64. Terasa Hampa

14.7K 663 18
                                    

Rasanya pagi ini sangat hampa, Ray pergi ke luar Negeri, Aldran berada di rumah sakit,Nesa sepertinya masih sangat marah padanya. Rasanya hanya untuk membuka knop pintu sangatlah malas, Nara tak bersemangat untuk ke sekolah. Tante Ria juga sudah lama tak mengunjunginya karena sedang berada di luar kota. Ingatan tentang kejadian kemarin terus terngiang di kepalanya, dan teringat sosok ayahnya yang telah tiada.

Ia keluar dari rumahnya dan segera menuju mobil. Mengendarai mobil hanya di temani oleh alunan musik pop dari radio mobilnya. Setelah perjalanan yang memakan waktu beberapa menit,Nara sampai di sekolahnya. Sekolah yang awalnya ia tak minati namun setelah kehadiran seseorang, ia menjadi bersemangat. Tapi terkecuali hari ini.

Sesudah memakirkan mobilnya di parkiran, Nara bertemu dengan Melly yang tampak berjalan seorang diri. "Mel!" Nara melambaikan tangannya ke arah Melly, gadis itu membalasnya dengan ramah.

Nara mempercepat jalannya agar segera menyusul Melly. "Loh? Nesa mana Mel?" tanya Nara ketika ia menyadari tidak ada kehadiran Nesa bersama Melly.

"Dia ga sekolah, sakit katanya." Jawab Melly sembari berjalan beriringan bersama Nara.

Nara diam sesaat memikirkan beban yang terasa sangat banyak yang di tanggung olehnya. Rasa bersalah terus menghantuinya, dari mulai masalah dengan papahnya, Nesa dan Derta. Nara mengehmbuskan nafasnya

"Kenapa Ra?" tanya Melly ketika sadar ada yang tak beres dari Nara saat ini. Nara hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia tak mau Melly ikut merasa terbebani dengan maalahnya.

Melly hanya mengangguk, dan bersama pergi ke kelas. Suasan kelas masih cukup sepi, Nra dan Melly lebih memikih berdiam diri di kelas dari pada harus pergi keluar dengan cuaca mendung dan dingin.

"Mel, Nesa masih marah ya sama gue?" tanya Nara pada Melly.

Kini, giliran Melly yang diam, meerasa bingung harus menjawab apa pada Nara saat ini. "Gue ga tau pasti Ra, tapi yang gue tau Nesa sedih banget sampe sakit." jawab Melly.

"Semua salah gue Mel, andai gue ga terlalu deket sama Derta pasti Derta ga bakal ada rasa sama gue!" Nara malah menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian kemarin.

Melly memegang pundak samping Nara. "Ini bukan salah lo Ra! Perasaan itu ga bisa di bohongin. Gue tau Nesa pasti kecewa tapi bukan berarti salah lo kan? Pokoknya gue ga mau lo salahin diri lo sendiri!" Nara hanya mengangguk lemas.

Perasaan bersalahnya pada Nesa seperti batu yang terus menempel pada tanah yang merekat sangat kuat, walau di tarik paksa.

**

Waktu istirahat adalah salah satu waktu yang sangat di senangi oleh semua murid sekolah. Semua berbondong-bondong untuk pergi ke kantin dan makan makanan atau minuman yang mereka sukai. Nara berjalan bersama Melly. Melly mencoba membangkitkan mood Nara, namun gadis itu seperti enggan membuka mulutnya.

"Eh kayanya ada yang lagi galau nih!" Helen datang bersama Octa dan Rita.

"Karena pacarnya masuk rumah sakit nih!" Octa yang kini ikut memanas-manaskan suasana.

Nara menghela nafas kasar, ia sedang tidak mau berdebat dengan ketiga manusia menyebalkan yang ada di hadapannya saat ini. "Ga usah ngajak ribut deh! Lagi males!" Nara melewati ketiga gadis itu bersama Melly.

Helen dan kedua temannya menatap sinis ke arah Melly dan Nara. Perlahan hidup lo bakal di hampiri kesedihan Nara Almira! Batin Helen dan tersenyum miring.

Melly dan Nesa sudah menduduki kursi di kantin sekolah yang letaknya di pojok, entah kenapa ia jadi sangat ingin diam di pojok dari pada di tengah kantin. "Gue pesen makan dulu ya!" Nara mengangguk setuju dengan tawaran Melly.

Melly beranjak pergi dan memesan makanan. Nara meletakkan kepalanya di meja kantin, tak ada semangat di hari ini. Tiba-tiba seseorang mengusap halus kepalanya. "Aldran!" Nara spontan mengakkan tubuhnya.

Namun, raut wajahnya berubah kecewa ketika tak mendapati Aldran melainkan Derta. "Ada apa?' tanya Nara to the point.

"Ga ada apa-apa. Gue cuman mau makan bareng lo. Ga apa-apa kan?" Pertanyaan Derta seakan membuat Nara muak. Entah kenapa ia menjadi tak suka dengan Derta sekarang.

"Otu tempat Melly. Lo duduk di tempat lain bisa kan, jangan ambil hak orang!" jawab Nara dengan sinis.

Derta mengerutkan dahinya karena sikap Nara yang dingin padanya. "Lo kenapa?" Derta memegang kedua tangan Nara.

Nara menarik tangannya dari cekalan Derta. "Lo apa-apaan sih?!" Nara menaikkan suaranya.

"Gue cuman megang tangan lo, ga lebih." jawab Derta dengan entengnya.

Melly yang melihat itu segera menghampiri keduanya. "Eh Derta! Lo sekarang kok nyebelin banget sih?! Kan Nara itu udah punya Aldran, ngapain lo deketin dia mulu, ada cewe yang lebih tulus nerima lo!" Kesal Melly.

"Bukan jadi suami aja bangga!" ucapan Derta membuat Nara emosi.

"Lo kenapa sih Der? Lo kok jadi berubah hah?!" Kesal Nara emosinya sudah naik.

Derta menatap Nara lekat. "Gue tulus cinta sama lo Ra!" ucap Derta.

"Tapi engga buat gue!" Nara menarik Melly untuk pergi dari kantin, selera makannya hilang seketika.

**

Setelah pulang dari kantin hingga waktu pulang Nara terus memasang wajah datarnya, Melly jadi bingung sendiri, biasanya kedua sahabatnya itu selalu berisik setiap hari. "Ra, gimana kalau kita ke rumah Nesa aja?" tanya Melly.

Nara akhirrnya tersenyum dan mengangguk setuju. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segera pergi ke rumah Nesa. Melly tidak membawa motornya jadi ikut dengan Nara menaiki mobil.

Butuh 15 menit untuk sampai di rumah Nesa. Rumah yang bercat abu-abu itu terlihat sepi dari luar. Nara dan Melly masuk ke dalam pekarangan rumah dan memencet tombol bell yang ada di sisi pintu. Dan keluarlah ibu Nesa. "Eh ada kalian, mau ketemu Nesa ya?" tanya Hilma.

Melly dan Nara mengangguk. "Nesa ada tan?" tanya Nara.

"Ada kok di kamarnya,kalian ke atas aja!" jawab Hilma.

Nara dan Melly segera menuju ke lantai dua di mana kamar Nesa berada. Perlahan mereka membuka pintu kamar bercat hitam itu. Di dalam terlihat Nesa sedang duduk di pinggir kasur sembari menangis sesegukan.

"Nes?" panngil Melly dengan pelan.

Nesa menoleh dan melihat ada kedua sahabatnya datang ke kamarnya. Ia menatap Nara tajam. "Ngapain lo ke sini?" tanya Nesa sembari menatap tajam ke arah Nara.

"Kita mau jenguk lo Nes." jawab Nara.

"Gue ga sudi di jenguk sahabat penghianat kaya lo!" Nesa menunjuk Nara sembari menangis.

Melly memeluk Nesa dengan erat. "Nes, gue bisa jelasin kejadian kemarin!" ucap Nara.

"Jelasin apa hah?! Jelasin kalau lo emang suka juga sama Derta? Gitu kan yang lo mau!" balas Nesa dengan air mata yang terus memangis.

"Lo tau sendiri Ra, kalau gue itu suka sama Derta! Lo janji bakal bantuin gue biar bisa deket sama Derta, tapi lo malah gunain kesempatan itu buat ngambil hati Derta. Lo munafik Ra!" Emosi Nesa sudah tak terbendung.

Nara menangis merasakan sakit di hatinya. "Itu ga seperti yang lo pikir Nes!" Nara mencoba menjelaskan.

"Lo pergi dari rumah gue, pergi!" Nesa mengusir Nara dari rumahnya.

"Ra, kayanya lebih baik lo pulang aja ya?" Melly sudah tau pasti emosi Nesa saat ini.

"Tapi-"

"Pergi Nara! Lo pergi sekarang juga! Gue ga mau liat lo lagi. GUE BENCI LO NARA!!!"

DEG!

**

Jangan lupa vote,comen and share. Maaf kalau masih banyak typo

tbc

ALNARA [COMPLETE]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin