21. Usaha 2

5.7K 205 31
                                    

Malam ini mang Ujang dan bi Ina bersembunyi didapur sambil mendengar bentakan dari kamar atas. Setiap malam Dea pasti akan kena marah. Kakaknya itu seperti punya dendam kepadanya, kesalahan kecil saja akan dibesar-besarkan.

Brakk

Bi Ina dan mang Ujang sampai kaget begitu mendengar gebrakan pintu dikamar atas tepatnya kamar Dea. Defan yang sejak tadi memasang earphone ditelinga dan terduduk disofa ruang tamu ikut kaget.

Begitu Tiyo turun dan memasuki kamar, bi Ina langsung berlari keatas menuju kamar Dea. Sungguh hatinya cemas.

Tok...

Tok...

"Non bibi masuk ya,"

"Masuk aja bi," jawab Dea dari dalam.
Bi Ina masuk dan melihat Dea sedang tersenyum dengan pipi basah akibat air mata.

Bi Ina duduk diatas kasur disamping Dea.

"Kayanya kalau gak ada Dea rumah bisa tenang ya? Kalau ada Dea selalu aka ada keributan, maaf ya bibi sama mang Ujang jadi ketakukan," putri majikannya itu tersenyum kecut, bi Ina tau senyum anak gadis didepannya mengatakan bahwa dia terluka dan merasa serba salah.

"Non gak kenapa-kenapa kan?"

"Enggk kok, cuma Dea kasian sama piala Dea yang patah gara-gara kena amuk kak Tiyo hahaha padahal Dea dapetinnya butuh usaha berbulan-bulan." matanya mengarah ke beberapa piala yang patah dan pecah.

"Dea tadi bikin masalah bi, makanya kak Tiyo marah. Wajar sih, Dea kan emang tukang bikin masalah ya. Ngelakuin ini salah ngelakuin itu salah, Mamah papah aja meninggal gara-gara Dea. Pacar kak Tiyo meninggal gara-gara Dea, pasti kak Tiyo benci sama Dea. Tapi Dea bisa apa? Dea juga lagi berusaha bi, bibi percaya kan?"

Bi Ina mengangguk. "Bibi percaya,"

Bi Inah tiba-tiba mengambil beberapa piala Dea yang patah.

"Bibi mau apa? Dibuang ya?"

Bi Ina menggelang, " Bibi mau perbaiki,"

"Emang yang patah bisa diperbaiki?"

"Semua bisa diperbaiki, walau gak akan sesempurna kaya dulu. Yang penting itu kenangannya. Biar gak ilang,"

"Gak semua bisa diperbaiki bi," contohnya hati Dea yang udah terlanjur patah. Batin Dea.

Bi Ina melihat beberapa lembar foto dilantai, disana Dea sedang dibonceng seorang cowo sayang sekali muka cowonya tidak terlihat karena helm. Padahal cuma gara-gara hal ini, batin bi Ina.

"Menurut bibi usaha kaya gimana ya biar kak Tiyo percaya kalau Dea berusaha memperbaiki semuanya biar kak Tiyo maafin Dea? Harus pake nyawa gitu? "

"Non bicara apa sih? Pasti kecapean, Istirahat ya," Dea tersenyum hambar lalu membaringkan tubuhnya dikasur, kepalanya dimiringkan kekanan dengan air mata yang mengalir.

~•o•~

Sore itu kota Jakarta dilanda hujan, Dea masih menunggu hujan reda dihalte sekolah. Cewe itu sedang menunggu si kapten basket pulang, tapi sudah satu jam setengah Dea menunggu cowo itu belum muncul juga.

Kakinya sengaja diayun-ayunkan untuk menghilangkan bosan, "Daren!"
Panggilnya pada Daren yang mau memasuki sekolah dengan baju basket dan motor pespa. Daren segera berhenti dan Dea menghampirinya.

"Heh bukanya pulang sih De! Gue marah nih! Kalau sakit gimana?" tanyanya sambil membuka kaca helm yang basah dengan raut khawatir. Apalagi muka Dea sudah pucat karena kedinginan.

Say You Love Me Kde žijí příběhy. Začni objevovat