1. Awal Bertemu

70.5K 2.9K 52
                                    

Nara sudah siap dengan jaket hitamnya dan sudah mengikat rambut hitam yang panjang. Lalu, mengambil helm full face yang ada tidak jauh dari meja belajarnya. Kemudian, ia membuka knop pintu bercat putih itu dan keluar dari kamarnya.

Suasana rumah ini sepi. Rumahnya sendiri, walaupun tidak terlalu besar namun rumah dengan desain minimalis ini ia beli dengan uangnya sendiri ketika dirinya masih bekerja di sebuah restaurant ternama. Sebelum ia di pecat di sana karena bosnya yang semena-mena. Tapi ia sangat bersyukur ketika masih bekerja dulu ia selalu menabung untuk membuka usahanya sendiri dan membeli rumah serta kebutuhan lainnya dan tentunya sukses di usia muda.

"Gue gak lemah. Gue ga butuh keluarga yang udah nelantarin gue gitu aja!" ucapnya dengan yakin dan penuh penekanan di setiap katanya.

**

"Ini dia jadi datang gak?" tanya Aldran pada Tara yang mengadakan lomba balapan ini dengan bayaran yang lumayan besar.

"Jadi, mungkin lagi di jalan," jawab Tara.

"Inget ya kalau sampai ga datang. Gue gak mau ikutan lagi!" ancam Aldran, Tara memutar bola matanya malas menanggapi Aldran yang sangat cerewet.

"Ck! Kalem elah cerewet banget lu!"

"Maklum keturunan emaknya!" celetuk Adi yang sedang memakan kuaci di dekat motor Aldran.

"Anjir sini lo woy bawa-bawa emak gue lo!" Aldran menantang Adi. Adi pun kabur ketika mendengar teriakan lelaki bertubuh tinggi itu.

"Emang siapa sih yang berani nantang gue? Cari malu aja."

"Namanya Na-"

Suara deru motor sangat terdengar nyaring dan keras. Kepulan asap dari knalpot membuat semua mata menatap pada siapa yang baru saja datang ini.

"Tuh dia datang!" Tara menunjuk ke arah pengendara motor yang akan menjadi lawan Aldran hari ini.

Aldran mengambil motornya dan bersiap di samping rivalnya yang tak menoleh kearah nya sedikitpun. Aldran menatap sinis pada seseorang yang memakai jaket hitam tersebut.

"Orang kayak lo mana bisa menang lawan gue! Nanti lo kalah, bakal malu," sinis Aldran pada rivalnya itu.

Gadis dengan pakaian minim berdiri di depan mereka memegang sebuah bendera yang di angkat ke udara.

"Siap?!" aba-aba gadis tersebut. Suara bising dari knalpot motor mulai terdengar sangat nyaring begitu juga dukungan dari para suporter.

"MULAI!" Bendera di lemparkan ke udara dan mereka segera melaju dengan kecepatan tinggi.

Aldran menjadi posisi pertama, tapi tidak berjalan lama karena lawannya menyalib sehingga Aldran berada di posisi ke dua. Aldran yang tahu pasti di depan ada tikungan lebih waspada. Tapi sayangnya lawan pertandingan Aldran tergelincir dan menabrak pohon, ia terlempar bersama motornya ke jurang membuat Aldran terkejut.

Brak!! Brakkkk!!!

Aldran memberhentikan motornya dan segera menolong lawannya tadi. Ia berpegangan pada ranting pohon yang hampir putus, Aldran berjongkok mencoba mengulurkan tangannya, walau itu adalah rivalnya, bukan berarti ia harus membiarkan orang lain dalam bahaya.

"Pegang tangan gue!" ucap Aldran dengan penuh keyakinan.

"Susah gue ga bisa!" keluh si pengendara motor.

"Bisa! Jangan lemah! Cepet pegang tangan gue!" yakin Aldran.

Berhasil. Aldran menarik tangan si pengendara motor tadi hingga ia sampai di atas sisi jurang. Aldran membawanya aga jauh dari jurang tadi dan duduk di bawah pohon.

Pengendara itu membuka helmnya. Terlihatlah mukanya yang sangat cantik walau peluh bercucuran di dahinya. Mukanya masih terlihat shock. Aldran juga. Ternyata lawannya itu adalah seorang perempuan. Tidak sepatutnya tadi ia berkata sinis bahkan bisa melukai hati wanita itu. Dan itu adalah Nara.

"Jadi, lo cewe?" pertanyaan bodoh yang terlontar di mulut Aldran, sudah jelas di depan matanya itu adalah wanita.

"Keliatannya?" ketus Nara. Ia memegang pundak dan kakinya yang amat sakit.

"Gue ga nyangka ada cewe berani banget kaya lo," ucap Aldran entah sebuah pujian atau cibiran.

"Jadi?" tanya Nara.

"Jadi nama lo siapa?" tanya Aldran.

"Nara," singkat Nara lalu pergi meninggalkan Aldran yang malah tersenyum.

Nara sangat cantik walau penampilannya bisa di bilang tomboi dan wajah datarnya tapi karisma Nara sangat kuat.

"Mau kemana lo?" tanya Aldran yang melihat Nara menjauh entah akan pergi ke mana.

"Cerewet banget si lo!"

"Kalem dong jangan ngegas."

"Lo liat sendiri kan? Motor gue dah jatuh ke jurang. Dan lo menang! Puas?" Nara dengan kesal segera meninggalkan Aldran begitu saja.

Aldran pergi menuju motornya. Lalu, saat ia menoleh lagi Nara sudah tidak ada di tempat tadi.

"Tadi manusia apa setan ya?" gunamnya.

Aldran kembali melajukan motornya untuk sampai di garis finis sedangkan perempuan dengan nama Nara tadi entah pergi ke mana.

Orang-orang bersorak riang melihat Aldran sudah kembali dengan motornya.
"Wih! Awalnya gue kira lo kenapa-napa karena lama banget. Ternyata menang juga bro!" Fardi bertos ria dengan Aldran.

Lalu, Nara datang tapi dengan mengenakan helmnya membuat Aldran mengerutkan dahi. Tampak terlihat bajunya kotor dan terdapat sedikit darah yang mengalir di tangannya.

"Lah motor lo mana?" tanya Tara.

"Udah kalah motornya kaga di bawa lagi aneh banget lo. Makannya jangan berani lawan Aldran ga tau malu banget." sinis Qila.

"Eh Kilo! Mulut lo diem ya kaya soang aja lo nyerocos mulu!" sindir Adi.

"Selamat!" ucap samar dari Nara sembari mengulurkan tangannya. Aldran membalas uluran tangan Nara.

Jujur ia tak tega jika menang tapi lawannya adalah wanita ia merasa seperti pecundang yang memanfaatkan kemenangannya karena melawan seorang wanita. Apalagi Nara tadi kecelakaan.

Baru saja Aldran ingin berucap tapi Nara sudah terlebih dahulu pergi dari tempat itu. Di balas oleh sorakan dari beberapa orang. Aldran menatap Nara dengan lirih walau ia baru melihatnya tadi tapi rasa iba terus menghantuinya.

"Kenapa lo liatin dia mulu?" tanya Adi.

"Kepo lo!" Ketus Aldran.

"Ih jahat kamu mas!" ucap Adi dengan nada yang menjijikkan.

**

ALNARA

VOTE+COMEN

ALNARA [COMPLETE]Where stories live. Discover now