48. Tak Seperti Biasanya

16.2K 814 33
                                    

Nara berjalan malas ke arah halte bus dekat sekolah. Berharap masih ada bus yang melewati daerah sekolahnya agar ia cepat pulang.

Duduk sendirian dan menikmati sore yang mulai menuju malam membuatnya sedikit cemas jika tidak bisa pulang karena tidak ada kendaraan.

"Intinya besok gue harus bawa kendaraan sendiri!" kesal Nara pada dirinya sendiri.

Ingin memesan ojek online atau taksi online pun handphonenya mati karena batrenya habis. Ia mendengus kesal. Ia menatap jalanan dengan tatapan kesal. Tiba-tiba pandangannya terhalang oleh mobil yang berhenti di depan halte. Mobil hitam yang seperti ia kenal siapa pemiliknya.

"Ray!" Nara tersenyum melihat siapa yang turun dari mobil.

Ray menghampiri Nara yang terduduk sendiri di halte bis. "Anak TK ga bisa pulang ya lo?" tebak Ray.

"Anak TK apaan?!" sewot Nara, Ray malah tertawa melihatnya. Dan itu membuat Nara bingung. Tak biasanya Ray tetawa, biasanya ia akan cuek dan dingin.

"Yuk balik!" Ray menarik tangan Nara, dan ia hanya mengikuti dari belakang.

Ray melepaskan tangan Nara ketika sudah dekat mobil. "masuk sendiri jangan berharap gue mau bukain mobil buat lo kaya di sinetron!" ucap Ray dengan kekehan.

"Siapa juga yang minta sama lo!" Nara dengan cepat pergi membuka pintu mobil Ray sendiri dan duduk bersampingan dengannya.

Rasanya itu seperti sudah sangat lama tak seperti ini. Di saat seperti ini, Nara merasa ia mempunyai kakak yang selalu menjemputnya. Dia jadi ingat Hani.

Ga! Lupain! Nara terlalu benci untuk mengingat semua.

Ray menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal. Beberapa saat tak ada yang memulai pembicaraan.

"Kenapa lo ga bawa kendaraan?" tanya Ray. Nara menoleh ke arahnya.

"Gue di jemput pas pulang sekolah." jawabnya kembali fokus ke arah depan.

Ray mengangguk kecil beberapa kali. "Sama Aldran?" tanya Ray lagi.

"Aldran ada urusan. Dia di minta Helen buat anterin dia ke Bandara jemput ortunya." jawaban Nara juga hanya di jawab anggukan oleh Derta.

Tapi, ini seperti bukan jalan menuju rumah Nara. "Ray? Ini bukan jalan ke rumah gue." ucap Nara, siapa tau Ray mendadak amnesia jadi ia mengingatkan.

"Makan dulu. Gue ga mau adek gue sakit!" jawabanb Ray mendapatkan ekskpresi bingung dari Nara.

Serius dia manggil gue adek? Batin Nara.

Mereka sampai di sebuah cafe yang sangat ramai pengunjung. Ray dan Nara masuk ke dalam cafe tersebut.
Jujur, Nara baru kali ini di ajak Ray ke cafe. Biasanya Ray hanya mengirimkan makanan ke rumahnya. Hal-hal yang Ray lakukan seperti berbanding jauh dengan Ray yang dulu ia kenal. Sebenarnya ada apa semua ini?

"Lo mau pesen apa?" tanya Ray. Nada bicaranya juga seperti terlihat lebih ceria.

"Samain aja kaya lo." jawab Nara.

Ray mengangguk lalu mengucapkan pesananya pada pelayan dan langsung di catat. "Lo tau? Gue suka banget sama cafe ini. Nuansanya lebih kalem gitu." tiba-tiba Ray mengungkapkan kekagumannya.

Nara melihat sekeliling. Memang benar. Dengan gaya cafe ini membuat siapapun pasti suka.

"Kayanya lo sekarang dah berubah ya Ra." ucap Ray dengan senyumnya. Senyum yang mungkin bisa di bilang satu abad sekali.

"Berubah apanya?" bingung Nara.

"Lo jadi lebih kalem, lebih baik, ga sesat lagi." Ray tertawa mengucapkan kalimat terakhirnya.

ALNARA [COMPLETE]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu