44

1.1K 131 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen, satu vote dari kalian sangat berharga. Terimakasih
🙏

⚠️ Harsh Words!!! ⚠️

••••

Di kamarnya, Renjun menatap buku dengan tatapan kosong. Tulisan-tulisan yang tercetak di buku itu sama sekali tidak menarik perhatian Renjun. Yang kini tengah ada dipikirannya hanya si mantan kekasih, siapalagi kalau bukan Zahra.

Kejadian siang tadi terus berputar di kepala Renjun. Bagaimana sikap Zahra kepadanya belakangan ini, bagaimana sikap wanita itu kepada Jeno, dan yang paling Renjun benci adalah, Zahra sama sekali tak menganggapnya ada.

Renjun mengacak rambutnya kasar, semuanya terasa berat bagi Renjun. Terlebih lagi mantan kekasihnya itu sulit untuk diajak bicara. Padahal Renjun ingin sekali mengutarakan perasaan yang sebenarnya pada wanita itu.

Pandangannya teralihkan pada figura di meja belajarnya, terdapat foto Renjun dan Zahra disana. Renjun hanya menatap foto itu dengan tatapan sendu, ia rindu mantan kekasihnya.

Tok tok

Suara ketukan pintu menginterupsi pendengaran Renjun. Ia langsung menoleh guna melihat siapa yang datang. Ternyata sang mama.

"Ada apa, ma?" tanya Renjun

Mamanya itu menghampiri Renjun dan mengusap pelan surai rambut sang anak. "Ada yang lagi dipikirin?" tanya sang mama.

Renjun menggeleng ragu. Sebenarnya mudah saja Renjun mengangguk dan menceritakan semuanya, tetapi Renjun ingin menjadi dewasa kali ini saja. Biarkan dirinya yang menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan sang mama dan berakhir pada mamanya yang khawatir akan dirinya. Renjun tak ingin mamanya khawatir.

"Mama kan udah bilang, kalo ada apa-apa cerita sama mama. Berbagi kesedihan sama mama gapapa kok, mamah seneng malah. Karena artinya, anak mama masih anggep mama sebagai ibunya."

Hati Renjun sedikit sesak mendengar penuturan mamanya. Tanpa segan ia langsung memeluk sang mama.

"Ngga gitu ma, aku sayang sama mama kok. Cuma, biarin anak mama ini jadi dewasa. Biarin Renjun selesain masalah Renjun sendiri, aku cuma gamau mama khawatir"

Sang mama mengusap-usap punggung anak sematawayangnya itu, "Mama ngerti, maaf ya mama terlalu maksa kamu buat cerita. Mama cuma gamau kamu sedih sendiri, mama juga sayang kamu"

Keduanya kalut dengan pelukan hangat yang keduanya salurkan. Sampai akhirnya sang ibu melepaskan pelukannya, "makan yuk, mama udah siapin makan malem"

Renjun mengangguk, "aku nyusul ma, mau beresin buku dulu"

Sang mama mengangguk lalu keluar dari kamar Renjun. Bersamaan dengan itu, ponsel Renjun berbunyi dan saat melihat siapa yang memanggil, nama Jeno terteta jelas disana. Renjun sama sekali tak berniat untuk mengangkat panggilan sahabatnya yang satu itu.

Katakanlah Renjun sedikit kesal karena cemburu melihat Zahra yang lebih sering menghabiskan waktunya dengan Jeno dibandingkan dirinya.

Tapi kembali lagi, untuk apa Renjun cemburu padahal dirinya sudah bukan siapa-siapanya Zahra lagi? Ah, Renjun jadi pening sendiri memikirkannya.

Stay With Me  [RENJUN]Where stories live. Discover now