63. Luka

15K 743 4
                                    

Nara keluar dari restaurant dan memperhatikan sekeliling mencari keberadaan Melly dan Nesa yang siapa tahu belum jauh dari restaurant. Ia juga mencoba menelfon Nesa namun selalu di akhiri sepihak olehnya.

Tak sengaja Nara melihat Nesa dan Melly di serbang jalan hendak pergi dengan motor yang di bawa Melly. "Nesa! " Nara berlari untuk menyebrang, Nesa menoleh ke arah Nara,tapi hatinya terlalu sakit.

Nesa membuang muka dan meminta Melly segera menjalankan motornya. "Mel cepet! "

"Eh, iya-iya." Melly menjalankan motornya.

Nara terus berlari untuk mengejar Nesa dan Melly. Baru sampai di tengah jalan mobil berwarna hitam melaju kencang ke arahnya.

Tit tit!!!

"Astaga! " kejut Nara.

Klakson mobil itu mengejutkan Nara, matanya silau terkena lampu mobil yang sangat terang matanya menyipit tubuhnya seketika kaku. Mobil itu semakin kencang menuju Nara seperti malah sengaja menaiki kecepatan mobil. Dan...

Sreettt!!

Badan Nara tertarik ke pinggir jalan dan di peluk oleh seseorang yang menolongnya. Mata Nara tertutup akibat terkejut. "Dek! Kamu ga apa-apa kan? " suara wanita paruh baya terdengar.

Nara menoleh ke seseorang yang menolongnga dari ancaman bahaya. "Mamah?! " Nara terkejut melihat siapa yang menolongnya tadi.

Begitu juga wanita paruh baya yang di kenali adalah ibu dari Nara. Ibunya tampak tersenyum ketir dan air matanya hampir keluar melihat anak bungsunya yang sudah lama ia cari akhirnya berada di pelukannya saat itu juga.

"Nara! Maafin mamah, maafin papah juga nak! " Hanum memeluk anaknya dengan sangat erat.

Nara mematung di pelukannya. Air matanya jatuh seketika, ia merindukan ibunya, namun rasa sakit di dalam hatinya terus berbisik seakan-akan berbicara mereka hampir menghilangkan nyawa Lo!

Nara melepaskan pelukannya dari Hanum,ibunya. Hanum menatap putrinya dengan tatapan teduh. "Mah? Kenapa? " tiba-tiba ada yang datang dari belakang Hanum.

"Nara? " Hani tak menyangka dengan apa yang di lihatnya itu.

Ia memeluk Nara erat. "Nara kakak kangen! " Hani menangis di pelukannya. Kini ia dan ibunya sudah bertemu dengan Nara.

"Lepas! " Nara melepaskan pelukan. Ia pergi meninggalkan ibunya dan Hani kakaknya.

"Nara mamah mohon jangan pergi nak, mamah kangen sama kamu. Mamah tau mamah sama ayah salah tapi mamah mohon maafin mamah nak! " Hanum berlutut di kaki Nara.

Nara mematung, ia menangis ia tak tega melihat ibunya seperti itu. Di tambah lagi Hani yang malah ikut berlutut di kakinya. Sekarang ia bingung harus bagaimana.

Ia sangat ingin memaafkan ibunya dan Hani, namun hatinya terlalu keras untuk memaafkan. Seketika ia mengingat kembali ucapan Aldran, sejahat apapun mereka, tapi tetap saja mereka adalah keluarga kita.

Nara menghela nafasnya, ia mencoba berfikir jernih dari sudut positifnya. Ia tahu, bahwa ibunya sangat sayang padanya. Yang menyebabkan ia menjadi benci keluarganya sendiri dan hampir kehilangan nyawa di perbuat oleh ayahnya, bukan ibunya. Dan ia kembali berfikir kenapa ia harus membenci ibunya?
Hati Nara risau tak tahu harus bagaimana.

"Mamah sama Kak hani bangun! " Nara mencoba membangunkan keduanya.

"Engga Ra! Mamah ga mau kecuali kamu maafin mamah! " Hanum terus pada posisinya.

Nara menangis tak kuasa ia menahan hal seperti ini. Ia berjongkok mensejajarkan posisinya dengan ibu dan kakaknya. "Nara maafin kaka sama mamah! " ucap Nara dengan tangisnya.

ALNARA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang