39

6.5K 188 13
                                    

Tuk... Tuk...

Suara ketukan Fargan berhasil membuat seorang wanita paruh baya yang sedang terduduk memunggunginya menoleh.

" Fargan.. " sebut wanita itu lalu berjalan ke arah Fargan. Fargan hanya berdiri mematung menatap ibu almarhum kekasihnya.

Wanita itu memegang lengan Fargan, " Kenapa kamu datang lama banget tante nunggu kamu dari 2 tahun yang lalu ," ucap Wanita itu lalu menarik lengan Fargan dan menyuruhnya duduk disampingnya.

" Kamu harus tau kebenarannya, " Fargan mengerutkan kening, kebenaran apa? Tunggu, memangnya selama ini ada yang ia tidak tau? Pikirnya.

" Nina bukan meninggal Karena operdosis tapi dia keracunan, " Fargan semakin bingung jadi ia diam dan mendengarkan.

" 3 tahun lalu, saat itu tante sedang ada dirumah adik tante jadi tante meninggalkan Nina dan Nita berdua dirumah lalu tak lama Nina sakit awalnya tante tidak tau sebelum Gani memberi tahu lewat telphone , saat Nina sakit Nita memberi obat peredam demam tapi ternyata.... "

" Itu udah kadaluarsa dan Nina sengaja memberikan itu pada Nita setelah beberapa menit Nina kejang kejang lalu mulutnya mengeluarkan busa tak lama Nina pingsan, " cerita Wanita itu membuat Fargan tak percaya.

" kenapa tante bisa tau ceritanya?" tanya Fargan tak sabaran.

" Tante ngeliat itu dari balik pintu lalu tente mengahampiri Nina yang sudah keracunan, Nita menelphone rumah sakit jiwa saat para perawat datang tante diseret masuk kesini itu Karena Nita bilang tante gila, mungkin saat itu Nita takut tante laporkannya ke polisi ," perlahan air mata wanita itu mulai turun.

" Terus kenapa tente menonton dan diem aja? kenapa gak nolong Nina ? " kalimat itu sulit Fargan ungkapkan dengan ucapan.

~•o•~

"Dari mana lo tau?" tanya Nita masih sedikit kaget saat Fargan bilang ia sudah tau.

" Mudah bagi gue cari tau rahasia lo, sepintar pintar nya tupai melompat pasti akan jatuh juga," jelas Fargan menggunkan suara dingin sambil membantu adiknya berdiri.

" Kayannya lo salah, cewe yang ada didepan kita ini bukan dekedar tupai dia lebih cocok dipanggil ular, " ucap Gani yang tiba -tiba ada di samping Fargan dengan tangan yang dimasukan kedalam kantung celana.

Yang lain tidak menyadari ada aura mencengakam antara Fargan dan Gani, mungkin tidak ada mulut atau adu fisik tapi Sudah cukup menjelaskan ada permusuhan disana.

" Dia yang udah bikin kaki pacar gue lumpuh, " sebuah kata pacar yang keluar dari mulut Gani membuat Dea terdiam, pria itu bahkan terlihat tak melirik Dea sama sekali.

Hanya terdiam, bukan berarti tersakiti Dea dan Gani hanya tinggal sebuah nama tidak ada sebuah rasa yang menghiasi disana.

Dea tersenyum, " Fani gue duluan ya." Ucap Dea membuat yang lain menatapnya, Dea berdiri lalu pergi dari sana. Dea merasa ini sudah bukan urusannya lebih baik dia pergi.

Fargan yang tadi menatap Dea beralih menatap Gani, " Maksud lo? " tanyanya kebingungan.

" 2 tahun lalu saat Fani ngejar gue turun dari tangga Nita sengaja dorong Fani sampe Fani jatuh dan pingsan, gak perlu bingung gue tau dari mana. Yang jelas yang namanya bangke mau disembunyiin dimanapun pasti baunya kecium. "

Setelah Penjelasan Gani Nita jadi diam seribu kata, hanya berdiri dengan tangan yang mulai bergetar, habis lah sudah riwayatnya.

" Tapi Fargan gue bisa jelasin, " Nita ingin mendekati Fargan tapi Fargan mengangkat tangannya memberi perintah agar Nita berhenti.

" Mulut lo gak usah Cape -cape jelasin ke gue, Mending lo simpen penjelasan lo buat dibawa ke polisi ," jelas Fargan lalu berlenggang pergi bersama Fani meninggalkan Gani yang menatap Nita dengan tatapan horor.

" Jalankan polisi gue bakal bikin hidup lo lebih berpaedah di dalam sell seumur hidup, " Nita terdiam menatap Gani dalam diam bingung harus berbuat apa, ia Sudah ketahuan
Sulit mencari alibi lain untuk manusia seperti Gani.

~•o•~

Seminggu kemudian.....

Sejak seminggu lalu Nita sudah berada di kantor polisi dan tepat hari ini, hari ini adalah hari kelulusan para Siswa siswi kelas 3, dari beribu-beribu senyum yang terukir hanya ada senyum hambar yang menghiasi wajah Dea .

Dea duduk dibangku yang disediakan diaula sekolah, matanya menyorot kedepan ketika nama Fargan dipanggil oleh kepala sekolah untuk naik keatas panggung. Seluruh siswa bertepuk tangan sambil bersiul saat mendengar pengahargaan yang didapatkan Fargan, Fargan lulus sebagai murid dengan nilai terbaik diangkatannya.

Dea tak bisa berkata-kata, nilai terbaik? Itu artinya Fargan akan masuk Harvard University dengan mudah. Dengan kata lain Fargan akan pindah ke Amerika.

Riska yang duduk dipinggir Dea, segera memeluk pundak Dea ketika melihat air mata Dea akan terjatuh.

"Tenang Dea, gue yakin perasaan lo pasti bisa terbalaskan kok. Jangan sedih ya! Semangat! Kalo lo bisa dapet nilai tinggi lo juga bisa sekolah diharvard iya kan?" ucap Riska menyemangati.

"Bener Dea lo kan Pinter," tambah Siska yang duduk disaping kiri Dea.

Dea tersenyum kearah ke dua temannya, tapi bukan itu masalahnya. Dea menatap Fargan yang berdiri diatas panggung, masalahnya adalah Dea sudah tunangan jalankan untuk sekolah diHarvard setelah lulus SMA saja ia akan segera menikah.

Saking fokus pada pikirannya, Dea sampai tak sadar kalau Fargan juga menatapnya, dan saat Dea tersadar dari lamunan dan kembali fokus ke arah Fargan, mata mereka saling bertemu walau hanya sebentar Karena Fargan segera mengalihkan matanya.

"kenapa kita gak bisa saling tatap kaya dulu? Kenapa lo jadi kaya gini sih Fargan? Kenapa gue harus suka sama lo? Dan membiarkan cinta ini bertepuk sebelah tangan-"

"-Gue sayang lo, gue cinta sama lo, tapi apa lo juga ngerasain hal yang sama? Kini mata lo bagai matahari yang gak bisa ditatap lama-lama."

Say You Love Me Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz