39. Puisi Dari Nesa

18.1K 862 24
                                    

Nara kembali ke kelasnya bersama Aldran yang malah menggandeng tangannya, rasanya Nara malu menjadi pusat perhatian semua orang sekarang.

"Perasaan yang sakit lutut bukan tangan," ucap Nara pada Aldran.

"Ya masa gue megangin lutut lo," Aldran membalas. Nara berpikir ada benarnya juga.

Nara melepaskan tangan Aldran yang menggenggam tangannya.
"Kalau gitu gak usah pegangan tangan juga kali.".

Aldran menatap sendu pada tangannya yang di lepaskan dari genggamannya pada Nara sewaktu tadi, Nara yang melihat raut wajah Aldran yang berubah sudah tidak peduli.

"Lo pulang sama gue." Ucap Aldran.

"Gue bawa mobil."

"Ga terima penolakan dari pada lo di gangguin preman." Aldran terus mencari alasan walau moodnya sedang tidak baik.

"Terus lo bukan preman gitu?"

"Gue beda,sayang."

Nara yang medengar hal itu segera memukul Aldran, seenaknya memanggil Nara seperti itu.

"Sayang-sayang pala lo peyang!" Ketus Nara.

**

Kelas Nara sedang ada praktek di ruang laboratorium dengan jas lab putih dikenakan, serta fokus pada mikroskop yang sekarang ada di tengah-tengah meja kelompok. Kali ini mereka di tugaskan untuk meneliti tentang sel.

Nesa sedang sibuk dengan mikroskop di hadapannya, sedangkan Nara sedang membuat tabel untuk penelitian dari kelompoknya yang berisikan Nara, Bella, Nesa,Melly dan laki-lakinya hanya Aldran seorang.

"Gimana Nes udah jelas belum gambarnya?" Tanya Bella ia mulai pegal dan malas di ruang lab itu.

"Sabar Bel lagi gue usahain nih." jawab Nesa yang masih fokus.

"Ciwi-ciwi jangan kebanyakan ngomong, kerjain yang bener!" ucap Aldran yang juga tengah fokus pada mikroskop.

"Nara aja kalem noh." Aldran melirik ke arah Nara yang tengah menulis.

"Apa lo?" Sinis Nara.

"Beginilah nasibnya kalau dalam satu kelompok cowoknya cuman 1. Mana ganteng kan jadi rebutan," ucap Aldran dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi.

Keempat gadis tadi melongo tak percaya dan seperti ingin muntah mendengarnya pernyataan dari Aldran tadi. Untung Aldran memang benar tampan, jika pas-pasan sudah di hujat oleh keempat gadis itu.

"Untung gue anak baik kalau kaga udah gue siram lu pake cairan kimia," Geram Melly.

"Atut ah abang."

"Dih najis lo Al." Bella bergidik geli.

Nara hanya menghela nafas berat melihat perdebatan yang terjadi di kelompoknya yang malah membuat Nara tak fokus mengerjakan tugasnya itu.

"Tapi ga apa-apa deh asal sama Nara mah aku jabanin." ucap Aldran tiba-tiba membuat Nara menoleh ke arahnya.

"Al, lo ngomong sekali lagi gue colok mata lo!" kesal Nara dengan tatapan tajamnya. Aldran menyengir sembari menunjukkan jari tengah dan telunjuknya yang menjadi tanda peace.

Mereka kembali fokus pada pekerjaan  masing-masing. Berharap tugas cepat selesai agar mereka bisa cepat pulang dan istirahat karena ini pelajan terakhir.

"Nah! Udah jelas nih, buruan gambar Mel!" perintah Nesa pada Melly.

Mata Melly berbinar mendengarnya akhirnya ia bisa bekerja dan ia sudah berniat akan menggambar dengan asal agar cepat mengumpulkan dan bisa pulang. Melly segera mengeluarkan buku gambar dan pensilnya. Aldran juga sudah mendapatkan hasil dan Bella segera menggambarnya juga dengan sistem kebut. Sedangkan Nara sedang mencatat hasil keseluruhan.

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang