sudah sembuh sejak beberapa hari yang lalu. Yang membuat Dea tetap ada di samping cowo itu adalah janjinya untuk tidak membocorkan masalah kertas ulangan.

Dea yang berada dilantai dua menatap lapangan yang sedang dikerumuni siswa siswi karena sedang ada permainan basket. Dea bisa melihat, melihat dengan jelas sosok yang berkali kali memasukkan bola ke ring basket. Maskulin, dan always tampan. Haduh!! Dea jadi makin jatuh cinta.

Namanya Gani Rivaldo, Gani itu sama seperti Fargan sama-sama pelit senyum. Katanya, kalau mau melihat seorang Gani tersenyum. Cukup datang ketempat cowo itu berlatih basket. Karena dia pasti tersenyum bahagia setiap kali berhasil meloloskan bola masuk kedalam ringnya. Simpel kan.

Dea mengambil ponselnya, siap memotret cowo tersebut. Kameranya diarahkan sebaik mungkin demi mendapatkan angel yang perfect. Jempol Dea siap menekan tombol kamera. Sampai ponsel itu direbut seseorang.

"Mmm dari babu sekarang ganti profesi jadi stalker,"

Dea menatap orang itu dengan nanar, "Apasih balikkin gak?! Emang salah kalau gue mau motret doang?"

Salah kalau gue motret tunangan gue? Tanyanya dalam hati.

Tangan Dea dicengkram kencang, Dea meringis. "Satu sekolah taunya lo itu ngejar-ngejar gue, jangan coba-coba bikin ancur berita itu!" tegas Fargan, wajahnya serius. Fargan menghempaskan tangan Dea dengan kasar.

"Iya gue tau, gue gak bodoh. Gak liat apa gue sampe nyari tempat sepi gini," tutur Dea pada Fargan yang menatapnya sengit.

Suara ricuh tiba-tiba terdengar, cukup membuat Dea kepo. Dea melirik lapangan, matanya melotot melihat anak Osis yang seenak jidat memberhentikan kegiatan anak basket. Terlihat anak osis saling berhadapan dengan anak basket, mereka membincangkan sesuatu, tapi Dea tidak bisa mendengarnya.

"kak, para curut lo pada ngapain? Seenak jidat masuk ke area lapangan."

Merasa ucapannya tidak digubris Dea menoleh ke tempat cowo tadi berdiri. Tidak ada, cowo itu sudah menghilang. Tapi kemana? Ah bodo amat Dea tidak peduli bagus juga kalau cowo itu menghilang dari matanya.

"ASTAGA!!" kaget Dea melihat saat kembali menoleh kelapangan dan mendapati Fargan sedang menerobos gerombolan anak-anak yang mengelilingi lapangan. Udah kaya setan emang, ada dimana-mana.

Setelah sampai digerombolan anak Osis Fargan maju ke depan tepat berdiri didepan sang kapten basket, Gani Rivaldo. Sang ketua basket itu menatap datar Fargan sama seperti yang Fargan lakukan. Walau terlihat saling bungkam tapi hawa mencengkam bisa dirasakan begitu pekat.

"Dua hari lalu kami udah peringatin lo untuk jangan ngadain kegiatan dilapangan, apa peringatan itu cuma lo anggap angin lalu,"

"Wilayah ini kekuasaan kami, lo gak ada hak ngatur kami."

Fargan tertawa kecil, "Asal lo tau, sebetulnya gue gak butuh persetujuan lo. Bubar!" Fargan mendorong bahu Gani dengan bahunya.

Wajah Gani memerah menahan marah, harga dirinya direndahkan. "Belagu lo!" Umpatnya.

Brukk

Lemparan bola basket dari tangannya mengenai belakang kepala Fargan, Fargan yang tidak terima langsung menghajar wajah Gani. Terjadilah baku hantam antara keduanya. Anak osis yang lain bukanya membantu memisahkan justru ikut bertengkar dengan anak basket. Sedangkan murid yang lain malah menonton. Dea yang melihat itu dari lantai atas sontak berlari ke arah kerumunan, entah keberanian dari mana yang membawanya maju ke tengah lapang.

"Kak Fargan! Udah kak!"

"Kak Gani! Ck! Jangan pukul lagi,"

Dea mulai frustasi karena ucapannya tidak didengar, reflek Dea berteriak kencang, "ADA BU NINA!! Bu Nina!! Ada yang tauran!!" Barulah Fargan dan Gani berhenti. Mata kedua cowo itu sibuk mencari-cari sosok guru bk itu tapi hasilnya nihil. Tidak ada.

"Hehe maaf," Dea menyengir lalu mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya, "Panas ya disini," ucap Dea cepat lalu pergi dari sana dengan menembus jalan antara tubuh Fargan dan Gani. Dea malu sekaligus takut kena omel kedua cowo didepannya itu. Fargan hanya bisa menggeram kesal melihat kelakuan Dea yang mengerjainya. Masa mau dilanjut? Udah terlanjur males. Akhirnya Fargan menyuruh antek-anteknya pergi dari sana. Setelah memperingati Gani sekali lagi.

TBC....

Say You Love Me Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ