41. Memori Tragis Masa Kecil

18.4K 919 9
                                    

Aldran mengendarai mobil Nara entah kemana perginya gadis itu sekarang. Aldran sudah cemas sedari tadi apalagi hujan sudah turun dengan sangat Deras.

"Nara lo kemana?" Aldran panik mencari keberadaan Nara.

Lelaki itu terus mencari Nara hingga ia melewati jembatan yang di bawahnya terdapat danau sangat dalam.
Matanya menyelidiki ia sebenarnya berfikir mustahil Nara ada di sini, namun siapa yang tau.

**

Seorang gadis dengan pakaian SMA terus menangis meratapi nasibnya yang seperti betada di ambang bahaya.
Guyuran hujan seperti di anggap angin olehnya. Air mata yang turun bersatu dengan air yang turun dari langit.

Menatap sendu ke arah depan. Tangannya berpegangan pada pembatas jembatan yang di bawahnya terdapat Danau yang terkenal dalam. Ia menatap ke arah bawah air danau terlihat sangat mengerikan. Ia takut akan hal itu, namun ketakutannya ia lawan ketika kaki kanannya sudah ia naikkan pada bawah pembatas jembatan dan mulai naik ke atas.

Tuhan aku tidak mau lagi masuk pada keluarga yang sangat ingin membuatku menderita. Batin gadis itu.

Ia merentangkan tangannya bersiap untuk jatuh dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Badannya terhuyung ke depan, ia menutup mata.

Tapi tiba-tiba seseorang menarik badannya dari belakang membuatnya jatuh pada pelukan seseorang yang menariknya.

"Nara lo jangan gila!" Aldran berucap dengan amarah dan khawatir.

Nara menangis sejadi-jadinya. Hatinya hancur ia tak sanggup lagi menahan beban di dunia ini. Aldran baru pertama kali melihat Nara sehancur ini. Hatinya tak tega melihat Nara yang seperti ini. Ia memeluk Nara erat.

"Kita pulang." Aldran membawa Nara masuk ke dalam mobil dan membawa Nara pulang ke rumahnya.

**

"Ra, makan dulu ya. Gue bawain bubur mang Owin nih." Aldran masuk ke kamar Nara yang bernuansa putih dan abu.

Di kamar ini banyak barang-barang lucu yang di koleksi Nara. Nara melihat kedatangan Aldran dengan tatapan kosong.

"Ra....jangan melamun gitu. " Aldran duduk di samping Nara.

Ia melihat ada rasa benci dan sedih dalam tubuh mungil Nara dan wajah Nara terlihat sangat pucat.

"Eum...wangi bat ni bubur Ra. Kalau ga mau buat gue nih bisa abis 10 mangkok malah. Tapi hebatnya gue ga gendut-gendut kan? Malah ada roti sobeknya. The best kan gue," canda Aldran.

Tapi candaannya sama sekali tidak berpengaruh untuk Nara. Gadis itu membisu dengan tatapan kosong.

Aldran menghela nafas, Aldran menaruh nampan makanan yang ia bawa di nakas samping kasur Nara. Ia mendekat ke arah Nara dan tangannya tergerak untuk mengelus surai hitam Nara yang tergerai.

"Kenapa? Apa yang lo mau coba ceritain?" tanya Aldran dengan suara lembut. Nara tiba-tiba menangis lagi membuat Aldran bingung.

"Gue ga mau ketemu dia lagi Al." jawab Nara dengan tangisnya. Aldran segera memeluk Nara dengan hangat.

"Tapi kan dia kakak lo Ra, seharusnya lo seneng kan?" Nara diam sebentar.

"Seneng? Buat apa gue seneng ketemu dia. Dia ngapain waktu gue dipukulin papah," lirih Nara.

"Nara dengerin gue. Lo boleh benci sama mereka tapi lo harus inget Ra, mereka tetep keluarga lo. Gue tau lo pasti kangen sama mereka," ujar Aldran "lo bisa kan cerita sama gue, kenapa lo kayak gitu ke kak Hani?"

"Buat apa lo tahu masalah gue sama Hani?" celetuk Nara. Perempuan itu bahkan berat untuk memanggil Hani dengan embel-embel 'kakak'.

Nara menghela nafasnya, ia mendekati Nara dan menggenggam kedua tangan perempuan itu. "Katanya kalau kita lagi ada masalah terus cerita ke orang itu bakal lebih enak Ra. Secara gak langsung lo merasa beban lo lepas kita elo keluarin semua kekesalan lo selama ini,"  tutur Aldran.

Nara diam sejenak mulutnya terasa kelu saat harus menjelaskan semua kejadian tragis yang ia alami sewaktu kecil. Tapi yang di bilang Aldran itu benar, dengan bercerita ia dapat meluapkan semua kekesalan yang ia pendam sendiri. Mungkin ini saatnya ia mulai terbuka dengan orang lain.

"Gue sakit hati Al. Berat buat ungkapin semuanya. Gue gak bisa," keluh Nara.

"Lo bisa Ra, pelan-pelan aja gue bakal dengerin kok."

"Gue gak tau harus mulai dari mana. Tapi waktu kecil gue gak sengaja nyenggol gelas kopi ada di atas meja. Gelas itu jatuh dan buat dokumen penting kantor papah basah dan rusak. Suara gelas yang pecah buat papah cek apa yang terjadi, di situ papah langsung marah besar dan seret gue ke toilet," ungkap Nara. Ucapannya terpotong karena perempuan itu menangis. "Di toilet papah mukulin gue habis-habisan. Cuman gara-gara dokumen Al. Cuman gara-gara itu! Gue cuman bisa teriak, nangis waktu darah keluar dari kepala. Gue gak tahu mamah sama kak Hani dimana."

Nara menutup wajahnya dan menangis kencang. Aldran yang mendengarkan jelas penuturan Nara di buat terkejut dengan apa yang di lakukan ayah perempuan itu.

Aldran memeluk Nara erat. Ia bisa merasakan ketakutan yang sangat dalam dari diri Nara. Pasti tidak mudah untuknya menerima perbuatan keji ayahnya.

"Gue tahu semua ini berat buat lo. Tapi lo jangan takut lagi ya,Ra. Gue selalu ada buat lo," kata Aldran.

Memang benar, manusia sudah di buta kan oleh harta dan kenikmatan dunia.

**

FAKTA SELAMA INI!!!

KOMEN UNTUK CHAPTER KALI INI!!

JANGAN LUPA JUGA BUAT VOTE+KOMEN YAP!!

AYOK PASUKAN SETIA PEMBACA ALNARA WAJIB BACA NEXT CHAPTER LALU VOTE DAN RAMEIN KOMEN-KOMENNYA OKEY?! 🔥🔥

See you guys!!!

ALNARA [COMPLETE]Where stories live. Discover now