31

5.5K 208 5
                                    

Fargan kembali tertawa sinis, "Kalian sakit! Dia itu cuma cewe alay yang super cengeng, mukanya juga gak ada cantik -cantiknya! payah! Gak bisa masak rasanya gue pengen muntah pas ngerasain sup buatannya kemarin."

Feri sejak tadi duduk diam sedang menahan emosi, lengannya ia kepal dengan kuat saat mendengar Fargan mencemoh Dea itu sudah keterlaluan. Ingin rasanya Feri marah tapi dia masih harus bersabar biar waktu yang membalas.

"Kayanya sih bukan gue yang suka sama Dea, tapi sebaliknya. Tapi bagus deh, gue dengan begitu gue bisa hancurin hati dia," Fargan tertawa sinis.

Feri Sudah ingin meledak rasanya Karena tidak ingin membuat keributan, ia pergi saja dari ruang osis .

Feri menarik knop pintu lalu menutupnya kembali.

Ia membalikan badannya kesamping dan tanpa sengaja melihat Dea yang berdiri didekat Pintu, " A-....mm" Dea langsung membekap mulut Feri yang hampir teriak dan memberi intruksi pada Feri agar diam. Dea melepas bekapan itu.

Wajah Feri memucat saat melihat ternyata itu Dea pasti Dea sudah mendengarnya pikir Feri.

Dea lansung menarik lengan Feri untuk menjauh dari ruang osis.

Belakang sekolah tampak sepi hanya ada Dea dan Feri yang sedang berjalan beriringan itupun tanpa ada pembicaraan. Bahkan suara sepatu pun dapat didengar.

" Dea yang tadi itu... "

" Gak usah dipikirin kak! " Dea tersenyum kearah Feri yang tampak bersalah padahal bukan salahnya.

Dea memang bodoh! Karena terlalu bermimpi dan terlalu baper hingga ada perasaan yang sudah muncul.

'seharusnya gue jangan berharap lebih' batin Dea.

" Maaf Dea.. "

" Kenapa Minta maaf ini bukan salah lo kak, tapi salah gue ."

Langkah mereka berhenti bersamaan.

" Bodohnya gue! jujur gue mulai suka sama kak Fargan "

Feri melotot mendengar pengakuan Dea pasti sangat sakit mendengar ucapan Fargan yang tadi.

'Si brengsek itu!! '

" Huh.... tapi gak usah dipikiran mungkin ini cuma pelampiasan perasaan gue," Dea tampak berbicara dengan nada lemas.

'Andai lo tau Dea semua yang Fargan bilang itu semua bohong dia pembohong besar, dia itu sebenernya juga mulai suka sama lo."

~•o•~

" Makan apa lo? " tanya Fargan saat melihat Feri memakan seseuatu di kotak bekal.

" Nasi goreng, " jawab santai Feri melanjutkan menyuap nasi goreng itu.

" Mau dong!! " belum dapat persetujuan Feri Fargan sudah menarik Kotak bekalnya duluan . Lalu mencobanya.

" Awas pedes Gan, lo kan gak suka pedes, " Seru Feri, ia menyandarkan tubuhnya di bangku kelas.

" Tapi enak!! siapa yang bikin ibu lo atau pembantu lo?" Fargan berbicara tanpa menatap Feri ia masih sibuk memakan nasi goreng itu. Feri tersenyum miring saat mendengar tebakan Fargan tidak ada yang benar.

" Dea yang buat!! " jawab Feri to the point, Fargan langsung berhenti menyuap nasi goreng itu membiarkan sendoknya tergantung diudara selang beberapa detik ia menaruh sendok itu lalu menyodorkan kotak bekal ke Feri.

" Enak kan? "
Fargan tak menjawab ia tampak diam duduk di depan Feri.

" Tapi entah kenapa rasanya pas diruang osis gue denger masakan Dea itu gak enak bahkan lo mau muntah, " sindir Feri, Fargan tetap diam.

Feri melipat lengannya diatas meja, lalu memajukan badannya menatap Fargan yang tak kunjung bicara.
" Jujur sama gue!! lo suka kan sama si Dea tapi sayangnya jalan otak dan hati lo itu gak sama, lo terlalu gengsi buat ngungkapin itu ."

Fargan berdiri dari duduknya lalu menatap was was Feri, Karena ia yakin sebentar lagi Feri akan mengungkin semakin dalam masalah Dea.

"Dari awal niat kita itu buat ngancurin Dea, iya kan? Dan itu janji gue buat Fani, terus Sekarang lo bilang gue suka sama dia? gak mungkin! " Fargan menggeleng tak percaya dengan tebakan Feri.

" Sandiwara Kita udah selesai Gan, gue gak mau ikut campur lagi! gue bodoh Karena mau bantuin lo nyakitin orang baik kaya si Dea setelah lo tau kalo itu Karena perjodohan seharusnya lo gak usah dendam! Dendam cuma bakal jadi Mala petaka Gan, " jelas Feri, tapi Fargan tampak biasa saja bagai menganggap itu adalah angin lewat.

" Baik lo bilang? setelah bikin adik gue lumpuh lo bilang dia baik?!  " Fargan tersenyum sinis.

" Bukan salah Dea Gan. "

"Cukup! Cukup lo ngebelain dia! Segila gilanya gue, gue gak akan jatuh cinta sama dia!!" Fargan mulai kesal. Jawabannya itu bagai sumpah serapah di telinga Feri.

" Pembohong yang buruk!!! "

" Terus apa dong maksud lo ngerusak acara makan si Dea? Jangan naif! Lo sengaja kan? Ngajak si Dea ke pantai, itu supaya dia telat pulang kerumah dan telat buat makan malam sama keluarga si Gani," Feri penuh penekanan dan mencengkam.

Dea untuk kesekian kalinya menguping pembicaraan Fargan, jantungnya berdegup kencang, tangannya mengepal kuat, pundaknya bergetar, satu tetes air mata belum meluncur dari matanya sebab ia tahan.

Dea segera meninggalkan pintu kelas 12 Ipa 1 ketika melihat Fargan berjalan ke arah pintu.

~•o•~

Dea terduduk dikursi rooftop, untuk kesekian kalinya Dea menangis disini.
Dea terus mengusap air matanya dengan kedua tanganya, berharap air mata Itu berhenti mengalir.

"Lo gak Pantes nangisin dia Dea!"

"Sadar! Masih banyak orang yang lebih baik dari pada dia!"

"Tapi Kenapa? Kenapa? Dari sekian banyaknya cowo didunia ini Kenapa cowo kaya Fargan yang harus ngisi hati lo!"

"Kenapa harus sama cowo yang membenci Lo? "

Dea terus menyalahkan dirinya.

Jadi gini rasanya patah hati yang sesungguhnya, sakit tapi tak berdarah.

Benar- benar terluka, tapi tak bisa diobati.

Cukup! Cukup gue nangis udah cukup gue menderita, gue udah berusaha selama ini kalo endingnya emang begini gue bakal coba terima.

Mungkin ini yang terbaik, mungkin tuhan emang sengaja bikin takdir kaya gini buat gue, tuhan sengaja gak membiarkan gue ngerasain cinta, Karna tuhan tau gue bakal hancur kalo ngerasain cinta yang lebih dalam.

Terima kasih tuhan, udah ngasih kehidupan tanpa rasa cinta ini.

————

Vote nya Jangan lupa ✌

Say You Love Me Where stories live. Discover now