9. Luka Fisik dan Hati

38.3K 1.9K 26
                                    

9. Luka Fisik dan Hati

Kadang orang-orang lebih bahagia tanpa kita_Nara Almira

***

Nara mengendarai mobil hitamnya dengan kecepatan normal. Suasana langit sepertinya tidak mendukung antara panas dan juga dingin. Perempuan itu memberhentikan mobilnya di depan sebuah minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan untuk sehari-harinya.

"Selamat datang di indo**rt, selamat belanja," suara dari penjaga kasir terdengar saat Nara baru saja membuka pintu minimarket.

Tapi cewek itu mengacuhkannya, ada sama?

Kaki Nara membawanya menuju ke rak makanan ringan dengan menenteng keranjang berwarna biru. Ia melihat-lihat sejenak bungkusan makanan yang berjejer rapih di rak. Mengambil beberapa bungkus dan memasukkannya ke keranjang setelah itu pergi ke rak berikutnya. Sampai keranjang itu penuh baru ia pergi menuju kasir.

Baru aja ia berbalik setelah mengambil minuman. Matanya melotot kaget saat melihat 2 orang yang baru saja masuk ke dalam minimarket tersebut.

"Shit!" umpat Nara.

Cewek itu langsung menarik tudung hoodienya ke atas, menutupi sebagian wajahnya karena tudung itu lumayan besar. Rambutnya terurai panjang ke depan.

Orang tua Nara mengambil keranjang dan pergi berbelanja. "Pah ini ada harga diskon." kata Hanum ibu Nara sembari menunjuk ke rak minyak dengan tulisan diskon. Sesuatu yang sering di cari para ibu.

"Yaudah ambil aja mah." sahut Prasetyo--ayah Nara.

Memang benar apa yang selalu gue duga selama ini. Mereka akan lebih bahagia kalau gue gak ada di keluarga itu. Gue gak nyesel di buang sama mereka karena hidup gue bisa lebih bahagia walau sendiri!  Nara membatin dalam hatinya.

Nara melihat kedua orang tuanya berbelanja seakan tidak ada beban, seakan semuanya baik-baik saja, dan seakan tidak pernah ingat siapa itu Nara? Apa ada namanya di keluarga mereka?

Rasa sesak di dada Nara tidak bisa ia tahan lagi. Perempuan itu dengan cepat memberikan keranjangnya ke penjaga kasir. Ia tidak pernah meminta untuk di lahirkan di keluarga itu, semua anak pun begitu. Tapi Tuhan lah yang memberi.

Seseorang memegang pundak Nara, dan membisikkan sesuatu, "Dek maaf bisa ambilin coklat itu ga? Buat ponakan ibu."

Nara melirik ke arah bawahnya, jajaran coklat yang sangat banyak. Ia mengambil satu dan berbalik untuk memberikan coklat yang di minta orang yang ada di belakangnya.

"Nara?!" kaget Hanum, ia yang meminta Nara mengambilkan coklatnya. Prasetyo pun sama kagetnya melihat anak mereka di sini.

Perempuan itu terkejut tapi ia berusaha biasa saja. Nara membalikkan badannya. Prasetyo mendekati putrinya. "Nara, ini papah sama mamah..." panggil Prasetyo, pria itu menggenggam tangan Nara, tapi segera di tepis olehnya. Pelan dan tidak kasar. Karena ia tahu, rasanya di perlakukan kasar oleh orang tuanya sendiri itu sudah cukup menyakitkan.

"Kalian salah orang," ujar Nara memberi alasan. Kenapa kasir itu menghitung belanjaan Nara sangat lama?!

Nara tidak sanggup lagi berlama-lama di tempat ini, bersama kedua orang tua yang selama bertahun-tahun melupakan keberadaannya. Mengucilkannya. Melepas tanggung jawab mereka kepada anaknya. Dan malah membiarkannya di urus orang lain hanya karena masalah sepele yang terjadi ketika Nara masih kecil.

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang