37

5K 168 0
                                    

" Jadi lo mau ngelakuin apa? " tanya Dea ,Fani mengangkat kepalanya menatap wajah Dea .

" Bantu gue ngungkap kejahatan Nita! " Jawab Fani membuat kerutan Samar di kening Dea.

" Caranya? "

~•o•~

Feri mendengus kesal beberapa kali ketika melihat aksi Nita pada Fargan.
Mereka berada disebuah mall dan masih memakai seragam sekolah, Fargan mengajak Feri dan Rendi untuk menemaninya membeli sepatu dengan Nita.

" Yang ini bagus, " ucap senang Nita saat melihat sepatu sneaker yang terlihat Keren. Fargan melirik sepatu itu lalu tersenyum Kecil.

" Ambil aja nanti gue yang bayar," jawab santai Fargan, membuat Nita berjingkrak jingkrak kegirangan dan dengan modusnya memeluk lengan Fargan.

" Beneran!! "

" Iya anggap aja hadiah ulang tahun lo!"

"Lebay !!" Feri membatin.

Rendi tampak tersenyum kecil melihat wajah kesal Feri, " Lo harus sabar ," bisik Rendi yang berdiri disamping Feri.

Sabar-sabar gimana mau sabar saat melihat sahabatnya berdekatan dengan wanita yang salah ,pikir Feri.

Feri akan jadi orang nomer 1 yang paling menentang kedekatan Fargan dengan Nita ,entah kenapa. Tapi dirinya selalu menganggap Nita itu salah, tidak benar, dan selalu membuat Fargan salah memilih.

~•o•~

kemarin Fani memilih menginap di rumah Dea dan baru pulang hari ini tepatnya saat pulang sekolah dan saat sampai dirumah ia kembali disambut dengan Nita yang secara terang terangan mendekati kakaknya , Lama kelamaan Fani bingung kakaknya itu bego atau gimana sih? Masa mau temenan sama wanita ular itu.

Fani melangkah melewati ruang tamu tanpa melirik kakaknya , ia menaiki tangga dan langsung masuk kedalam kamar.

Pukul 19.00

Fargan memasuki kamar Fani, dan terlihat adiknya itu sedang sibuk berkutik dengan hpnya sampai mengacuhkan dirinya.

" Kenapa kemarin gak pulang? " tanya Fargan langsung to the point . Disertai dengan tatapan tajam. Fani hanya melirik sekilas kakaknya tanpa menjawab pertanyaan kakaknya.

" Jawab gue kalo lo punya mulut!! " suara Fargan naik satu oktap.

Fani yang sedang bersender diatas kasur mengehebuskan nafasnya kasar lalu menatap kakaknya, " Apa urusan lo? Gak usah sok peduli sama gue, Kalo lo gak percaya sama gue!!" jawab Fani ketus, Fargan menatap adiknya tak percaya. Sejak kapan adiknya jadi selancang itu?

" Jangan pernah keluar sama Dea lagi!! " Fani menatap sengit kakaknya suhu didalam kamarnya rasanya sudah mendidih.

" Gue gak mau!! "

" Oh, gitu sekarang lo jadi adik pembangkang ternyata, siapa?  Siapa yang ngajarin lo? Si Dea ,huh? " marah Fargan .

" Gak usah bawa bawa kak Dea!! lo aja yang selalu belain si Nita, asal lo tau kak!! Nita yang udah bikin kaki gue lumpuh!! Nita juga yang udah bunuh kak Nina... " suara Fani menjadi lirih saat menyebut nama 'Nina ' dan berhasil membuat Fargan diam tak membalas.

" Gue gak bohong kak dia yang udah ngelakuin itu! " ucap Fani ingin membuat Fargan percaya. Tapi mimpi itu ternyata harus segera ditepis .

" Cukup!! Jangan berani -berani lo jelek -jelekin Nita atau gue gak akan maafin lo, " ancam Fargan sebelum keluar dari kamar.

" Adik lo itu gue! Bukan kak Nita! " teriak Fani pada Fargan yang sudah pergi.

" Secepatnya gue bakal bikin lo sadar, "  gumam Fani yang menatap pintu kamarnya yang terbuka lebar.

Brakk....

Suara bantingan pintu terdengar begitu kencang dari kamar sebelah yang tak lain adalah kamar Fargan , beberapa detik kemudian suara derungan mobil terdengar keluar dari kawasan rumah.

"kayannya dia bener- bener emosi, " lirih Fani , ada sedikit rasa bersalah Karena tadi ia sempat berbicara ketus pada kakaknya.

~•o•~

Jarum Jam terus berputar, tak terasa kini sudah jam 12.00 malam jalanan kota mulai sepi tapi tidak memungkinkan pada club malam yang masih terlihat begitu ramai disertai suara dentuman musik yang begitu keras, serta cahaya warna warni yang mendominasi clup malam itu.

Semua orang didalamnya masih berpesta ria melupakan akhirat . Mereka masih bergoyang goyang mengikuti musik dengan keadaan mabuk . Berbeda dengan seorang pria yang duduk dibangku bar ia tampak menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya diatas meja party.

" Gan udah malem lo gak pulang, huh? " pria yang duduk disamping Fargan berbicara dengan suara yang bisa dibilang berteriak sebab suara musik terlalu kencang.

" hmm.... " gumam Fargan masih kekeh pada posisinya.

" Woy!!  Lo udah mabuk banget balik sana selesaiin masalah lo!! Jangan dipendem!! " ucap pria itu, Fargan mengangkat kepalanya menatap pria disampingnya dengan penglihatan buram.

" Gue ,gak punya masalah!! " teriak kesal Fargan ia akan meminum kembali sebotol alkohol jika saja pria disampingnya tidak melarangnya.

" Lepas!! gue aus ," rajuk Fargan pada pria disampingnya, yang kini sedang menggelengkan kepala rasanya sudah lama sekali Fargan tidak datang ke club, ya itu sekitar 3 tahun lalu setelah Nina meninggal. Fargan memang begitu ia datang ke mari jika sedang dalam masalah dan dia akan jadi menyebalkan jika sudah mabuk.

" Heh!! Lo udah mabuk, BODOH!! cepet pulang! " titah pria itu.

" Diem lo gue aus!! " geram Fargan Fargan kembali meraih sebotol alkohol, dengan kesal pria disampingnya menyeret Fargan ke dalam kamar pribadinya.

Pria itu membanting tubuh Fargan ke kasur, " Cepet tidur!!. "

" Radit... " lirih Fargan dalam keadaan berbaring dan mata tertutup.

" Gue harus gimana? Siapa yang bener? Gue harus apa? " pertanyaan terus dilontarkan Fargan membuat kepala Radit pusing.

" Besok kita bicarain sekarang lo tidur!! " titah Radit lalu menutup pintu kamar dari luar.

Radit adalah salah satu anak osis disekolah Fargan kebetulan ia pemilik club ini dan Fargan sering kemari dan melampiaskan perasaanya disini dan selama 3 tahun ia adalah teman curhat Fargan .

Say You Love Me Where stories live. Discover now