19. musuhan

6K 213 19
                                    

Setelah hari itu, Fargan dan Dea bagai saling tidak kenal. Dea enggan menyapa cowo itu. Sudah 1 bulan seperti ini dan entah kenapa mereka akhirnya dipertemukan diruang guru.

"Karena olimpiade Matematika sebentar lagi, saya harap kamu bisa fokus," Dea memperhatikan bu Sarah yang berbicara didepannya.

"Baik bu," Jawab Dea.

"Fargan, saya harap kamu bisa bantu Dea." Fargan yang duduk bersebelahan dengan Dea mengangguk sebagai balasan.

Dea bingung, bantu? Kita lagi berantem begini, Bakal seberapa canggung coba. Matanya bahkan tidak berani menoleh kekiri yaitu tempat Fargan duduk.

"Ibu cuma mau bilang itu aja, semangat ya."

"Baik bu, terimakasih saya undur diri." Dea berdiri, diikuti Fargan yang berjalan dibelakangnya berjalan menuju pintu keluar.

"Dea,"

Panggil bu Sarah, Dea reflek berbalik.

Dukk..

"Akh!! Siapa yang naruh tembok disin-" mulut Dea tertutup rapat begitu melihat seragam didepannya yang bernamakan Fargan Bahakara. Ish, segala nabrak. Dea masih enggan menatap Fargan tanpa berkata apapun dia memilih berjalan melewati cowo itu.

"Pulpen kamu ketinggalan," pulpen itu beripindah tempat ke tangan Dea.

"Makasih bu," Dea segera keluar dari ruang guru dan berjalan menyusuri koridor.

Mata Dea menangkap tubuh Fargan yang sedang bersender ke tembok, kakinya berniat berbalik tapi hatinya berkata lain. Masa kabur sih keliatan banget takutnya, batinnya. Akhirnya kaki Dea terus melangkah maju.

Tatapannya lurus ke depan, tidak berniat melirik cowo disampingnya sama sekali.

Tangan kirinya ditarik ke belakang sehingga berhadapan dengan tubuh cowo itu, malas jika terjadi tatap menatap Dea memilih menatap lantai koridor.

"Besok pulang sekolah, gue tunggu dirooftop." wajah Dea tak luput dari tatapan Fargan.

Merasa ucapannya tidak direapon juga Fargan mulai emosi, "Denger gak?!"

"Ngapain?" ketus cewe itu masih menatap lantai.

Fargan tersenyum jail, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Dea. "Bikin anak,"

Mata Dea melotot hampir saja matanya ingin memelototi Fargan. "Gak lucu," ketusnya dengan marah.

"Gue mau latih lo, sebenernya sih ogah tapi perintah guru toh kemenangan lo bakal mengharumkan nama sekolah." Fargan melirik cewe didepannya, ini seorang Fargan lagi bicara loh. Bisa-bisanya dibodo amatin.

"Keramiknya bagus ya? Gue mau tanya," Wajah Fargan mendekat ke wajah Dea, Dea berusaha mengidari kontak mata. Dan Fargan berusaha membuat Dea meliriknya. "Gantengan muka gue atau lantainya?"

Dea bergidik ngeri, narsis banget ni kakel. "Tauah gue gebelet," Dea langsung melangkah pergi.


~•o•~

Dea dan teman-temannya berjalan menuju kantin, Dea dan Siska sedang asik mengobrol sampai tidak sadar bahwa didepannya sudah berdiri gerombolan anak Osis.

Fargan juga disana, Dea melihatnya cowo itu sedang berbincang dengan Nita si secretaris Osis.

Mereka berlalu begitu saja menuju meja kantin tanpa menyapa anak Osis, Fargan yang baru sadar dengan kehadiran Dea yang lewat begitu saja didepannya merasa jengkel. Cewe itu sedang menghindarinya, menatapnya saja cewe itu enggan. Nyebelin banget, batinnya. Toh dia dendam juga kan salah cewe itu sendiri.

Say You Love Me Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ