37

1K 115 11
                                    

Seharusnya dihari sabtu ini Zahra bisa berpuas-puasan untuk istirahat dirumah, tetapi siang ini Hina mengajaknya bertemu di cafe biasa.


Tadinya Zahra sempat menolak karena ia terlalu malas untuk keluar rumah disiang hari, lebih baik waktunya dihabiskam untuk menonton tv, belajar, dan tidur siang di rumah.

Tetapi Hina memaksanya untuk datang karena sahabatnya itu ingin menceritakan masalah keluarganya. Zahra tahu kalau Ayah dan Ibu Hina suka sekali bertengkar, jadi mungkin Hina membutuhkan tempat untuk cerita. Tapi mengapa harus diluar rumah pikir Zahra, kan bisa bercerita dirumahnya saja.

"Mau gua jemput kaga?" tanya Yuta.

Yak benar sekali, siang ini Zahra diantar oleh Yuta. Tapi jangan harap Zahra dengan mudah meminta Yuta mengantarnya, Yuta mau karena ada imbalannya. Yaitu mentraktirnya makan selama dua hari. Awalnya Zahra menolak, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain dengan Yuta.

"Kaga usah, udah sana pulang"

"Ckck udah gue anter, ngusir pula"

"Lo nganter juga ada imbalannya ya atuy"

Zahra kesal dengan abangnya yang satu itu. Tanpa memperdulikan abangnya, ia langsung saja masuk ke dalam cafe.

Ia mencari keberadaan Hina disana, namun Zahra tidak melihat Hina disana, bahkan batang hidungnya pun tidak terlihat. Mungkin saja Hina terlambat pikir Zahra, sehingga Zahra berjalan untuk mengambil tempat.

Ia berjalan ke ujung dekat jendela, disana adalah tempat favoritenya bersama Renjun. Ah tidak usah pikirkan Renjun dulu hari ini, lupakan.

Sayangnya tempat itu sudah ditempati oleh orang lain tepatnya laki-laki. Tetapi Zahra seperti kenal dengan orang itu. Tidak begitu jelas, karena laki-laki itu membelakangi Zahra sehingga ia tidak melihat wajahnya.

Tapi Zahra sangat kenal dengan bentuk badannya. Dimulai dari rambut, kaos yang laki-laki itu kenakan, bahkan sepatunya ia sangat kenal. Zahra mencoba mendekat untuk menebus rasa penasarannya. Ia harap orang itu bukan yang ada dipikirannya saat ini.

"R-renjun?"

Benar saja, bahwa yang duduk ditempat biasa yang Zahra tempati adalah Renjun. Sedang apa laki-laki itu disini?

"Kamu ngapain disini?" tanya Renjun intens.

"Aku mau ketemuan sama Hina, kamu sendiri ngapain disini?" jawab Zahra ketus. Memangnya laki-laki itu saja yang bisa marah? dirinya juga bisa, pikir Zahra.

"Bukan urusan kamu" Renjun kembali melanjutkan aktivitas bermain game nya. Iya, semenjak Zahra datang pun Renjun sedang bermain game, jadi tak heran lagi bagi Zahra.

Tapi ucapan Renjun barusan mengapa membuat Zahra sedikit sakit hati? Apakah dirinya tidak boleh tau tentang masalah pribadi Renjun? Laki-laki itu sepertinya memang tidak menganggap Zahra ada.

Zahra memutuskan untuk menunggu Hina di bangku lain, yang jaraknya hanya berbeda satu meja dari yang ditempati Renjun. Zahra hanya memesan satu gelas milkshake coklat untuknya sambil menunggu kedatangan Hina.

Zahra tidak nyaman bila harus berada di satu ruangan bersama Renjun dengan keadaan canggung. Sudah terhitung hampir tiga puluh menit Zahra menunggu, tetapi Hina tak kunjung datang. Zahra mencoba menghubungi Hina, tetapi sahabatnya itu tak mengangkatnya. Zahra terus menghubungi Hina tapi nihil, wanita itu tetap tidak mengangkatnya.

Stay With Me  [RENJUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang