60. Dekat

14.2K 709 53
                                    

Nesa dan Derta tengah berada di perpustakaan, Nesa meminta bantuan Derta untuk membantunya membuat puisi untuk tugasnya.

"Lo, buatnya pake hati juga. Jangan pake otak doang. " ucap Derta. Nesa mengangguk.

Ia mulai membuat puisi yang bertemakan cinta. Terdengar lebay namun memang di perintahnya seperti itu. Ia menuliskan kata demi kata dari lubuk hatinya. Siapa lagi kalau bukan untuk Derta.

Derta melihat Nesa yang tengah fokus pada puisinya. "Kenapa lo ga nyuruh Nara aja bantuin lo? " tanya Derta.

Sejenak, Nesa memberhentikan aktivitasnya. "Nara? Dia ga suka bikin puisi. " jawabnya.

Derta mengerutkan dahi. "Gue liat puisi dia, bagus. " balas Derta. Nesa tampak berfikir keras setahunya Nara tidak suka membuat puisi. Bahkan tadi saja ia malah mencari puisinya di internet.

"Puisi yang mana? " bingung Nesa. Derta berfikir mungkin Nara tak memberitahunya tentang puisi yang Nara berikan untuknya.

Mungkin Nara ga kasih tau tentang puisi yang dia kasih ke gue waktu di ruang ekskul. Batin Derta.

"Lupain! " jawab Derta. Nesa hanya mengangguk lalu melanjutkan kembali membuat puisinya.

Semoga dengan deketnya gue sama Nesa, dia bisa bantuin gue buat ngungkapin perasaan ke Nara. Batin Derta.

"Dah selesai setengah. Bagus ga? " Nesa menunjukkan puisinya yang baru selesai setengah pada Derta.

Ia segera menerima puisi tersebut. Herannya kenapa tulisan Nesa sama persis dengan tulisan puisi yang Nara berikan untuknya waktu itu.

Mungkin kebetulan sama. Yakin Derta.

Derta membaca setiap bait dari puisi Nesa yang lebih mengungkapkan perasaannya di puisi tersebut. "Bagus. Gue bantuin tambahin." penawaran Derta di setujui dengan semangat oleh Nesa.

Derta melanjutkan puisi yang di buat Nesa tadi dengan mengungkapkan perasaannya untuk Nara secara tak langsung. Setelah selesai ia memberikannya pada Nesa.

"Selesai. Gue cabut! " derta beranjak untuk pergi ke kelasnya.

"Eh Der tunggu dulu! " Nesa mencegah Derta pergi terlebih dahulu.

"Thanks ya udah mau bantuin gue. Kalau pulangnya, kita bisa bareng ga? " tanya Nesa. Derta sebenarnya tak suka dengan ajakan Nesa. Karena ia tahu Nesa menyukainya dari lama. Namun ia tak punya perasaan yang sama.

"Gue ada urusan sama temen-temen. " Derta dengan cepat pergi dari perpus. Nesa menatap kepergian Derta.

"Ga apa-apa ga bisa sekarang. Mungkin nanti. " gunam Nesa.

Ia segera pergi ke kelasnya sebelum pelajaran di mulai dan harus mempersentasikan hasil puisinya.

**

Semua murid bersiap untuk Mempersentasikan hasil puisinya di depan semua anak kelas 12 IPA 1.

"Nes, puisi lo dah jadi? Di bantuin sama siapa? " tanya Nara.

Nesa tersenyum dengan pertanyaan Nara. "Dari Derta! " jawabnya antusias.

Nara dan Melly bersorak kegirangan. "Cie.. Dah mulai deket ni yee!! " balas Melly. Nesa hanya tersenyum senang.

Kini, giliran Iam yang maju ke depan untuk membacakan puisinya. "Temen-temenku yang aku sanyangi dan pak guru yang aku hormati kaya ke tiang bendera. Saya Iam Rafa Nugrah yang gantengnya masyaallah akan membacakan puisi saya yang berjudul Cinta keluarga . " Iam bersiap membacakan puisinya.

Semuanya bersorak riuh mendengar pembukaan dari Iam. "Sikat broo! " teriak Adi dari bangku belakang.

"Si Adi makan asap! Ashiaaaapp! " semua tertawa mendengar pantun asal-asalan dari Iam.

"Cepat Iam lanjutkan! " perintah pak Made, Iam mengangguk dan menghela nafas sebelum membacakan puisinya.

"Oh cintaaa...! " Iam membacakan puisinya dengan keras.

"Aseeekkk!!! "

"Aselolee oy! "

"Selow selow ini masih permulaan gue belum keluarkan jurus sakti," kata Iam ngaco.

Pak Made memberi isyarat untuk semuanya diam dan mendengarkan puisi dari Iam.

"Ibu...
  Kau adalah wanitaa...
  Ayah...
  Kau adalah lelaki seperti diriku..
  Nenek....
  Kau adalah wanita
  Kau adalah ibu dari ibuku...
  Kakek...
  Kau adalah lelaki...
  Kau adalah ayah dari ayahku..
  Aku cinta kalian.. " Iam berlagak menghapus air matanya di tambah ekspresi wajah yang di buat sangat sedih, padahal tak satupun air mata yang keluar dari matanya.

"Iam. Semua orang tau itu! " ucap Pak Made.

"HAHAHAHA!! " semua tertawa mendengar puisi Iam.

"Nih Pak. Ya emang semua tau. Tapi apa salah saya mengingatkan mereka tentang keluarga mereka? Ini bukti cinta saya untuk keluarga pak," balas Iam.

"Yang ada keluarga kamu males nerima kalau cintanya dari kamu," sindir Pak Made

Semua tertawa terbahak-bahak menyaksikan perdebatan Iam dan Pak Made. Pak Made menepuk dahinya bingung dengan pemikiran muridnya yang satu ini di tambah lagi dengan Adi.

"Yasudah kamu duduk! " suruh pak Made.

"Terimakasih buat para Iam lovers yang udah dukung cerita Iam. Jangan lupa polow instagram Iam ya.. @iamrafanugrah. Oke guys?! Sip!
Ganteng Iam langka kaya hp cinitnit
Kalau bantu tanpa pamrih
Kalau gitu saya pamit.
Terimakasih!" akhir Iam.

Semua tertawa sembari bertepuk tangan serasa di hibur oleh komedian terkenal dari mancanegara.

**

Hello... Morning guys! Semoga menjadi hari yang membahagiakan eaaa...

Maaf ya kalau ada kekurangan dari chapter ini..
Thank you. Jangan lupa vote, comen, and sharee...

Enjoy!

Tbc

ALNARA [COMPLETE]Where stories live. Discover now