72. Kabar Duka

16.6K 685 27
                                    

Firna sent you photos

Aldran melihat notifikasi dari Firna segera membuka notifikasi tersebut. Ia melihat foto yang di kirimkan Firna kepadanya.

Matanya melotot tak percaya dengan apa yang ia lihat, tangannya mengepal kuat ia memukul tembok di sampingnya, semua anggota Brave terkejut dan menatap Aldran dengan tatapan bingung.

"Kenapa lo Al? " Fardi datang dan duduk di samping Aldran.

Aldran melempar handphonennya ke atas meja, Fardi mengambil handphone Aldran dan melihat foto yang di kirimkan Firna, Fardi terligat terkejut namun ia segera merubah ekspresi wajahnya.

Fardi melihat Aldran yang menahan emosinya.
Derta!

**

Nara malam ini tak bisa tidur, Aldran dan mengirim pesan padanya biasanya pria itu selalu mengirim pesan walau singkat, bertepatan dengan hatinya yang tak tenang seperti ada sesuatu yang tak di inginkan akan terjadi.

Tok tok tok!

"Dek! Lo belum tidur hah? Tidur lo woy! " Kevin berteriak di depan kamarnya dengan keras.

Kevin adalah anak dari Ria, tantenya yang sudah Nara anggap seperti kakak kandungnya sendiri.
"Berisik lo bang!" balas Nara tak kalah berteriak.

"Tidur-tidur besok lo mulung! " teriak pria itu lagi.

Nara tak membalasnya, tiba-tiba Kevin masuk ke dalam kamar Nara, dengan kaos hitam dan celana pendek selututnya. Kevin itu tampan, kulitnya putih ia memiliki keturunan inggris dari ayahnya.

"Ngapain lo belum tidur? " tanya Kevin, ia duduk di kursi belajar Nara sembari memakan cemilannya.

Kevin sudah lama tak main ke rumahnya karena sibuk dengan kuliahnya, terkadang Nara rindu dengan sosok Kevin karena hanya Kevin yang menjadi tempat keluh kesalnya.

"Bang, gue punya cowo, tapi dia punya sahabat cewek-"

"Ya terus? " potong Kevin.  Nara menatapnya tajam.

"Belum selesai bang! " kesal Nara, Kevin hanya meyengir menampilkan deretan giginya.

"Lanjut dek," ucap Kevin mempersilahkan.

Nara mengubah posisi duduknya. "Tapi dia itu lebih milih sabahatnya dari pada gue, sampe tadi di sekolah dia lebih milih belain sahabatnya dari pada gue padahal dia ga mau jelasin penjelasan gue dulu! " curhat Nara. Kevin hanya mengangguk mengerti.

"Gue harus gimana? " tanya Nara pada Kevin.

"Putusin," jawabnya enteng.

**

Sekarang sudah jam 2 malam, namun Nara belum bisa tertidur perasaannya selalu tak enak seperti melarangnya untuk tidur terlebih dahulu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Nara terkejut, lalu segera mengangkat telfon dari nomer yang tidak di kenal.

Hallo? Siapa?

Nara? Ini tante Rika

Rika, ibu dari Ray, Nara terkejut dengan telfon Rika yang tiba-tiba, hatinya menjadi lebih tidak enak sekarang.

Iya tante? Kenapa?

Ada suara isak tangis di seberang membuat Nara mengerutkan dahinya.

Ray sudah meninggal Nara

Deg!

Nara menatap kosong ke arah depan, hatinya hancur lebur, air matanya mengalir tanpa seijin Nara.

Sekarang Ray sudah ada di rumah, tante harap kamu bisa datang ya nak

Tante serius kann?? Tante ga bohong?

Engga sayang, tante ga mungkin bohong

Tit.

Nara mematikan sambungan telfon sepihak, ia segera mengambil jaketnya dan pergi keluar kamar. Ia menuju kamar Kevin yang ada di samping kamarnya.

"Abang bangun! " Nara menangis terisak.

Kevin yang sedang terlelap tidur terkejut dengan teriakan Nara dan gedoran pintu kamarnya.  Ia segera bangun dan membuka pintu kamarnya. Nara sudah menangis.

"Nara lo kenapa! " Kevin membantu Nara berdiri karena gadis itu terduduk di lantai sembari menangis.

Nara memeluk Kevin kuat yang malah membuatnya semakin bingung. "Lo kenapa sih? " bingung Kevin.

"Anterin gue ke rumah Ray! " pinta Nara sembari menangis.

"Ngapain Ra? "

"Ray meninggal bang! "

**

Nara menatap sendu kearah jenazah yang di baringkan di tengah rumah duka, badannya di tutupi kain. Banyak orang yang datang dan membacakan doa serta yasin untuk jenazah.

Nara bersandar di pundak Kevin yang merangkulnya ia ikut sedih dengan kabar duka Ray, ia meninggal karena penyakitnya.

Ketika Ray melalukan operasi di rumah sakit luar Negeri operasi itu gagal karena Ray kekurangan banyak darah. Kevin mengenal Ray saat lelaki itu mengantarkan Nara ke rumahnya dan satu fakultas dengannya di kampus membuat mereka berdua semakin dekat.

Gue emang nunggu lo balik lagi Ray, tapi bukan dengan keadaan kaya gini. Katanya lo janji mau lindungin gue, tapi sekarang lo malah menutup mata lo rapat untuk selamanya. Ray tolong bilang ini mimpi! Nara hanya bisa berucap lewat hatinya.

Ia menatap sebuah pigura yang di pegang Rika, pigura tersebut menampilkan foto Ray yang tersenyum dengan tulisan namanya Ray Ramadhan. Itu semua semakin membuat Nara sakit.

"Bang, bilang kalau ini bohong! " Kevin bingung harus menanggapi apa kepada Nara.

Ia memandang wajah Ray yang sangat pucat pasi di tambah ia akan terbungkus oleh kain kafan putih dan akan tinggal di bawah tanah selamanya.

Nara mengingat kembali kenangannya bersama Ray, kenangan indah seperti adik-kakak. Ray yang selalu membantunya ketika ia susah dulu. Ketika ia membantu Nara untuk tetap kuat menjalani masalah hidupnya. Kini semua itu hanya kenangan.

"Gue ikhlas lo pergi, tandanya lo ga ngerasain sakit lagi kan Ray? "

**

Pemakaman di laksanakan pukul 8 pagi. Satu persatu orang meninggalkan pemakaman, hanya menyisakan Nara, Kevin dan kedua orang tua Ray.

"Aku ga nyangka Ray pergi secepat ini nante, " Nara memandang batu nisan Ray.

"Tante juga, Ray banyak cerita soal kamu Ra ketika di rumah sakit. Dia berniat mau ngenalin kamu sama pacarnya nanti. Tapi, Allah berkehandak lain ya Ra," Rika meneteskan air mata.

"Pacarnya? Pacarnya yang mana tan? " tanya Nara.

"Namanya Alin, tadi dia sempet ke rumah kok Ra. " jawab Rika, Nara mengingat kembali seorang wanita yang seumuran dengan Ray yang duduk di dekat Rika tadi ketika di rumah duka.

"Ray sayang banget sama kamu Ra, dia nganggap kamu itu adiknya, setiap di rumah sakit dia selalu kangen sama kamu dan khawatir sama kamu. Dia juga nitipin sesuatu buat kamu, nanti tante kasih ya Ra? " Nara hanya mengangguk.

"Iya tante. "

Kevin menatap sendu ke arah Nara yang memeluk Rika dengan erat, saling menyalurkan kekuatan.

Drttt drtt

Handphone Nara yang ada di genggaman Kevin bergetar. Lelaki itu membuka sebuah notifikasi pesan dari seseorang.

Aldran:
Ra, aku tunggu kamu di taman kota.

"Aldran?" bingung Kevin.

**
Kabar dukaa dari Ray... 😭

Jangan lupa vote dan comen ya semuanya

Tbc

ALNARA [COMPLETE]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon