31

1K 115 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen, satu vote dari kalian sangat berharga. Terimakasih
🙏

•••

"Kalo sakit, tangisin aja gausah ditahan"

Zahra menoleh ke asal suara, Jeno disana. Laki-laki itu menghampiri Zahra yang sedang terduduk di rumput sambil melipatkan kedua kakinya.

"Kok lo tau gue disini?"

"Gue ada di foodcourt, mungkin lo dan Hinaa gak liat. Dan saat itu juga gue liat Renjun sama ya lo tau lah ya, dan saat itu juga gue mutusin buat ikutin lo. Feeling ajasih soal yang terakhir hehe" Jeno tersenyum sambil menampilkan eyesmilenya.

"boleh duduk?" Zahra mengangguk.

"Nangis aja Ra, gapapa gausah ditahan. Gabakal ada yang tau kalo lo rapuh, cuma tuhan, lo dan gue yang tau."

Mata Zahra bergetar saat mendengar ucapan Jeno. Jujur, ini sakit tapi ia tak ingin menangis ia bukan wanita rapuh hanya karena melihat kekasihnya terlihat bersama wanita lain? lagipula Renjun pasti ada alasan mengapa ia bisa bersama Nadia.

"Tangisin aja dulu, Renjun pasti punya alasan kenapa dia bisa sama Nadia tadi." Zahra bertanya-tanya, apakah Jeno cenayang? apakah ia bisa membaca pikiran orang?

"Pundak gue selalu siap jadi tempat untuk lo bersandar" tak lama Jeno mengucapkan itu, Zahra langsung mendekat ke pada Jeno dan melemparkan tubuhnya kepada Jeno.

Rasanya ia bukan hanya membutuhkan pundak Jeno, tapi juga pelukan dari laki-laki itu. Zahra menangis di pelukan Jeno, dan Jeno hanya mengusap-usap punggung Zahra.

"Udah duapuluh lima menit lo nangis, gak cape, hm?" Jeno mencoba untuk melepaskan pelukan Zahra untuk melihat apakah Zahra masih menangis atau tidak.

Zahra sudah tidak menangis sekarang hanya saja air matanya memasahi pipinya dan Zahra terseguk-seguk akibat tangisannya.

"Gausah nangis, jelek" Jeno mengusap pipi Zahra dengan lembut dan Zahta sempat tersentak oleg perlakuan Jeno yang tiba-tiba.

"Ra, gue ngelakuin ini pure sebagai temen, gue peduli sama lo. Gue peduli sama hubungan kalian, gue gamau lo sama Renjun putus cuma gara-gara hal sepele. So, gausah mikir macem-macem ya?"

Penjelasan Jeno barusan sedikit membuat Zahra tenang. Bukanya Zahra kegeeran, hanya saja tidak lucu kalau Jeno bisa suka dengan dirinya sedangkan dirinya adalah pacar dari sahabatnya.

"Gelap, kayanya mau ujan. Pulang yu?" Zahra mengangguk lemas dan Jeno mengantarkan Zahra pulang.

Sial sekali rupanya, karena ditengah perjalanan hujan turun dengan tiba-tiba.

"Neduh dulu bentar gapapa ya?" Zahra mengangguk. Mereka berdua berhenti di sebuah toko tutup.

"Jen, ini kayanya ujannya awet jadi kalo nunggu bakal lama. Gue mau pulang, gasuka gue kalo gini"

"Ummm oke kita pulang,lo pake jaket gue kalo gitu?"

"Gausah, lo aja yang pake"

"Gaterima penolakan" Jeno langsung memasangkan jaket boombernya ke tubuh Zahra.

Mereka berdua menerobos hujan. Hujannya tak lebat, hanya saja hujannya akan terus turun sampai malam sepertinya.

"masuk dulu, lo pulang nunggu reda aja" Jeno hanya menurut.

"Jen, lo langsung bebersih deh sana ya, tar gue siapin baju untuk lo" lagi-lagi Jeno menurut.

Kini Jeno sudah berganti pakaian, dengan memakai hoodie milik Yuta. Zahra pun sudah berganti pakaian, wanita itu lebih memilih untuk memakai piyama.

Stay With Me  [RENJUN]Kde žijí příběhy. Začni objevovat